30 April 2012

Graceling


Judul Buku: Graceling
Pengarang: Kristin Cashore (2008)
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Tebal: 496 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Desember 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama




Dalam novel perdananya, Graceling, Kristin Cashore menciptakan sebuah seting lokasi yang dinamakannya Tujuh Kerajaan. Ketujuh kerajaan itu adalah Nander, Sunder, Estil, Wester, Middluns, Monsea, dan Lienid. Monsea dipisahkan dari kerajaan lainnya dengan pegunungan, sedangkan Lienid dipisahkan dengan laut (peta, hlm 7). Setiap ibu kota kerajaan dinamakan sesuai dengan nama raja yang tengah berkuasa.

Katsa, karakter sentral novel, adalah  seorang perempuan petarung yang termasuk kelompok Graceling –manusia yang dianugerahi Bakat langka dan ditandai dengan sepasang mata berbeda warna (heterochromia iridum). Sejak umur delapan tahun, ia sudah bisa membunuh dengan tangan kosong. Pada umur sepuluh tahun, oleh Randa -paman Katsa yang adalah raja Middluns, Katsa mulai dimanfaatkan sebagai algojo. Ia ditakuti sekaligus dimanfaatkan.

Diam-diam, sambil bertugas sebagai algojo Randa, Katsa memimpin sebuah organisasi rahasia yang disebut Dewan. Organisasi ini membantu pihak-pihak di Tujuh Kerajaan yang membutuhkan. Ketika Pangeran Tealiff, ayah Ror, raja Lienid, diculik, Dewan memutuskan untuk menyelamatkan pria tua itu dan menyembunyikannya di Kota Randa tanpa sepengetahuan raja.

Pada saat menyelamatkan Tealiff di Sunder, kehidupan Katsa bersenggolan dengan Pangeran Greening Grandemalion alias Po, putra ketujuh Raja Ror. Seperti Katsa, Po adalah Graceling yang mahir bertarung. Ia memiliki Bakat membaca pikiran orang. Po sedang mencari Tealiff, kakeknya, hingga di Middluns.

Setelah menemukan kakeknya, Po berkeinginan mengusut dalang peristiwa penculikan itu. Katsa yang baru saja melanggar perintah Randa memutuskan pergi bersama Po. Maka, tidak terelakkan lagi, perjalanan mereka pun dibumbui oleh kisah cinta. Katsa yang tidak pernah berniat menikah dan punya anak mencoba menghalau perasaan itu, kendati seiring perjalanan mereka, tampaknya ia tidak berhasil.

Dalam perjalanan mereka, terungkap pula bahwa penculikan Tealiff sebenarnya terkait dengan hasrat tidak senonoh seorang penguasa yang juga seorang Graceling. Sang penguasa memiliki Bakat memanipulasi orang dengan kata-katanya. Bakat berbahaya ini mampu mengaburkan kebenaran menjadi kebohongan.

Graceling yang lahir dari imajinasi Kristin Cashore mengenai seorang gadis dengan kekuatan luar biasa dan persahabatannya dengan seorang pemuda yang tidak bisa dinikahinya ini adalah sebuah novel fantasi petualangan. Sebagian besar cerita adalah petualangan yang dialami Katsa dan Po serta seorang bocah perempuan yang menginginkan kematian ayahnya. Meskipun menyita porsi terbesar novel, pengarang berhasil menggelontorkan kisah petualangan yang tetap mampu mengikat perhatian pembaca. Pengarang menghidupkan petualangan tidak saja dengan benturan emosi para karakter, tapi juga dengan pengalaman interaksi mereka dengan alam dan orang-orang yang dijumpai dalam perjalanan.

Seiring petualangan mereka, pengarang mulai menguak arah jalan masalah bermula. Sebelum pamungkas membayang, kita sudah mengetahui siapa dalang peristiwa penculikan Tealiff. Sosok karakter antagonis telah diperkenalkan lengkap dengan motifnya. Apalagi dengan kemunculan Bitterblue.

Begitu karakter antagonis disingkapkan, harapan adanya kejutan tinggal bertumpu pada peristiwa yang akan dihadirkan pengarang. Jujur saja, di luar gagasan graceling yang cukup mengundang, tanpa aspek kejutan, Graceling akan terpuruk membosankan.  Maka, di akhir petualangan Katsa, pengarang mencoba menghadirkan peristiwa berpotensi kejutan. Sayangnya, efeknya tidak terlalu menggigit.

Setelah perjalanan melawan kegentaran di mana sang antagonis berulang digambarkan cukup berbahaya, potensi kejutan yang ada berlalu begitu lekas. Padahal peristiwa ini merupakan bagian paling krusial dalam novel. Eksekusi yang dilakukan pengarang terlalu mudah. Kendati sempat terpengaruh Bakat manipulasi sang antagonis, Katsa mampu menaklukkannya tanpa kesukaran berarti. Merujuk Bakatnya, pengarang seyogyanya menyodorkan tingkat kesulitan yang lebih tinggi bagi konfrontasi Katsa dengan sang karakter antagonis. Saya bahkan berharap Katsa berhasil dikendalikan secara penuh sang antagonis dan  Po akan berduet dengannya untuk memenangkan duel.

Sang antagonis berhasil disingkirkan. Namun, pengarang ternyata masih juga berusaha memberikan kejutan. Mungkin ia bermaksud menutup novel secara impresif. Hanya saja, ia terkesan terlalu berlama-lama, sehingga kejutan ini tidak menimbulkan sengatan yang signifikan.

Sampai tiba di bagian pamungkas, belum ada kepastian akhir dari hubungan Katsa dan Po. Apakah mereka akan menutup hubungan dengan pernikahan? Atau tetap cuma menjadi pertemanan yang pada momen tertentu akan diselingi acara bercinta? (Walaupun tidak digambarkan secara vulgar, Katsa dan Po sudah pernah bercinta (hlm. 259-260)). Mungkin, kelanjutan hubungan mereka bisa ditemukan dalam sekuel, Bitterblue (2012) yang berseting delapan tahun setelah Graceling

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan