27 January 2013

Sanctus



Judul Buku: Sanctus
Pengarang: Simon Toyne (2011)
Penerjemah: Shandy Tan
Tebal: 540 hlm
Cetakan: 1, 2012
Penerbit: Elex Media Komputindo







Terletak di Ruin -kota kecil di selatan Turki- Citadel adalah negara di dalam negara.  Segala sesuatu di wilayah hukum daerah kantong ini bersifat rahasia dan tidak terjangkau publik. Kendati dikenal sebagai pusat kekristenan, Citadel telah eksis sebelum kekristenan menyentuh tempat itu. Di dalamnya, disimpan sebuah relik keramat yang dikenal sebagai Sakramen. Hanya biarawan ordo tertinggi yang disebut Sanctus Custodis Deus Specialis -Penjaga Rahasia Kudus Allah- yang mengetahui identitas Sakramen.

Suatu hari, seorang laki-laki berdiri di tepi puncak gunung tempat Citadel berada. Kedua tangannya direntangkan ke samping tubuhnya dan kepalanya miring ke bawah, tampak bagaikan Kristus yang disalibkan. Setelah keberadaannya diketahui banyak orang, bahkan disiarkan di televisi, laki-laki yang adalah biarawan Citadel itu menjatuhkan dirinya.

Samuel Newton, sang biarawan, sebenarnya baru dilantik menjadi sanctus. Tapi begitu menjadi sanctus dan mengetahui kebenaran mengenai Sakramen, ia justru membelot. Dan ketika kematian menjadi pilihan tunggal, ia pun mengatur cara kematiannya guna memberikan pesan kepada dunia. Tidak semua orang bisa memahami pesannya. Hanya pihak-pihak yang mengetahui sebuah ramalan yang dimaktubkan pada batu tulis menggunakan bahasa suku kuno, Suku Mala. 



Satu-satunya salib sejati akan muncul di bumi
Semua orang melihatnya dalam kejadian tunggal – dan pasti tercengang
Salib akan jatuh
Salib akan bangkit
Untuk mengungkap Sakramen
Dan membuat Zaman Baru
Lewat kematiannya yang penuh kasih 

Pesannya segera ditangkap oleh Kathryn Mann, perempuan yang menjadi penggerak Ortus, sebuah badan amal internasional. Suaminya, Dr. John Mann, seorang arkeolog, terbunuh tatkala melakukan pendaftaran temuannya berupa teks-teks kuno yang digali di gurun Irak. Kathryn segera menghubungi ayahnya, Oscar de la Cruz, yang menetap di Rio de Janeiro. Oscar de la Cruz adalah salah satu yang berhasil melarikan diri dari Citadel sebelum dilantik menjadi sanctus. Sama seperti Kathryn, begitu melihat Samuel membentuk simbol salib -sebenarnya bukan simbol salib tapi simbol Tau- di atas Citadel, segera meyakini bahwa ramalan itu segera menjadi kenyataan.

Karena Samuel menjatuhkan dirinya di wilayah hukum Ruin, dan bukan Citadel, kematiannya menjadi kasus Kepolisian Kota Ruin. Hasil autopsi di bawah pengawasan Inspektur Davud Arkadian menunjukkan adanya berbagai sayatan dan luka berat di tubuh Samuel. Di dalam perutnya ditemukan secarik kulit tipis bertuliskan nomor telepon seorang perempuan bernama Liv Adamsen.

Bagi Liv Adamsen -reporter kriminal di New York- Samuel Newton adalah saudara laki-laki yang menghilang delapan tahun sebelumnya. Secara resmi, Samuel dinyatakan sudah meninggal. Sebagai saudara, Liv merasa berkewajiban mendatangi Ruin untuk mengenali Samuel.

Kematian Samuel meredakan kegelisahan Bruder Abbas, biarawan Citadel yang berambisi menjadi uskup. Tapi betapa terperanjatnya Abbas mengetahui ada perempuan yang mengaku sebagai saudara Samuel akan mendatangi Ruin. Data di Citadel menunjukkan bahwa Samuel adalah anak semata wayang dan tidak mempunyai keluarga. Samuel telah dilantik menjadi sanctus, dan untuk menjadi sanctus, ia tidak boleh mempunyai saudara. Siapa yang berbohong? Samuel Newton atau Liv Adamsen? Abbas memutuskan untuk membungkam Liv sekalipun tidak disepakati uskup yang sedang dalam kondisi sekarat.

Begitu tiba di Ruin, Liv langsung menyadari jika dirinya telah terjebak dalam komplikasi masalah yang berakar dari pertikaian kuno di wilayah itu. Dari Miriam Anata, ahli sejarah Ruin, Liv mendapatkan informasi kalau ada dua suku terlibat konflik berkaitan dengan Sakramen, Suku Mala dan Suku Yahweh. Tapi apa sebenarnya Sakramen tidak diketahui orang yang belum pernah melihatnya. Yang jelas, menurut Anata, Sakramen bukanlah atribut kekristenan karena telah berada di Citadel sebelum kekristenan menyentuh tempat itu. Kalau begitu, apa sebenarnya Sakramen dan mengapa mesti dilindungi sedemikian rupa oleh Citadel?

Secara mengejutkan, mayat Samuel Newton dicuri dari tempat penyimpanan. Padahal, berdasarkan hasil penelitian patologi tidak ditemukan kematian sel dalam tubuhnya. Selnya justru beregenerasi, dan menunjukkan adanya penyembuhan. Tapi bukankah Samuel telah mati? 

Dalam kondisi terjepit, Liv yang berakhir dalam pengawasan polisi, hampir kehilangan seluruh kepercayaannya kepada orang-orang yang ditemuinya. Ia melarikan diri, mendapati dirinya dikejar-kejar Carmina - biarawan  berjubah merah di Citadel- kemudian terperangkap di dalam keasingan Citadel.

Siapa sebenarnya Liv Adamsen? Apakah ia benar-benar saudara perempuan Samuel Newton? Setelah berada di dalam Citadel, bisakah Liv keluar dalam keadaan selamat?

Oscar de la Cruz, Kathryn Mann, dan Gabriel de la Cruz, putra Kathryn, tidak akan membiarkan Liv kehilangan nyawa di dalam Citadel.  Gabriel, terutama, siap berjibaku untuk mengungkap sumber pertikaian Suku Mala dan Suku Yahweh. Sakramen harus dibebaskan supaya kebenaran bisa dikuakkan. 


Sanctus adalah novel debut Simon Toyne, penulis yang sebelumnya berkecimpung dalam dunia pertelevisian Inggris. Novel ini ditulis sebagai perwujudan keinginannya untuk menulis novel thriller setelah keluar dari pekerjaannya pada Desember 2007. Sanctus yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2011 menjadi buku pertama dari The Sancti Trilogy. Sampai sekarang, Sanctus telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 17 bahasa dan diterbitkan di 27 negara. Menyusul Sanctus, Toyne telah menerbitkan novel kedua  dari triloginya, The Key (2012).

Sejak awal novel, Toyne telah mengungkapkan persoalan inti dalam Sanctus, yaitu mengenai Sakramen yang disimpan di Citadel beserta upaya melindungi dan membebaskannya. Tapi apa sebenarnya Sakramen berhasil dijaga ketat dengan cara yang sama dengan para sanctus menjaga kerahasiaannya. Kita akan mengetahui kebenaran mengenai Sakramen setelah membaca ratusan halaman dan novel hampir dikhatamkan, setelah cukup banyak darah tertumpah karena kebengisan Bruder Abbas. Selama membaca, sulit rasanya bisa menebak identitasnya.

Kendati merupakan novel perdana, kemampuan Toyne tidaklah meragukan. Ia berhasil menciptakan kota fiktif Ruin dengan Citadel sebagai enklaf seperti Roma dan Vatikan. Ia membuka kisahnya secara menggugah dan mampu mempertahankannya pada setiap pertambahan halaman sehingga mendorong kita melanjutkan pembacaan. Berbagai karakter yang muncul diimbuhkannya latar belakang yang memadai, khususnya karakter yang membuat kita bersimpati. Kemudian, seiring pergerakan plot, ia akan mengungkapkan berbagai hal yang membuat kita berempati kepada Liv Adamsen. Ketegangan pun disusupkan dengan cerdik berbaur misteri yang membuat kita semakin bertekad menuntaskan novel ini.

Sanctus, sungguh sebuah novel yang tidak layak dilewatkan oleh para penggemar novel thriller.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan