05 January 2014

Koin Terakhir


Judul Buku: Koin Terakhir
Pengarang: Yogie Nugraha
Penyunting: Mahfud Ikhwan
Tebal: viii + 296 hlm; 20,5 cm
Cetakan: 1, Juli 2013
Penerbit: Bentang




Sebelum kematiannya di Les Deux Magots Café-Paris, Daniel Hehalatu memberikan sebuah koin kepada seorang pemuda yang kebetulan berada di sana. Koin lima puluh markkaa Finlandia itu bukanlah sembarang koin. Daniel telah memodifikasi koin itu dan menyembunyikan microchip berisi dokumen yang dicurinya sewaktu bekerja di Direktorat Pengendalian Persandian Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). Dokumen itu juga bukan sembarang dokumen karena merupakan dokumen rahasia yang telah dilindungi negara selama puluhan tahun. Jika dokumen itu sampai bocor ke media, berpotensi menciptakan krisis keamanan nasional di Indonesia. Kematian Daniel -yang melarikan diri menggunakan paspor palsu- di Paris disimpulkan karena terkena serangan jantung kendati ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

Zen Wibowo, agen Badan Intelejen Negara (BIN) yang dikenal dengan daya ingatnya yang fotografis dan menguasai enam bahasa, ditugaskan untuk menemukan koin itu. Ia tidak menolak tugas meskipun sedang dalam persiapan pernikahan dengan kekasihnya, Arcelia Nasution. Maka, dari Jakarta, Zen pergi ke kota tempat Daniel meninggal untuk menemukan koin itu. Pemuda yang menerima koin adalah seorang mahasiswa Université Paris 1 Panthéon-Sorbonne asal Swiss.

Zen berhasil menemukan mahasiswa itu, tapi tidak koinnya. Si mahasiswa telah memberikan koin itu kepada seorang pastor Spanyol yang mengikuti sebuah konferensi di Paris dan telah meninggalkan Paris. Satu-satunya petunjuk adalah pastor itu berasal dari Selville, Spanyol.

Dari Paris, menyamar sebagai wartawan, Zen pergi ke Selville untuk menemui Bapa Sergio Hernandez. Sayangnya, Bapa Sergio sedang tidak berada di tempat. Ia pergi ke Vatikan untuk menghadiri audiensi umum langsung dari Paris. Setelah mengerahkan semua upayanya, Zen menemukan kenyataan kalau koin telah berpindah tangan lagi. Zen masih harus meretas perjalanan ke London bahkan ke Arbat Lama, Mokswa, untuk mengejar koin itu. Perjalanannya tidak akan berjalan mulus, karena bahkan di ujung perjalanannya, ia akan mengalami pengkhianatan yang berpotensi menggagalkan misinya. Karena selain BIN, ternyata ada pihak lain yang juga berkeinginan memiliki koin itu.

Meskipun kisah pencarian koin itu betul-betul ditamatkan, Yogie Nugraha -sang pengarang novel Koin Terakhir- masih menyisakan pertanyaan yang belum terjawab di bagian Epilog. Tampaknya, novel ini tidak dimaksudkan untuk menjadi satu-satunya novel petualangan Zen Wibowo. Adanya sekuel tentu saja akan lebih memuaskan pembaca yang telah menikmati Koin Terakhir.

Membaca novel ini merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan. Yogie menulis dengan baik dan menerapkan prinsip ekonomi kata-kata sehingga menghasilkan kisah yang mengalir lancar tanpa menciptakan kebosanan. Bahkan, kisah mengenai Arcelia Nasution yang tidak terkait tugas Zen tetap enak diikuti. Rasa penasaran berhasil ditumbuhkan sejak bagian Prolog dan semakin berkembang seiring perguliran plot yang menghadirkan ketegangan yang dijaga dengan baik. Memang belum serumit karya pengarang-pengarang novel thriller kaliber dunia, tapi Yogie telah menunjukkan kemampuan yang tidak banyak dimiliki pengarang-pengarang Indonesia lainnya.

Satu hal yang mengundang pertanyaan adalah penyebab kematian Daniel Hehalatu karena penggunaan diazepam yang berlebihan sehingga membuat jantung Daniel berhenti. "Dua atau tiga tetes diazepam bisa membuat teler, tetapi pemakaian lebih dari enam tetes akan menghentikan jantung kurang dari tiga menit,"  kata polisi Prancis (hlm. 90). Jadi, apakah bentuk sediaan diazepam yang dipakai untuk membunuh Daniel?  Tetes untuk diminum (guttae) ? Atau sirup? :)

Menurut pengakuan Yogie (dalam Pengantar Penulis), ia menulis Koin Terakhir karena dipicu sebuah artikel tentang konferensi yang dilakukan pada November 1967 di Jenewa, Swiss. Pertemuan tersebut dilakukan antara perwakilan Indonesis dengan 'raja-raja ekonomi dunia' seperti David Rockefeller dan perwakilan dari korporasi-korporasi transnasional seperti General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, Freeport, Alcoa, dan US Steel. Fakta-fakta yang terungkap dari konferensi tersebut sangat mencengangkan dan membuat Yogie terusik. Ia jadi bertanya-tanya apakah perwakilan Indonesia yang dikirim ke konferensi itu benar-benar memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai ekonomi. Apa yang terjadi di Konferensi Jenewa tahun 1967 yang dirancang untuk mengambil alih kekayaan Indonesia ini diangkat ke dalam film dokumenter bertajuk The New Rulers of the World oleh Alan Lowery dengan jurnalis John Filger sebagai presenter (2001). Menyusul film dokumenternya, Pilger telah menerbitkan kumpulan esai dengan judul yang sama (2002).

Apa kaitannya Konferensi Jenewa November 1967 ini dengan konflik dalam Koin Terakhir, hanya akan Anda ketahui dengan membaca sendiri novel perdana Yogie Nugraha ini.



0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan