30 April 2013

Envy

 
Judul Buku: Envy
Pengarang: Sandra Brown (2001)
Penerjemah: Amelia Listiani
Tebal: 648 hlm; 18 cm
Cetakan: 1, Desember 2004
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama





Maris Matherly-Reed menemukan dua belas halaman prolog dari sebuah novel yang diberi judul Envy di tumpukan naskah yang terabaikan. Pengirimnya adalah seorang berinisial P.M.E. yang secara sengaja menyembunyikan identitasnya. Naskah itu sukses memikat Maris dan memprovokasinya untuk kembali menekuni pekerjaan lamanya sebagai editor di perusahaan penerbitan milik ayahnya. Saking terpikatnya, Maris merasa perlu bertemu sang pengarang untuk membicarakan kelanjutan kisahnya. Maka, ia pun mendatangi Pulau St. Anne, Geogia, tempat di mana naskah itu berasal. 

Ternyata sang pengarang adalah Parker Evans. Ia adalah seorang lelaki bertabiat kasar yang menyimpan banyak kosa kata mesum. Ia tidak segan bertindak keji sehingga menjadi sangat menyebalkan meski ia cacat dan duduk di kursi roda. Bagi Maris, Parker adalah manusia paling kompleks yang pernah ditemuinya. Sangat pemarah, tapi juga sangat berbakat. Tidak tampan tapi memiliki daya tarik binatang. Parker adalah kejantanan. Kejantanan di mana mundur adalah jarak paling aman bagi wanita yang sudah menikah (hlm. 278).

Maris memang sudah menikah dengan Noah Reed, laki-laki yang dikenalnya berkat novel bestseller –dan satu-satunya yang pernah laki-laki itu tulis, The Vanquished. Ia jatuh cinta pada Noah sebelum bertemu gara-gara novel itu. Setelah Noah bekerja di Penerbit Matherly dan berbagi kepemimpinan dengan ayah Maris, Daniel Matherly, cinta Maris mewujud dalam pernikahan mereka. Maris mendambakan bisa memiliki anak-anak dari Noah, tapi ia tidak pernah tahu, semenjak mereka menikah, Noah telah memutuskan tidak akan memberi Maris seorang anak pun. Maris juga tidak tahu kalau Noah berselingkuh di balik punggungnya dengan Nadia Schuller, kolomnis dan kritikus buku terkenal, dan sedang menjalankan sebuah rencana busuk. 

Sesungguhnya, Parker Evans sengaja mengirimkan naskahnya untuk menarik perhatian Maris. Tindakan ini merupakan bagian dari sebuah plot pembalasan dendam yang telah berumur lebih dari empat belas tahun. Dan boleh dibilang, Parker berhasil. Maris muncul di kediamannya dan Parker siap memanfaatkan daya tariknya untuk menyeret Maris ke dalam petualangan seksual yang memabukkan. 

Berhasilkah Parker mendapatkan hati Maris? Sudah bisa dipastikan sejak Maris memutuskan meninggalkan New York dan pergi ke Pulau St. Anne. Tapi apakah keberhasilan ini membuat plot yang dirancang Parker berakhir di sini? Oh, tentu saja, belum. Karena bagaimanapun, membuat Maris lumer dan bersedia ditiduri, hanya salah satu bagian dari plot pembalasan dendam yang telah dirancang Parker.

Lambat laun, seiring perguliran plot, kita bisa memahami apa yang melatarbelakangi tindakan Parker. Kisah di dalam novelnya yang berjudul Envy berperan dalam memperbesar pemahaman kita. Ternyata, Parker adalah produk dari tindakan kriminal yang terjadi bertahun-tahun silam, dalam sebuah peristiwa mengenaskan yang telah mengubah seorang pemuda bermasa depan cerah menjadi lelaki penuh luka. Tidak ada terapi yang lebih mujarab untuk memulihkan luka-luka itu selain pembalasan dendam.

Sesuai judulnya - Envy, fondasi konflik dalam novel ini adalah iri hati. Persis seperti apa yang dikatakan laki-laki muda di bagian akhir dari prolog novel Envy karya Parker Evans. “Iri,” katanya parau. “Semua ini karena itu. Iri hati.” (hlm. 23). Iri hati membuat seorang mampu berbuat keji untuk menghancurkan orang lain, bahkan, orang terdekat dengannya. Iri hati menetaskan dendam kesumat secara berulang dan berdampak mengerikan. 

Seperti sudah menjadi ciri khasnya, dalam novel ini Sandra Brown memadukan suspense dan erotisisme. Sandra Brown memang paling bisa mengemasnya dengan memanfaatkan karakter-karakter yang mempesona dan plot berpilin yang menyimpan kejutan demi kejutan di setiap tikungannya. Sehingga, kendati cukup tebal, novel ini sangat provokatif untuk ditamatkan dengan segera. Menegangkan dan seksi. 

Cara bertutur Sandra Brown dalam novel ini kerap membuat kaget. Ia tidak berbunga-bunga dalam merangkai kalimat. Blakblakan, seksis, dan tidak pantang menggunakan kata-kata mesum. Bukan bacaan yang cocok untuk pembaca kisah-kisah romansa yang mengalir gemulai bergelimang narasi cantik.

Melalui novel ini, Sandra Brown memperkenalkan dunia yang membesarkan namanya. Dunia penerbitan, buku, dan pengarang. Di sini kita bisa mengetahui proses penerbitan sebuah buku, pekerjaan seorang editor, dan proses penulisan yang dilakoni seorang pengarang. Proses penulisan mendapatkan porsi terbesar karena interaksi yang terjadi di antara Maris dan Parker adalah interaksi editor dan pengarang. Pengarang yang baik akan bersikap terbuka terhadap masukan-masukan yang diberikan seorang editor. 

Meskipun menyebut buku-buku karya pengarang misterius Mackensie Roone, hanya ada dua buku yang berperan penting dalam novel ini. Kedua buku itu adalah The Vanquished karya Noah Reed dan Envy yang sedang ditulis Parker Evans. Sejauhmana peranan kedua buku itu dalam konflik yang mengikat seluruh kisah yang ada, hanya akan diketahui oleh yang sudah membaca novel karya Sandra Brown ini. 




Tentang Pengarang:

Sandra Lynn Brown, kelahiran 1948, memulai kariernya pada tahun 1981 sebagai penulis novel romantis dengan pseudonim Rachel Ryan. Pada awal kariernya, ia juga menggunakan pseudonim lain yaitu Laura Jordan dan Erin St. Claire. Ia telah menerbitkan puluhan novel yang masuk dalam daftar buku laris New York Times. 



Catatan: Novel ini dibaca dalam rangka Baca Bareng BBI April 2013 untuk buku tentang buku, untuk merayakan ulang tahun BBI.



Close Up Interview: Mia Ayustina Prasetya








Mia Ayustina Prasetya
Dokter Gigi Anak dan Penggila Buku





Terlambat sebenarnya, tapi akhirnya saya berhasil mewawancarai target saya untuk Close-up Interview. Keterlambatan ini jelas disebabkan karena kelalaian saya. Dalam pikiran saya, posting hasil interview baru dilakukan pada 27 April 2013, padahal sesuai jadwal, 25 April 2013. Jadi, saya memang belum menyiapkan pertanyaan untuk wawancara dan pergi ke luar kota untuk tugas kantor. Sepulang dari sana, waktu buka email, baru sadar kesalahan saya. Saya juga belum menjawab pertanyaan-pertanyaan Olivia dari Balon Hijau. Untunglah masih ada sedikit waktu, dan saya berhasil merepotkan pewawancara dan yang akan saya wawancarai.

Pemilik nama lengkap Mia Ayustina Prasetya adalah pengelola blog Mia Membaca. Wanita cantik berkacamata minus ini dilahirkan pada 16 Juli dan saat ini menetap di Denpasar, Bali. Selain cantik, Mia ternyata sangat ramah. Keramahannyalah yang membuat saya bisa mengorek kehidupannya, khususnya yang berhubungan dengan kecintaan pada buku.

Pertanyaan saya, tentunya, dimulai dari buku. 


Sejak kapan Mia mulai tertarik membaca buku dan menuliskan review-nya?
Tertarik membaca buku sih sudah dari TK Mas Jody, kalau review sejak pertama kenal blog tahun 2009 tapi masih campur-campur, terus terang dulu review Mas Jody sudah sering saya lihat saat awal-awal ngeblog, pas masa-masa kubugil lagi heboh-hebohnya.

Blog buku saya dibuat terpisah sejak bergabung dengan Goodreads, karena saat itu mulai sering mereview dan sayang juga kalau tidak disimpan dalam satu blog khusus buku.

(Selain blog buku, Mia mempunyai blog pribadi, yaitu duniamia.blog.com dan blog tentang gigi di miapras.tumblr.com. Tapi keduanya jarang diapdet) 


Bagaimana cara Mia mendapatkan buku-buku yang akan dibaca?
Walau senang browsing toko buku online, datang ke buku bisa menjadi satu terapi buat saya, jadi biasanya saya langsung membeli di toko buku. Sekarang saya sangat mengurangi membeli buku dan lebih tertarik membeli buku secondhand. Ada satu lagi hobi baru saya Mas, dengan book swap, diadakan sebulan sekali, jadi kita tinggal membawa buku yang sudah kita baca dan boleh menukar dengan stok buku yang ada di lapak book swap. Seru! Kadang saya iseng menukar dengan buku yang tidak pernah saya dengar sama sekali dan ternyata bukunya bagus.


Jika mendapatkan buku dengan cara membeli, apakah ada pertimbangan-pertimbangan tertentu saat membeli buku?
Tidak ada patokan pastinya sih, walau kadang saya membeli hanya karena kavernya bagus, ada kalanya saya juga melihat berdasarkan bintang di Goodreads/Amazon dan rekomendasi dari teman.


Apakah ada target berapa banyak buku yang akan dibaca setiap bulan?
Dulu 100 buku per tahun, lama-kelamaan keteteran. Tahun ini di Goodreads saya hanya menargetkan 50 buku setahun, jadi per bulan kira-kira 4 buku, saya rasa itu sudah cukup.


Di rumah, bagaimana cara Mia menyimpan koleksi buku?
Kalau buku di mana-mana ada di sekitar kamar saya, di tas pasti ada, di tempat tidur, di rak depan dan di rak luar, akan saya sertakan foto saya di email berikutnya ya Mas.





(Sebagai sesama pembaca buku, saya tertarik menggali kebiasaan Mia membaca buku)


Saat ini kerja di mana? Apakah ada kendala yang dihadapi dalam membaca dan mereview buku karena kesibukan bekerja?
Saya dokter gigi anak sekaligus dosen, sama dengan Mas Jody :p

Berhubung program studi kedokteran gigi akan buka tahun ini, kesibukan meningkat, dulu sebulan paling tidak bisa baca 8-10 buku, tapi sekarang baca 5 dengan mereview saja sudah bagus banget.


Pernah membaca sebuah buku tapi di tengah jalan berhenti membacanya dan sampai sekarang tidak pernah menamatkannya? Kalau ada, buku apa, siapa penulisnya dan alasannya apa?
Sebisa mungkin walau membosankan saya berusaha membaca buku sampai habis, kadang di-skip yang penting jalan ceritanya masih bisa diikuti. Buku yang tidak selesai ada beberapa Extremely Loud and Incredibly Clear – Jonathan Safran Foer, entah karena terjemahannya yang kurang pas, tulisannya kecil-kecil tapi buku ini beneran bikin pusing.

Ada lagi buku-buku Young Adult dengan tokohnya yang plin-plan dan heboh sendiri soal lelaki, bawaannya pengen nabok ;p


Punya trik khusus ala Mia dalam membaca dan menikmati isi sebuah buku?
Trik khusus sih tidak ada Mas, sebisa mungkin diusahakan di tempat yang terang biar tidak menambah minus di mata saja :p Saya dulu sayang dengan buku, tidak pernah saya lipat, coret ataupun stabilo, tapi sekarang agar gampang untuk dibuat reviewnya saya mulai tega mencoret-coret :p


Biasanya seorang pembaca buku memiliki penulis-penulis favorit. Siapakah penulis-penulis favorit Mia dan mengapa mereka menjadi favorit?
 
Untuk penulis lokal saya menyukai karya Winna Efendi (walau rata-rata karakter novelnya dewasa muda, tapi saya yang sudah *uhuk* tidak muda lagi masih bisa merasakan indahnya jatuh cinta lagi kalau sedang membaca karya Winna), Agustinus Wibowo (baru membaca Titik Nol dan Selimut Debu belum habis dibaca namun gaya penulisannya yang apa adanya dan deskripsinya tentang negara-negara yang dikunjungi Agus, saya seakan ikut berpetualang bersama beliau)

Penulis luar : Jodi Picoult (drama kompleks dengan multipel POV, membuat kita melihat masalah dari banyak segi dan nikmat untuk diikuti), Sarah Dessen (alasan sama dengan Winna Efendi, topiknya biasa tapi gaya penceritaannya luar biasa)


(Selain soal buku, kebiasan membaca, dan penulis favorit, sesuai tujuan CUI, pertanyaan saya melebar ke mana-mana. Bagaimanapun, menggunakan media apa pun, saya harus bisa mengenal seorang Mia. Tapi karena Mia memang sangat ramah, tidak ada halangan bagi saya untuk mengorek lebih jauh.)


Sering kali, karena suka membaca, seseorang bisa menjadi penulis. Apakah Mia sudah pernah menulis karya fiksi? Kalau belum, apakah ada keinginan untuk menulis karya fiksi, novel atau cerpen?
Sejauh ini belum terpikir, saya jadi pembaca saja deh Mas J.


Selain membaca dan menulis review, adakah kegiatan yang tidak terkait dengan membaca yang senang Mia lakukan?
Saya penyuka serial TV, serial yang saya tunggu setiap minggunya adalah Game of Thrones yang kebetulan diangkat juga dari buku karangan G.R.R. Martin.

Hobi saya lainnya, hobi oma-oma, saya suka kristik, kalau boleh narsis sedikit, ada beberapa hasil karya saya Mas Jody ;p 






 
Satu lagi yang tidak bisa dilepaskan dari hidup saya : Anjing-anjing golden! Saya punya 3 ekor di rumah (B-dawg, Lucy dan Putri) I’m a dog person, Mas Jody.






Apa yang menjadi impian terbesar Mia dalam hidup?
Nah, ini berat pertanyaannya :D
Membahagiakan orang tua. Teeet, terlalu klise :p
Saya ingin mendirikan satu klinik gigi yang mengkhususkan di gigi anak lengkap dengan segala pernak-perniknya.


Mia kan moviefreak. Apa film favorit Mia? Siapa aktris/aktor favoritnya?
Sama seperti ditanyakan buku favorit, rada susah karena banyak.  Beberapa film kesukaan saya : Shutter Island, The Croods (ngakak-ngakak gila di bioskop), Serendipity dan Love Actually (film favorit dari jaman kuliah), terakhir sih Argo yang bikin jantung berdebar-debar ga karuan di bioskop.

Aktor : saya suka Joseph Gordon levit, ganteeng *alasan klise*  satu lagi, Kevin Spacey.
Aktris : Charlize Theron (anggun) Angelina Jolie (berasa lihat dewi) :p


Sudah menikah? :)
Jreng jreng. Kok ada pertanyaan iniii? Hahaha. Belum Mas Jody, impian saya dulu menikah umur 29-30, sekarang sudah lewat *ehem* dikit, tapi masih ada ini itu ini itu jadi belum, saya belum menikah :p


(Tidak lengkap rasanya kalau tidak bertanya soal BBI)


Sejak kapan bergabung dengan BBI? Bagaimana sampai bisa bergabung? Apa kontribusi BBI pada minat baca Mia?
Berawal dari Gtalk yang sering kami lakukan bertiga (Saya, Ana dan Ally) berniat ala kirkus review dan fokus awalnya hanya baca bareng satu buku yang sama setiap bulan, akhirnya kami menghubungi blogger-blogger buku seperti Om Tan, Ferina, Mbak Fanda, yang mana om Tan ternyata juga sudah pernah berdiskusi dengan mas Amang masalah blogger buku, sehingga terbentuklah BBI yang berlanjutlah sampai sekarang.

(Hahaha, pertanyaan ngawur. Ternyata Mia adalah salah satu penggagas berdirinya BBI)


Kontribusi, hmmm, yang jelas teman saya bertambah banyak, kegilaan saya yang diprotes orang rumah ternyata yang lain banyak yang lebih gila, minat membaca masih tetap sama sebelum dan sesudah bergabung dengan BBI.


Yang terakhir nih. Ada pesan bagi anggota BBI pada usia BBI yang kedua?
Mudah-mudahan BBI di tahun kedua semakin solid dan makin menyebarkan virus membaca kepada orang banyak dan kegiatan amal juga semakin banyak.


(Pertanyaan saya memang tidak terlalu banyak. Tapi yang penting, dengan pertanyaan ini saya bisa lebih mengenal Mia lebih jauh daripada sekadar mengunjungi blognya)


Anda ingin mengenalnya lebih jauh? Selain melalui blognya, Mia Membaca, Anda bisa menghubunginya di Twitter: @Miapras, Facebok: Mia Prasetya atau Goodreads: Mia Queen.

Terima kasih Mia untuk kesediaan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Terima kasih juga telah mengingatkan saya untuk tidak melupakan keikutsertaan saya dalam
event ini.

 
Saya tutup hasil wawancara ini dengan kutipan-kutipan buku yang menjadi favorit Mia.
 
Courage. Kindness. Friendship. Character. These are the qualities that define us as human beings, and propel us, on occasion, to greatness.” Wonder - RJ Palacio.


If there's one thing I've learned, it's this: We all want everything to be okay. We don't even wish so much for fantastic or marvelous or outstanding. We will happily settle for okay, because most of the time, okay is enough.”  Every Day - David Levithan

Everything tells me that I am about to make a wrong decision, but making mistakes is just part of life. What does the world want of me? Does it want me to take no risks, to go back to where I came from because I didn't have the courage to say "yes" to life?" - Eleven Minutes - Paulo Coelho


29 April 2013

Always be in Your Heart



Judul Buku: Always be in Your Heart
Pengarang: Shabrina Ws
Penyunting: HP Melati
Tebal: 236 hlm; 18 cm
Cetakan: 1, Februari 2013
Penerbit: Qanita



 

Sejarah terlepasnya Timor Timur (Timtim) dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimulai dari surat yang dikirimkan Perdana Menteri Australia John Howard kepada Presiden BJ Habibie pada Desember 1998. Surat itu melahirkan gagasan dalam benak BJ Habibie untuk melepaskan Timor Timur dari NKRI. Pada April 1999, Habibie mencetuskan gagasan lain, yaitu referendum untuk mengetahui kemauan warga Timtim, apakah tetap berintegrasi atau memisahkan diri dari NKRI. Referendum akhirnya baru terlaksana pada 30 Agustus 1999 disusul dengan meletusnya kerusuhan di berbagai tempat dan terjadinya eksodus besar-besaran warga Timtim. Hasil referendum diumumkan pada 4 September 1999, di mana kemenangan diraih oleh kelompok pro-kemerdekaan Timtim. Pertikaian berdarah tidak terelakkan lagi terjadi di antara kelompok pro-kemerdekaan dan pro integrasi. Setelah lebih dari sebulan masa-masa genting, akhirnya pada 31 Oktober 1999 Timtim secara resmi terlepas dari NKRI. Meski memiliki arti yang sama, Timor Timur kemudian berganti nama menjadi Timor Leste. 

Pada malam 31 Agustus 1999, setelah kerusuhan pecah di Ermera, tepatnya di Kecamatan Atsabe dan Kota Gleno, Marsela, putri pemilik kebun kopi, meninggalkan Ermera. Ia pergi bersama ayahnya mengikuti eksodus ke wilayah NKRI sebagai pro-integrasi. Meninggalkan Ermera berarti meninggalkan Juanito, sahabat semenjak kecil yang setelah dewasa berubah menjadi calon suami. Ayah Juan yang pro-kemerdekaan Timtim tidak mengizinkan Juanito  mengungsi bersama Marsela. Tapi, sebelum berpisah, Juanito berjanji akan menyusul Marsela.

Sepuluh tahun telah berlalu, ternyata Juanito tidak pernah menyusulnya ke tepian Sungai Talau. Ayah Marsela telah meninggal dan Marsela harus bekerja sendiri mengumpulkan pasir dari Sungai Talau. Untunglah ada Randu, laki-laki yang dekat dengan ayah Marsela. Ia menawarkan persahabatan dan pekerjaan. Ayah Marsela memang telah meminta Randu untuk menjaga Marsela sepeninggalnya. Dan Randu berusaha menjalankan amanat Mario dengan sebaik-baiknya. Kedekatan yang terjalin di antara mereka semestinya menyadarkan Marsela akan perasaan Randu. Tapi, setelah sepuluh tahun berpisah dengan Juan, ia belum bisa menghalau cintanya pada laki-laki itu. Bahkan, demi cintanya, ia bertekad kembali ke bumi Lorosa'e untuk mencari Juan. 

Apakah ia akan bertemu kembali dengan Juan? Ataukah sudah takdirnya menerima cinta Randu yang tak pernah menyatakannya dengan kata-kata melainkan dengan tindakan?
 
Mencarimu, menuruni lembah di Ermera
dan berlari membelah kebun kopi
aku melawan arah angin
yang menampar-nampar sabana
dan stepa yang menguning
Lalu, aku berdiri di sini, di tepi Sungai Gleno
Menulis puisi tentang tanah kita
Tentang mimpiku,
tentang mimpimu
tentang kita
tentang
secangkir kopi Ermera
dan
rasa yang tersimpan

(Di Tepi Sungai Gleno: hlm. 107-108 kemudian diulang di hlm.185)


Always be in Your Heart (Pulang Ke Hatimu) adalah novel romansa karya Shabrina Ws yang meraih penghargaan sebagai pemenang ketiga dalam Lomba Penulisan Romance Qanita tahun 2012. Novel ini memanfaatkan formula yang sama dengan novel pemenang pertama, Seven Days karya Rhein Fathia, yaitu cinta segitiga. Tapi novel ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki Seven Days yaitu memanfaatkan seting sejarah terlepasnya Timtim dari NKRI. Shabrina secara jitu memanfaatkan momen sejarah tersebut dengan menciptakan hubungan cinta yang terpaksa dipisahkan karena kegentingan situasi. Menariknya, meskipun keluarga Marsela dan Juan memiliki pilihan berbeda mengenai nasib Timtim, Shabrina membuat hidup mereka bisa berdampingan akur. Tidak heran ketika meninggalkan Ermera, ayah Marsela menyerahkan kebun kopinya kepada keluarga Juan.

Keputusan memanfaatkan salah satu seting sejarah ini tentu saja layak diapresiasi. Hanya saja, Shabrina terkesan sekadar menjadikan peristiwa sejarah itu sebagai panggung bagi drama percintaan yang diciptakannya. Ia tidak membeberkan problematika berdurasi panjang yang menyebabkan terlepasnya Timtim dari NKRI yang kemudian berdampak pada hubungan cinta Marsela dan Juan. Padahal, seandainya ia melakukannya, Always be in Your Heart akan menjadi salah satu kisah historical romance karya penulis Indonesia yang patut diperhitungkan.

Tapi bisa jadi, eksplorasi yang lebih gamblang mengenai sejarah itu memang tidak bisa dilakukan Shabrina dengan leluasa. Karena mau tidak mau, ia mesti menyesuaikan isi novelnya dengan ketentuan jumlah halaman yang telah ditetapkan penyelenggara lomba.

Meski masih bermuatan kalimat-kalimat yang tidak terlalu sedap dibaca, tidaklah sulit menamatkan novel ini. Selain jumlah halaman yang tidak banyak, Shabrina mampu menggulirkan kisahnya dengan lancar. Kisah dua ekor anjing yang saling menyayangi melipatgandakan keharuan yang muncul selama pembacaan.


Tentang Pengarang:

 
Shabrina Ws adalah pseudonim dari Eni Wulansari. Buku-bukunya yang sudah diterbitkan adalah PING! A Message from Borneo (novel duet dengan Riawani Elyta, pemenang pertama lomba 30 hari 30 buku Bentang Pustaka 2011), Kerlip Bintang-Bintang (novel remaja, 2004), Sketsa Negeri Para Anjing (kumpulan cerpen, 2006), Pelari Cilik (novel anak, 2010), Petualangan Ciki Kelinci (novel fabel, 2010) dan Sakti dan Sapi Rebo (novel anak, 2011).  





Catatan: Novel ini dibaca dalam rangka Baca Bareng BBI April 2013 untuk buku-buku bertema perempuan atau buku-buku yang ditulis oleh perempuan, untuk merayakan Hari Kartini.



28 April 2013

Autumn Once More




Judul Buku: Autumn Once More
Editor: Tim editor GPU
Tebal: 232 halaman; 20 cm
Cetakan: 1, April 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
 

 



Cinta adalah tema abadi sepanjang masa. Para penulis, editor, dan penerjemah -semuanya perempuan- menghidupkan kembali tema abadi itu dalam tiga belas cerpen yang dirangkum dalam kumpulan cerpen metropop bertajuk Autumn Once More. Kebersamaan mereka dalam satu buku bertujuan mulia, karena semua royalti buku ini akan disumbangkan ke Dana Kemanusiaan Kompas. 
 
aliaZalea mendapat kehormatan membuka kumpulan cerpen ini dengan cerpen bertajuk Be Careful What You Wish For. Cerpen ini berkisah tentang seorang gadis yang terpikat pada laki-laki bernama Gonta Prawiratama. Setelah mulai memperhatikan laki-laki yang bekerja satu perusahaan dengannya itu, sang gadis mulai menggali-gali informasi mengenainya. Tidak hanya melalui situs perusahaan dan Facebook, ia juga meng-google nama laki-laki itu. Tapi ternyata, ia tidak cukup mampu merebut perhatian Gonta. Akhirnya sang gadis yang menjadi narator cerpen ini berpikir: "Kenapa juga gue mesti jungkir balik gara-gara cowok yang pada dasarnya nggak peduli kalo gue ada?" (hlm. 17). Anehnya, ia tidak bisa melupakan Gonta sekalipun sudah bertekad membuka diri kepada laki-laki lain.   


Problematika gadis 30-an yang belum menikah dimunculkan Anastasia Aemilia dalam cerpen Thirty Something. Pada usia 30-an, Rachel belum menikah. Tidak heran kalau eyangnya memutuskan untuk mencampuri urusan asmaranya. Rachel pun dijodohkan dengan Artha dan langsung tukar cincin. Gara-gara acara perjodohan itu, Rachel telat menghadiri pesta perpisahan Erik, sahabatnya yang akan bekerja di Jepang. Padahal Erik sudah menunggunya, hendak mengungkapkan rahasia yang dipendamnya. "Meski bersahabat sekian lama, ternyata kita memang punya rahasia. Dan selama ini kita sama-sama menyembunyikannya dengan baik," kata Erik dalam kekecewaan (hlm. 35). 

Lita, karakter dalam cerpen Stuck with You garapan Christina Juzwar, membutuhkan tiga kali kerusakan lift untuk menemukan cintanya. Pada kerusakan pertama, Lita mengenal Ares sebagai laki-laki yang sinis, sedangkan Haris laki-laki yang ramah. Pada kerusakan kedua, Lita semakin dekat dengan Haris dan Ares menunjukkan perilaku suka mencampuri urusannya. Pada kerusakan ketiga, Lita bisa menyimpulkan siapa laki-laki terbaik di antara Haris dan Ares. Cerpen ini mengandalkan kerusakan lift untuk mengatalis sebuah hubungan romantis. Dan membuat kita bertanya-tanya: gedung perkantoran macam apa yang lift-nya terus-menerus mengalami kerusakan? 
 
Jack Daniel's vs Orange Juice karya Harriska Adiati berkisah tentang Dennys yang sedang bertekad menghentikan kebiasaan menenggak Jack Daniel's dan mencoba meneguk orange juice saat berlepak dengan teman-temannya. Ia sedang mengubah kebiasaan buruknya demi mendapatkan putri Pak Haji. Tapi ternyata, tidak mudah mengubah kebiasaan buruk. Sikapnya yang tidak gampang menyerah pun tidak bisa membuatnya masuk kategori cowok baik-baik di mata Pak Haji. 
 
Ditulis dengan puitis, Hetih Rusli mengangkat kisah seorang laki-laki pencinta nan obsesif dalam cerpen berjudul Tak Ada yang Mencintaimu Seperti Aku. Laki-laki itu tidak pernah terbebaskan dari mimpi buruk yang muncul semenjak menyaksikan ayahnya membunuh ibunya. Ibunya telah berkhianat dan menerima hukuman dari ayahnya. Pengalaman sang ayah telah meninggalkan pesan yang tidak bisa ditaatinya setelah lima belas tahun berlalu. "Jangan pernah percaya pada perempuan, Nak! Mereka semua pembohong! Kata-kata mereka manis tapi hati mereka beracun!" (hlm. 79). Laki-laki itu menjalin cinta dengan seorang perempuan pekerja kafe. Tapi perempuan itu merasa gerah dengan hubungan mereka dan beralih kepada laki-laki lain. Dicampakkan kekasih yang tidak mampu menahan cinta yang berlebihan dan posesifnya, ketakutan pun menyambarnya. Apakah ia akan bernasib sama dengan ayahnya?
 
Meskipun sudah berumur 28 tahun, Tanya Baskoro dalam cerpen Critical Eleven karya Ika Natassa tidak memiliki tujuan hidup. Itulah sebabnya ia sangat menyukai bandara. "Semua yang pergi ke bandara harus punya tujuan dan memang punya tujuan. Bahkan tujuan itu tercantum jelas di sebuah kertas. Boarding pass. Setiap memegang boarding pass itu, aku merasa hidupku akhirnya punya tujuan, walau tujuannya hanya berupa tiga huruf." (hlm. 86). Selain tidak punya tujuan hidup, Tanya juga tidak memiliki laki-laki spesial dalam hidupnya. Padahal, bukan tidak pernah ia bertemu dengan laki-laki menarik. Misalnya ketika ia bertemu Ale, dalam perjalanannya ke Sydney untuk menonton konser Coldplay. Bagi Tanya, bertemu seorang laki-laki sama dengan menghadapi critical eleven -istilah dalam dunia penerbangan mengenai sebelas menit paling kritis di atas pesawat, tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Tapi ternyata, ia belum pernah melewatkan critical eleven yang membuatnya memiliki laki-laki spesial dalam hidupnya. Cerpen ini memiliki banyak kalimat-kalimat menarik yang inspiratif, sayangnya ditulis dengan bahasa gado-gado yang sering terasa ganjil saat menggabungkan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. 
 
Sekali lagi kita akan bertemu Tara Dupont, sang Gadis Musim Gugur, dalam cerpen Autumn Once More karya Ilana Tan. Ilana mengembangkan kisah yang termaktub dalam sebuah foto yang dilihat Tara Dupont di bagian pamungkas Autumn in Paris (2007). Saat itu, Tara Dupont dan Tatsuya Fujisawa pergi ke Disneyland Paris, berfoto sambil makan es krim vanila dan mengenakan bando berbentuk telinga Mickey Mouse. Kisah dalam cerpen ini terjadi sebelum sebuah realita kejam terungkap dan memorakporandakan hubungan cinta mereka. 
 
Ariana Dyanasari dan Rendy Aldriansyah dalam cerpen Her Footprints on His Heart garapan Lea Agustina Citra sedang mempersiapkan pernikahan mereka. Tapi tanpa diduga, sewaktu  Rendy yang berprofesi sebagai dokter ahli penyakit dalam mengikuti simposium di Swiss, ia bertemu mantan pacar SMA-nya, Anne Rosalyna. Kemunculan Anne setelah menghilang bertahun-tahun membuat posisi Ariana sebagai calon istri Rendy terancam. Bagaimanapun, Anne-lah yang memenangkan hati Rendy pada masa remaja mereka. Bukannya berdiri tegak menghadapi musuh bebuyutannya, Ariana malah mengundurkan diri dari kompetisi. Tapi apakah masih ada jejak Anne di hati Rendy? Sering kali, perasaan perempuan memang sulit diselami laki-laki.
 
Love is a Verb, judul lagu John Mayer, dijadikan judul cerpen oleh Meilia Kusumadewi. Di dalam cerpen ini, kita akan bertemu Timal, yang merasa disepelekan kekasihnya untuk alasan-alasan tidak penting. Rangga, kekasihnya, tidak pernah merespons koleksi fotonya di Instagram dan statusnya di Facebook. Saking kesalnya, ia pun memutuskan hubungan mereka. Padahal, cowok berbeda dengan cewek. They show you their love, we say it out loud, kata Mira, temannya (hlm. 158). 
 
Bulu mata ternyata bisa membuat perbedaan. Inilah yang tergambar dalam cerpen kocak karya Nina Addison yang diberi judul Perkara Bulu Mata. Sebelum memperhatikan dengan saksama bulu mata Jojo, Vira tidak punya perasaan apa-apa terhadap sahabatnya itu. Tapi setelah cintanya ditolak Tom dan terlibat perbincangan dari hati ke hati, Vira baru menyadari kalau Jojo memiliki bulu mata yang panjang dan lebat. Tanpa bisa dicegah, Vira pun naksir Jojo. Sayangnya, perasaan Vira tidak ditanggapi positif oleh Jojo. Bagaimanapun, Vira adalah bagian dari lingkaran persahabatan Jojo sebagaimana Albert dan Lilian. Setelah menimpa Vira, perkara bulu mata itu ternyata akan menimpa salah satu dari ketiga sahabat Vira. Bulu mata lentik memang sering terlambat disadari pesonanya. Haha. 
 
Setelah kematian ayahnya, hubungan Mita dengan ibunya semakin merenggang. Ia tidak pernah lagi menginap di rumah ibunya dan enggan berada di sana tatkala ibunya berulang tahun. Seumur-umur, Mita memang tidak pernah akur dengan ibunya sehingga dengan mudah ia akan menyalak marah pada perempuan yang melahirkannya itu. Bagi Mita, ibunya tidak bisa memahami pekerjaannya sebagai pemimpin redaksi di sebuah perusahaan media, lantaran ibunya tidak pernah kerja kantoran. Ketika Rani, kakak Mita yang dekat dengan ibunya, tidak bisa berada di rumah untuk merayakan ulang tahun ibu mereka, Mita terpaksa pulang ke rumah. Tanpa Mita duga, ibunya menyimpan rahasia yang tidak pernah diketahui kedua anak perempuannya. Rahasia seorang ibu yang lebih mementingkan anak-anaknya ketimbang dirinya sendiri. The Unexpected Surprise karya Nina Andiana bukanlah kisah cinta sepasang insan berbeda gender. Tapi kisah cinta seorang ibu kepada anak-anaknya yang cukup mengharukan.  
 
"Senja itu persis seperti yang disukai perempuan itu, dengan langit berawan tebal yang tersayat-sayat, menyemburkan dari balik lukanya, warna merah yang melebihi merahnya darah, melebihi kentalnya getir, melebihi geloranya cinta. Senja itu dilengkapi kepingan matahari merah berbentuk hati yang tepiannya bergerigi, tidak megah dan pongah. Hanya matahari kebanyakan yang membiarkan langit memilih mengenakan selimut kelabunya dan tak memaksa menyeruakkan warna-warna ke atasnya. Senja itu adalah kami. Aku sang langit, dia matahari. Begitu perempuan itu pernah berkata dulu," kata laki-laki yang menjadi narator  cerpen Senja yang Sempurna yang ditulis dengan puitis dan indah oleh Rosi L. Simamora. Senja itu dipesannya khusus buat perempuan yang cintanya pernah ia tolak oleh alasan-alasannya yang egois. Setelah perempuan itu meninggalkannya sambil menerobos hujan, ia menyadari jika sebenarnya ia juga mencintai perempuan itu. Membutuhkan waktu setahun baginya mengumpul keberanian untuk berjumpa kembali dan mempersembahkan senja yang disukai sang perempuan. Ia tidak pernah tahu, setelah menerobos hujan, di ujungnya, perempuan itu telah menemukan sebentuk pelangi.  
 
Shandy Tan menutup kumpulan cerpen ini dengan cerpen Cinta 2 x 24 Jam. Identitas narator cerpen ini disimpan dan baru diungkapkan pada bagian akhir, meskipun kita sudah bisa menduganya seiring bergulirnya cerita. Adalah Lingga yang menggantikan posisi ayahnya di perusahaan pakan ternak berkualitas internasional. Ia seorang laki-laki tampan yang menebarkan pesona kepada para pekerja perempuan di perusahaan itu tanpa berbuat apa-apa. Lingga berperawakan jangkung dan atletis, jauh lebih cakep dari Lee Min Ho. Ia juga perhatian kepada ibunya yang sedang sakit dan bersikap sopan kepada pekerja perempuan. Tidak ada yang tahu kalau Lingga sudah bukan jomblo lagi. Nah, siapa yang telah berhasil mendapatkan hati Lingga? Sebuah kejutan akan dibeberkan sang narator, sebelum ia dicampakkan sehabis episode jatuh cinta selama dua kali dua puluh empat jam. 
 
Autumn Once More, kumpulan cerpen metropop, menghadirkan berbagai gaya berkisah dari tiga belas pengarang. Ada yang memilih menghidupkan kisahnya dengan kocak dan meriah, ada pula yang tenang dan serius. Semuanya membuat kumpulan cerpen ini terasa kaya. Meskipun cerpen Tak Ada yang Mencintaimu Seperti Aku karya Hetih Rusli dan Senja yang Sempurna karya Rosi L. Simamora boleh dibilang terlalu serius untuk dimasukkan dalam kumpulan cerpen metropop ini. 


Harus diakui pula, semua kisah yang diangkat dalam kumpulan cerpen ini hanya merupakan repetisi dari kisah yang sudah pernah ditulis. Tapi begitulah cinta, selalu berulang dengan cara yang sama, mengunjungi orang-orang yang berbeda. Cinta telah menjadi tema abadi, semenjak diciptakan, saat Adam melihat Hawa untuk pertama kalinya.

24 April 2013

Love, Curse & Hocus-Pocus




Judul Buku: Love, Curse & Hocus-Pocus
Penulis: Karna M. Nashar
Tebal: 416 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Januari 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


 




Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima tahun, akhirnya Karla M. Nashar meluncurkan Love, Curse & Hocus-Pocus untuk menuntaskan problematika yang belum rampung dalam prekuelnya, Love, Hate & Hocus-Pocus (2008). Karla memulai kisah Gadis Parasayu dan Troy Mardian dalam novel ini persis ketika mimpi dan realitas memisah setelah mereka hidup sebagai pasangan suami-istri. Mereka terjaga di dalam ruangan rapat Biocell Pharmacy Indonesia pada malam perayaan lima puluh tahun perusahaan itu.

Sebelumnya, dalam Prolog, Karla memperkenalkan Lyubitshka, perempuan gipsi Romani yang telah merapalkan jampi-jampi dan menciptakan kekacauan dalam hidup Gadis dan Troy. Ternyata, bukan kemarahan yang telah membuat Lyubitshka bertindak, melainkan karena ia sedang menjalankan tugas yang diembannya sejak dilahirkan di dunia. Lyubitshka atau Lyuba, yang dalam bahasa Romani berarti cinta, telah menyusun rencananya berbulan-bulan sebelum ia pergi ke Jakarta, bergabung dengan Gypsy Sacred Heritage Musical Show. Setahun sebelumnya, ia telah mengenal Troy yang berjalan menabraknya, saat ia berada di London menghadiri Gypsy Fair. Ia memutuskan melakukan sesuatu, apalagi ketika 'menyaksikan' apa yang akan terjadi dalam hidup laki-laki itu, dengan kehadiran Gadis.

"Ini akan menjadi karya terbaikku... Ooh, lihatlah betapa keras hati kalian... tapi aku akan membuat kalian melihat hidup ini melalui hati kalian, dan membuang semua kepongahan itu...Hehehe, kalian benar-benar pasangan yang berisik sekali, ya? Aku harus bekerja keras merangkai mantra dan menumbuk ramuan khusus untuk kalian, tapi aku tidak keberatan. Kalian sepasang jiwa malang yang patut mendapat pertolongan dariku... Nah, semuanya sudah siap. Aku hanya perlu melakukannya pada saat yang tepat.... Baiklah, selamat menikmati mimpi kalian... Aku tahu kalian akan sangat bingung pada saat mengalaminya nanti...."(hlm. 17-18).

Setelah meninggalkan mimpi yang terasa nyata sebagai suami-istri, ada perasaan kehilangan dalam diri Troy tatkala terjaga di pagi hari dan tidak menemukan Gadis di sisinya. Ia berharap kejadian aneh itu terulang kembali. Dan memang, dalam perjalanan bersama Gadis menuju London untuk menghadiri seminar, mimpi pun menabrak realitas mereka. Saat pesawat yang mereka tumpangi mengalami turbulensi, keduanya berpindah ke rumah sakit di mana Gadis melahirkan sepasang bayi kembar. Kehidupan mereka begitu berbahagia sampai mereka mendapati bayi kembar itu berhenti bernapas secara mendadak. Gadis yang merasa bersalah terserang depresi dan berniat meninggalkan Troy. Tapi sebelum perpisahan itu terjadi, mereka telah berpindah ke realitas.

Sewaktu mengikuti seminar, Gadis bertemu dengan mantan kekasih. Putra Surya Wibawa, ternyata menggeluti bisnis farmasi juga. Dalam waktu yang singkat, cuma empat hari, Putra sudah menyampaikan hasrat untuk menikahi Gadis. Gadis menunda menjawab lamaran Putra karena belum merasa tenang dengan mimpi-mimpi yang dialaminya. Ia ingin memastikan apa yang sedang terjadi padanya. Kebetulan sedang berada di Inggris, ia dan Troy bisa bertemu Lyuba yang menetap di Askrigg, North Yorkshire.

Setelah Putra pergi ke Prancis untuk urusan pekerjaan, Gadis dan Troy meninggalkan London untuk mencari Lyuba. Maka, dimulailah perjalanan menuju perdesaan Inggris, dihadang cuaca yang tidak menguntungkan dan keanehan yang tidak terjelaskan. Alam seakan-akan tengah berkonspirasi menghalangi perjumpaan mereka dengan Lyuba.

Apakah mereka akan berjumpa Lyuba? Kita sudah bisa mengetahui jawabannya sejak rencana mencarinya muncul. Lyuba harus ditemukan karena kisah Gadis Parasayu dan Troy Mardian akan berakhir dalam novel ini. Tapi ternyata, perjumpaan dengan Lyuba bukanlah hal paling signifikan dalam novel ini. Perjalanan mencari Lyuba-lah yang terpenting. Karena di dalam perjalanan yang tidak terlalu mudah itu, Gadis dan Troy akan semakin saling mengenal, merasa saling memiliki, dan saling bergantung. Itulah sebabnya, kisah perjalanan mereka diberikan durasi yang cukup panjang.

Lyuba memang berarti cinta tapi ia tidak bisa serta-merta memberikan solusi terkait permasalahan cinta. Gadis dan Troy harus mendapatkan sendiri dari pengalaman. Pernyataan Lyuba mengenai cinta, hati, dan pikiran semakin mempertajam pemahaman mereka.

"Hanya orang bodoh yang membiarkan otak mereka memutuskan apakah mereka sedang jatuh cinta atau tidak. Love is a celebration of feeling. You have to use your heart to feel it, not your brain. Kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada seseorang, hatimu akan tahu. Tapi hati-hati dengan pikiranmu, karena ia bisa menipu dengan berbagai dalih yang akan membuatmu tak mengacuhkan kata hati. Begitu pun sebaliknya. Hatimu akan memperingatkan kalau kamu tidak mencintai orang itu, tapi pikiranmu memberi berbagai alasan yang bisa membuatmu mengira kalau kamu sedang jatuh cinta... Itulah masalah yang dihadapi kebanyakan orang. Love is simple, but most people tend to overanalyze it."  (hlm. 337-338).

Dibandingkan dengan prekuelnya, saya lebih suka membaca novel ini. Setelah bermimpi hidup sebagai suami-istri, Gadis dan Troy menjadi sedikit lebih tenang dan dewasa. Meskipun hubungan mereka eksplosif, karena masing-masing memang bersumbu pendek sehingga gampang bertikai, frekuensinya tidak sekerap di dalam novel pertama. Selain itu, tentu saja, karena novel ini telah memberikan konklusi. Saya suka cara Karla memungkas novel ini dengan mengembalikan cerita kepada Lyubitshka. Seperti Lyubitshka, kita akan merasa bahagia dengan apa yang terjadi di penghujung kehidupan asmara Gadis dan Troy.

Untuk memeriahkan novel ini, Karla menghadirkan Putra dan Lucinda, mantan kekasih Troy. Putra adalah karakter anyar, sedangkan Lucinda sudah pernah dimunculkan dalam Love, Hate & Hocus-Pocus. Kehadiran mereka sebenarnya tidak terlalu penting,  karena bumbu konflik yang dibubuhkan mereka tidak membuat cerita terasa lebih lezat.

Cara Karla berkisah dalam novel ini masih identik dengan 
Love, Hate & Hocus-Pocus. Tapi memang tidak seramai dan sekocak yang ditampilkannya di dalam novel itu. Kemungkinan besar sedikit perubahan ini disebabkan oleh berkembangnya karakter Gadis dan Troy. Mereka tidak lagi segaduh seperti pada momen-momen awal pertemuan mereka.

Yang menarik dalam novel ini adalah informasi mengenai perdesaan Inggris dan kehidupan orang gipsi. Karla mampu mendedahkan dengan detail-detail mempesona yang amat meyakinkan. Lyubitshka yang mewakili orang gipsi untuk berperan sebagai karakter penting novel pun berhasil ditampilkan dengan cara mengesankan. 

Berbaurnya mimpi dan realitas yang dialami Gadis dan Troy memang menciptakan turbulensi dalam kehidupan pribadi mereka. Tapi tetap ada hikmah yang bisa dipetik. Troy yang paling menyadari hal itu:

"Kita berdua orang paling beruntung di dunia ini karena kita sudah diberi kesempatan untuk merasakan seperti apa kehidupan kita nanti. Kita memang bukan pasangan sempurna, tapi kita saling menyempurnakan." (hlm. 397). 

23 April 2013

Barcelona Te Amo



Judul Buku: Barcelona Te Amo
Penulis: Kireina Enno
Tebal: vi + 266 hlm; 13 x 19 cm
Cetakan: 1, Februari 2013
Penerbit: Bukune

 



Tadinya, musim panas selalu muram.
Lalu, dia datang dengan senyumnya yang indah,
ketika waktu mendamba detik-detik yang hangat
dari matanya. Entah bagaimana, hati Katya begitu dingin
ketika menepis uluran tangan laki-laki itu.

Kesepian pun menghantamnya.
Sepanjang La Rambla, angin menepi.
Sayap-sayapnya membawa Katya menari
di antara pilar-pilar Gothic Quarter yang sunyi.
Membangkitkan rindu kepadanya,
seperti ombak kepada pantai yang menunggu.

Maka, di sinilah Katya berada kini.
Menyambut genggaman tangannya.
Di Placa de Catalunya, tempat merpati bercengkerama.
Ketika matahari menyinari Barcelona.
Dia bagai musim panas yang begitu indah.
"Te amo," pelan ucap Katya.

Akankah dia dengar?

(Dari sampul belakang novel) 



Barcelona Te Amo karya Kireina Enno diterbitkan sebagai bagian dari proyek kolaborasi Bukune dan GagasMedia, Setiap Tempat Punya Cerita. Sebagaimana termaktub dalam judulnya, novel ini mengambil latar utama Barcelona, sebuah kota modern sekaligus klasik dan indah di Spanyol. Keindahan kota yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1992 pernah dituangkan ke dalam lagu Barcelona yang dinyanyikan duet oleh mendiang Freddie Mercury dan Montserrat Caballe, penyanyi opera asal Barcelona. Fariz RM, musisi Indonesia, pernah menggubah lagu tentang kisah cinta dan perpisahan di kota itu dengan judul sama, Barcelona.

Katya Sadewi pergi ke Barcelona untuk mengambil kuliah di Fakultas Seni Universitat de Barcelona. Di sana, ia bermaksud mengasah kemampuan melukisnya. Tapi sebenarnya, ada hal lain yang memantabkannya meninggalkan Indonesia. Di Jakarta, Katya terlibat cinta segitiga dengan Alexandra Hadiningrat dan Evander Mulya. Sandra adalah putri Prana Hadiningrat yang membesarkan Katya setelah kematian kedua orangtuanya, sedangkan Evan adalah sahabat akrab Katya dan Sandra. Evan sendiri tidak bisa memastikan siapa yang akan menjadi kekasihnya, karena ia mencintai kedua gadis itu. Katya yang sudah terbiasa mengalah untuk Sandra, memutuskan menerima tawaran Prana yang menginginkannya kuliah di almamaternya, Universitat de Barcelona. Sementara Sandra dan Evan tetap berada di Jakarta dan akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Selain kuliah, Katya menghabiskan waktu bekerja di Galeri d'Espana, galeri seni milik pasangan Isidro dan Maria Alvarez yang terletak di Barri Gothic, tepat di jantung Barcelona. Di galeri seni inilah, Manuel Estefan, seorang kurator seni ternama, melihat lukisan sekuntum dandelion, salah satu lukisan Katya. Manuel sedang mencari karya baru untuk disertakan dalam pameran besar yang akan diadakannya di Centre de Cultura Contemporania de Barcelona. Menemukan kedalaman penjiwaan yang terpancar dari lukisan dandelion, Manuel berniat mengajak Katya untuk bergabung dalam pamerannya.

Tawaran Manuel tidak serta-merta disambut dengan baik oleh Katya. "Saya melukis bukan untuk mencari ketenaran. Saya melukis untuk menuangkan perasaan," kata Katya (hlm. 71). Tapi setelah terlibat perbincangan dengan Lucia Marino, teman kuliahnya, ia pun bersedia terlibat dalam pameran besar itu. Manuel memintanya membuat satu lukisan lagi guna melengkapi yang sudah ada, sebuah lukisan yang diciptakan dengan penjiwaan setara dengan lukisan Dandelion. Katya memutuskan menggurat kanvas, mendedahkan kisah perpisahan Subadra dan Arjuna di depan gerbang Istana Dwaraka. Bagi Katya, Subadra, perempuan dari lakon Mahabharata, adalah simbol kesetiaan perempuan.

Lukisannya belum rampung ketika keinginan untuk melukisnya tersendat. Hal ini dipicu oleh kemunculan Sandra secara mendadak di Barcelona dan tinggal bersamanya. Setelah hubungan asmaranya dengan Evan kandas, Sandra memutuskan mengambil cuti kuliah, meninggalkan Jakarta dan mengunjungi Katya di Barcelona. Tapi ternyata, bukan cuma Sandra yang tiba di Barcelona. Begitu memutuskan Sandra karena merasa tidak sanggup lagi menjaganya, Evan menjalankan tugas kantor ke Kopenhagen, Denmark. Dari sana, ia pergi ke Barcelona untuk menjumpai Katya dan  mendapati Sandra berada di apartemen Katya.

Kedatangan kedua orang itu menciptakan gangguan yang signifikan dalam kehidupan Katya. Sandra yang terpesona dengan Manuel, beralasan sedang membuat tugas kuliah -padahal sedang cuti kuliah- mencoba memikat Manuel dengan memaksa laki-laki itu menemaninya jalan-jalan di Barcelona. Evan berdalih sedang menulis buku tentang arsitektur karya Antoni Gaudi di Barcelona singgah di apartemen Katya, mencoba membuat gadis itu menerima cintanya, cinta yang lebih besar ketimbang cintanya pada Sandra.

Diam-diam, Katya merasa ada gejolak yang berbeda dalam hatinya. Ia tidak menemukan perasaan yang sama seperti semasa berada di Jakarta terhadap Evan. Malah, terbit kecemburuan manakala Sandra berupaya memborong waktu Manuel  bagi dirinya sendiri. Mungkinkah ia mencintai kurator yang berwajah dingin itu?

Barcelona Te Amo adalah novel kedua Kireina Enno yang telah diterbitkan. Sebelumnya, ia telah meluncurkan novel romantis berjudul Selamanya Cinta (2012). Sebagaimana diuraikan sebelumnya, tema yang diangkat, masih tidak beranjak dari tema novel-novel Setiap Tempat Punya Cerita yang telah terbit, Paris (Prisca Primasari) dan Last Minute in Manhattan (Yoana Dianika). Cinta, sekali lagi, masih dominan. Mirip dengan Last Minute in Manhattan, karakter utama Barcelona Te Amo juga digerakkan oleh patah hati. Karena temanya sudah generik dan tidak sulit untuk menebak konklusinya, menjadi tantangan besar bagi Enno untuk menghasilkan novel yang tetap bisa memikat pembaca sampai tamat.

Saya kira, Enno cukup berhasil. Ia mampu menggulirkan adegan demi adegan secara tepat dan tidak berlebihan sampai adegan pamungkas yang melegakan. Ia didukung kemampuan merangkai kalimat yang tidak berbelit-belit dan cukup sedap dibaca. Alhasil, meski kisah yang diusungnya sama sekali tidak provokatif, masih tetap bisa ditamatkan dengan pembacaan yang lancar.

Dalam hal karakterisasi, Enno tidak meragukan. Sosok-sosok yang diciptakannya, dengan gampang bisa diimajinasikan dalam benak kita. 

Katya, gadis sederhana yang lebih mementingkan orang lain ketimbang dirinya sendiri. Saking rendah hatinya, ia tidak bisa melihat kelebihan-kelebihan dirinya. Bukan cuma dalam hal melukis, melainkan juga dalam berinteraksi dengan orang lain. Kecuali Sandra, semua tokoh yang bersinggungan dengan kehidupannya, memiliki pandangan positif terhadapnya. 

Sandra, gadis yang manja, egois, dan senang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Setiap membuat masalah, ada Katya dan Evan yang akan mencarikan solusi baginya. Tapi, setelah Katya pergi dan Evan tidak sanggup lagi berhubungan dengannya, ia kehilangan proteksi. Berkebalikan dengan Katya, kendati berpenampilan cantik, interaksinya dengan orang lain kerap tidak mendapatkan penilaian positif. Bahkan, ayahnya sendiri, lebih menyenangi Katya dibandingkan anak kandungnya, dan menjadikan Katya sebagai standar bagi Sandra. Tidak heran, sekalipun Katya tidak pernah berbuat kesalahan kepadanya, Sandra selalu memandang Katya sebagai seteru. 

Evan adalah karakter paling labil dalam novel ini. Sejak awal ia tidak bisa mengambil keputusan, yang mungkin disebabkan latar belakang keluarganya yang disfungsional. Katya yang merasa perlu membuatnya mengambil keputusan dengan meninggalkan Indonesia. Tapi, sepeninggal Katya, ia menemukan kaca pembesar yang memperlihatkan kekurangan-kekurangan Sandra, dan memutuskan kalau Katya-lah yang terbaik. 

Manuel, karakter yang memiliki kecenderungan introvert, terutama terhadap para gadis, sehingga sering menciptakan salah pengertian. Setelah hubungannya dengan Milene berakhir sebelum memanjat pelaminan, ia sukar mempercayai cinta dan lawan jenisnya. Tapi setelah mengenal Katya dan misteri kesedihan yang menyemburat dari lukisan-lukisannya, lambat laun Manuel mengalami perubahan. Perubahannya ditandai dengan menipisnya sikap dingin dan gaya berpakaian yang menjadi lebih kasual.

Karena cerita berseting utama Barcelona, sudah semestinya tempat-tempat di kota yang berkembang berdasarkan inspirasi Gaudi itu bermunculan dalam novel ini. Maka, bersama para tokoh, kita akan menyusuri La Rambla, pedestrian panjang dengan kafe, kios, dan seniman jalanannya. Mencermati guratan tangan Picasso di Museum Picasso. Mengagumi keindahan katedral Sagrada Familia dengan tiga fasad yang mengisahkan kehidupan Yesus Kristus. Menari di pelataran Museu Nacional di sela-sela banjir cahaya Font Màgica de Montjuïc. Menonton merpati-merpati bercengkerama sambil mematuki remah-remah di Plaça de Catalunya. Menyaksikan festival penduduk Catalan yang diramaikan dengan acara membangun castell atau human tower di
Plaça Sant Jaume. Menikmati kuliner di Els Quatre Fats sembari membayangkan Picasso remaja yang berkunjung. Tapi tetap saja, masih banyak tempat-tempat indah di Barcelona yang menghilang dari dalam novel ini dan membuat rasa puas sedikit berkurang. Jika penulis pernah bermukim di Barcelona, akan lebih memungkinkan baginya untuk menghasilkan kisah berlatar Barcelona yang lebih memukau, tanpa menjadikan novelnya sebagai buku panduan melancong.

Terlepas dari itu, Barcelona Te Amo tetap merupakan novel yang pantas dibaca. Secara umum, sebagai novel romantis, memang tidak mengecewakan. 









Sumber gambar: Wikipedia

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan