21 January 2013

The Yearling



Baca Bersama BBI Pulitzer Prize for Fiction


Judul Buku: The Yearling
Pengarang: Marjorie Kinnan Rawlings
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Tebal: 504 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Maret 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


 


The Yearling (Jody dan Anak Rusa) berkisah tentang kejadian selama setahun dalam kehidupan Jody Baxter di sebuah tempat di Florida. Jody adalah anak laki-laki dari pasangan Ezra "Penny" dan Ora Baxter. Ia satu-satunya anak yang dilahirkan Ora yang tidak meninggal saat masih bayi. Sebelum Jody, Ora telah melahirkan beberapa anak, menyaksikan kematian mereka dan membuatnya hidup dalam kegetiran. Itulah yang menyebabkan Ora tidak memiliki rasa sayang sebesar Penny kepada Jody. 

Pada umur dua belas tahun, Jody adalah seorang anak yang mencintai kehidupan alam di luar rumahnya. Ia menikmati kegiatan menjelajah dan berburu, menyaksikan keindahan bentangan alam dengan tanaman dan hewan di dalamnya.  Meskipun begitu, ia tidak bisa melepaskan dirinya dari kesepian yang terkadang menyerang seorang anak semata wayang.

Sebenarnya, Keluarga Forrester yang telah menjual lahan untuk ditempati Keluarga Baxter mempunyai anak laki-laki sebaya Jody bernama Fodder-wing. Jody senang berteman dengan anak bertubuh bengkok dan bungkuk itu, tapi tidak bisa menemuinya setiap hari. Fodder-wing tinggal di rumah orangtuanya yang berjarak enam setengah kilometer dari rumah Jody. Tidak heran Jody ingin sekali memelihara seekor hewan untuk dijadikan teman. 

Sulit bagi Jody untuk bisa memelihara hewan sekalipun gampang mendapatkannya dari alam di sekitar tempat tinggal. Ora tidak suka menambah hewan peliharaan di rumahnya sebab hanya berarti ada tambahan mulut yang mesti diberi makan. Padahal mereka sedang melalui masa-masa sulit dan tidak tersedia banyak bahan makanan. Hingga suatu hari, saat sedang berburu, Penny dipagut ular derik. Penny menembak seekor rusa betina yang muncul tiba-tiba, merobek perut rusa itu, dan mengambil hatinya untuk menyedot racun ular. 

Penny bisa diselamatkan dan Jody mengingatkan ayahnya akan peran rusa betina yang telah diambil hatinya. Tanpa rusa betina itu, Penny tidak akan tetap hidup. Dan kematian hewan itu membuat anaknya yang masih menyusui telantar. Bagi Jody, jalan satu-satunya untuk menyelamatkan anak rusa jantan itu adalah mengadopsinya dan membawa ke rumah untuk menjadi bagian keluarga. Kali ini, dengan restu Penny, Ora tidak bisa menolak keinginan Jody. Anak rusa itu dinamai Flag oleh Fodder-wing karena ia mengibaskan ekornya dengan ceria sehingga tampak seperti bendera putih kecil.  

Flag lucu dan cantik, setidaknya di mata Jody yang sedang bahagia. Demi Flag, Jody rela membagi jatah susunya. Padahal Flag bukanlah anjing seperti  Julia dan Rip atau kuda seperti Caesar, yang berguna. Sebagai anak rusa, Flag sama sekali tidak berguna bagi Keluarga Baxter selain menjadi pengobat kesepian Jody. Flag tidak bisa diajak berburu, membajak ladang, menghasilkan telur atau susu. Ia bahkan menjadi anak rusa yang sangat nakal. Serangkaian kenakalannya membuat Ora kalap. Ia masuk ke rumah dan melahap sepanci adonan roti jagung yang siap dipanggang. Menanduk -meski belum punya tanduk- bantal berbulu di tempat tidur Jody sampai sekeliling rumah diseraki bulu selama berhari-hari. Merusak ubi-ubi  -persediaan makanan keluarga- dan ketika diusir Ora, berbalik menanduk bokong perempuan bertubuh besar itu. Menanduk sekaleng minyak hewan di gudang pengasapan karena ingin melihat isinya. 

Saat bercak-bercak terang yang menandai dirinya sebagai anak rusa menghilang dari kulitnya, ia semakin nakal. Ia melompat ke meja dan melahap sepiring kacang tunggak (cowpea). Menginjak-injak petak tanaman tembakau muda dan nyaris menghancurkan separuhnya. Mencabut tunas-tunas jagung dan merusak kacang tunggak yang ditanam Penny. Jody terpaksa bekerja keras untuk menutupi semua kesalahan berandalan itu. Tapi ketika sekali lagi Flag berulah, Penny tidak bisa lagi bersikap toleran seperti sebelumnya. Karena jika dibiarkan terus, Flag akan membuat Keluarga Baxter kelaparan. 

Selain kisah Jody dengan anak rusanya, The Yearling karya Marjorie Kinnan Rawlings
(1928-1953) mempunyai beberapa subplot. Pertama adalah kisah permusuhan Keluarga Baxter dengan Slewfoot Tua, beruang hitam yang kerap memangsa ternak mereka. Meskipun penumpasan hewan ini tidak gampang, Penny tidak pernah kehilangan semangat. Subplot kedua adalah kisah mengenai hubungan Keluarga Baxter dengan Keluarga Forrester. Selain Fodder-wing, Pa dan Ma Forrester mempunyai enam orang anak laki-laki yang bertubuh besar. Buck, Mill-Wheel, Gabby, Pack, Arch, dan Lem. Yang disebut terakhir selalu menghina ayah Jody, membuat nama Ezra menjadi Penny, dan tidak pernah berhenti memicu kerusuhan. Subplot ketiga adalah kisah permusuhan Lem Forrester dengan Oliver Hutto, pemuda yang bekerja sebagai pelaut. Mereka bermusuhan lantaran memperebutkan seorang gadis yang dibenci Jody. 

Ketiga subplot ini berasimilasi dengan plot utama dan menghasilkan sebuah novel yang rimbun. Karena selain percabangan kisahnya, Marjorie Kinnan Rawlings juga memberikan detail-detail yang komplit untuk setiap kisah yang dimunculkannya. Akibatnya, The Yearling menjadi sebuah sajian yang membutuhkan konsentrasi dan kesabaran untuk menuntaskannya. Bukan novel yang bisa dibaca dalam waktu yang singkat. 

Untunglah,
Marjorie Kinnan Rawlings mempunyai keunggulan dalam berkisah. Ia berhasil melukiskan kondisi alam Florida pada masa kisah ini terjadi -penghujung abad kesembilan belas- dengan indah, termasuk flora dan fauna yang berada di alam liar. Kita akan diberikan gambaran mengenai pepohonan, bebungaan, dan sesemakan dengan intens. Kita akan diberi tahu kebiasaan-kebiasaan hewan seperti beruang, rusa, serigala, rakun, dan lebah madu. Kita akan diajak mengimajinasikan adegan anak-anak beruang berayun di pohon pinus muda sambil mengobrol dan dua beruang yang berjalan dengan gaya dansa, saling dorong kemudian berkelahi. Dan yang menakjubkan adalah adegan enam belas burung bangau yang menari secara berkelompok. 
 
The Yearling pertama kali dipublikasikan pada Maret 1938, menjadi novel laris pada tahun itu, dan memenangkan Pulitzer Prize setahun kemudian. Hingga saat ini, The Yearling telah dua kali difilmkan yaitu film layar lebar pada tahun 1946 dan film televisi pada tahun 1994. Kesuksesan The Yearling melambungkan nama pengarang yang kabarnya telah menulis sejak berumur enam tahun ini. 

Yearling adalah istilah untuk seekor hewan pada tahun pertama hingga tahun kedua kehidupannya. The Yearling menggambarkan secara paralel transisi usia seorang remaja dan seekor rusa dalam satu tahun kehidupan. Flag berubah menjadi rusa muda, sedangkan Jody berubah dari remaja menjadi dewasa. Proses transisi ini digambarkan oleh Marjorie Kinnan Rawlings sebagai proses yang sulit. Untuk Flag, menjadi rusa muda berarti membuat dirinya siap jika dimangsa pemburu, sedangkan bagi Jody menjadi dewasa adalah menerima setiap konsekuensi yang diberikan kehidupan, mau atau tidak. Dan dalam proses itu, Jody kehilangan kontrol dan terpaksa harus merasakan kelaparan, ketakutan, dan kesepian. 

Penny yang bertubuh ceking dan kurus tapi berhati teguh dan jujur akan memberi tahu Jody makna pengalaman hidupnya pada masa yang singkat itu. 

Kau sudah melihat apa yang terjadi di dunia manusia. Kau sudah tahu ada orang yang jahat dan nista. Kau sudah melihat Maut dan trik-triknya. Kau sudah mengenal Kelaparan. Semua orang ingin agar hidupnya indah dan mudah. Hidup memang indah, Nak, sangat indah, namun tidak mudah. Hidup akan menjatuhkan seseorang dan begitu orang itu bangkit, dia akan dijatuhkan lagi.

Aku ingin agar hidupmu mudah. Lebih mudah daripada yang kualami. Hati seorang ayah sakit saat melihat anak-anaknya menghadapi dunia. Tahu bahwa mereka akan terluka, sama sepertinya. Aku ingin melindungimu selama mungkin. Aku ingin kau bermain-main dengan rusamu. Aku tahu dia menghibur kesepianmu. Tapi semua manusia kesepian. Lalu apa yang harus ia lakukan? Apa yang harus ia lakukan ketika jatuh? Tentu saja ia harus menerima hal itu dan melanjutkan hidup. (hlm. 498-499)

Marjorie Kinnan Rawlings menutup novelnya dengan kesimpulan yang sendu tapi penuh arti. 

Di awal tidurnya, ia berseru, "Flag!" 
Tapi, itu bukan suaranya. Itu suara seorang anak lelaki kecil. Di suatu tempat, di balik dolina, di balik pohon magnolia, di bawah pohon-pohon ek, seorang bocah lelaki dan seekor rusa muda berlari berdampingan, lalu lenyap selamanya. (hlm. 500-501)

***


Baca review buku lain peraih Pulitzer Prize for Fiction dalam blog ini:





Sampul Edisi 1938



Adegan dari film The Yearling (1946)

6 comments:

Oky said... Reply Comment

Waw namanya karakternya juga sama-sama Jody. Jadi pesan moralnya itu soal proses pendewasaan si Jody ya~ akhirnya gmn nasib persahabatan mereka? Apakah si flag dikembalikan ke hutan? Atau.. mereka 'gone'?

Jody said... Reply Comment

Kebetulan nama karakter utamanya Jody... hehehehe.... Tapi itu memang nama asli saya :)

Nasib persahabatan mereka? Kayanya disimpan saja :)

Jody said... Reply Comment

Kok alamatnya belum di-PM?

Oky said... Reply Comment

Iya mas Jody, maaf semalem koneksinya masih jelek. Aku uda kirim PM barusan ^^

alienmode said... Reply Comment

Klasik banget, pernah nonton animenya yg lebih hepi ketimbang bukunya..

Karlina Karine said... Reply Comment

Buku yang memukau. Penuturan Rawlings begitu indah dan liris. One of my favourites :)

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan