12 February 2012

The Old Man and The Sea


 

Judul : The Old Man and The Sea
Pengarang; Ernest Hemingway (1952)
Penerjemah: Yuni Kristianingsih P.
Tebal: 148 hlm; 13 x 20,5 cm
Cetakan: 1, Mei 2009
Penerbit: Serambi






The Old Man and The Sea (Lelaki Tua dan Laut) merupakan karya legendaris dari pengarang Amerika terkemuka sepanjang zaman, Ernest Miller Hemingway (1899-1961). Pada 1953, novela ini mengantar Hemingway memperoleh Pulizer Prize dan Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters. Setahun kemudian, 1954, novela ini mendukung Hemingway meraih Hadiah Nobel Sastra. 

The Old Man and The Sea berkisah tentang Santiago, seorang nelayan tua Kuba yang melaut seorang diri demi menangkap ikan marlin raksasa.  Sebelumnya, Santiago telah mencoba menangkap ikan selama 84 hari di perairan Arus Teluk dan tidak memperoleh seekor pun. Selama 40 hari pertama, ia ditemani seorang bocah bernama Manolin. Tapi, setelah selama itu tidak menghasilkan apa-apa, orangtua Manolin menarik anak mereka untuk menangkap ikan di perahu lain.

"Segala sesuatu yang ada padanya telah tampak sangat tua, kecuali matanya. Kedua matanya memiliki nuansa warna yang sama dengan warna lautan. Mata itu tampak bersinar riang serta tak tertaklukkan oleh apa pun." (hlm. 8).  Demikianlah Santiago dideskripsikan.

Mata adalah jendela jiwa, maka demikian pula jiwa Santiago. Ia memutuskan melaut lagi. Tidak peduli olok-olok sesama nelayan yang disasarkan padanya. Bukan baru kali ini puluhan hari melaut ia tidak mendapatkan apa-apa. Ia pernah melaut selama 87 hari dan tidak mendapat seekor ikan pun. Manolin yang sudah mengikutinya sejak usia 5 tahun, memang membawa keberuntungan baginya. Setelah 87 hari hampa, Manolin ikut dan mereka bisa menangkap seeekor ikan besar setiap hari selama 3 minggu. Hanya saja, kali ini,  meski Manolin ingin ikut, Santiago menolaknya.  Apalagi, ia akan pergi jauh ke tengah lautan.

Akankah Santiago berhasil mendapatkan ikan marlin raksasa pada pelayarannya yang ke-85 hari? Laut tidak sepi, bukan hanya ikan marlin yang mempertaruhkan hidup di sana. Santiago tidak hanya harus pantang menyerah membuktikan keberuntungannya kali ini, tapi mesti berhadapan dengan keganasan sejumlah hiu yang tergiur amis darah dan kerapuhan raganya sendiri. Hanya satu keyakinan yang ia pegang: Manusia bisa dihancurkan, tapi tak bisa ditaklukkan (hlm. 113).

The Old Man and The Sea dikenal sebagai masterpiece dari Hemingway. Novela ini berhasil menyita banyak perhatian khayalak dan menjunjung tinggi nama Hemingway di ranah sastra dunia. Karya fiksi terakhir yang diterbitkan sewaktu pengarangnya masih hidup ini, muncul pertama kali sebagai bagian dari majalah Life edisi 1 September 1952. Dalam waktu dua hari, 5,3 juta eksemplar majalah ini habis terjual. Kesuksesan itu diikuti penerbitan sebagai buku pada bulan yang sama. 

 Ernest Hemingway 

Awalnya, Hemingway merencanakan sebuah trilogi besar yang disebutnya sebagai The Sea Book. Trilogi ini kabarnya akan terdiri atas The Sea When Young, The Sea When Absent, dan The Sea in Being. Belakangan hanya ditulis satu judul, The Old Man and The Sea. Ide penulisan novela ini muncul tatkala Hemingway menetap beberapa waktu di Acciaroli, sebuah desa nelayan, sekitar 136 km di selatan Napoli (Italia). Di sana Hemingway terpukau pada Antonio Masarone, seorang nelayan tua berjuluk 'Mastracchio' (berarti Lelaki Tua). Akan tetapi, ia menulis novela ini di Kuba, tempat ia berlayar dan memancing ikan dengan yacht-nya yang bernama Pilar. Karena dipekerjakan untuk merawat Pilar, Georgio Fuentes (1897-2002), seorang nelayan Kuba, juga disebut-sebut telah membantu Hemingway membangun karakter Santiago. Siapapun orang yang telah menjadi sumber inspirasi, hal ini mengindikasikan bahwa Hemingway betul-betul menulis berdasarkan realita di sekelilingnya. Oleh karena itu, Santiago menjadi karakter yang realistis. 

Sebagai novela, The Old Man and The Sea ditulis tanpa bab atau bagian. Kisah di dalamnya mengalir tanpa jeda. Dalam keringkasan ceritanya, Hemingway menggunakan gaya penulisan yang sederhana dan cenderung minimalis. Ketika pembaca telah mendapatkan ritme yang tepat, buku ini dapat tersadap sekali duduk. 

Santiago, sang protagonis, adalah karakter stoic, yaitu sosok yang tetap mempertahankan keanggunan kendati berada di bawah tekanan. Bermodalkan kesabaran, kekuatan hati, dan semangat yang tidak takluk pada situasi, Santiago berhasil mengatasi semua tantangan yang menghadang sendirian. Walau takdir menaruhnya dalam momen genting, ia mampu menguasai emosi. Dalam ketertutupannya, ia memang tidak membiarkan dirinya dilongsor emosi. Misalnya, ketika diolok-olok nelayan lain saat gagal dalam pelayaran 84 hari, ia tidak terpicu menjadi geram. Mungkin apa yang tergambar dalam diri Santiago merupakan heroisme di mata Hemingway. Dalam kesendirian, seorang manusia mesti berhasil mengatasi penderitaan dan ketakutan yang menghampiri. 

Perjuangan tak kenal menyerah Santiago untuk membawa pulang ikan marlin raksasa setidaknya akan mengajarkan pembaca bahwa kesabaran, kekuatan hati, dan semangat mengatasi cobaan hidup mampu menghasilkan kesuksesan. Kita hanya harus bisa mengendalikan emosi untuk mempermulus perjuangan kita. Perjuangan hidup juga membutuhkan persahabatan yang tulus. Manolin, yang masih belia mampu memberikannya kepada Santiago. Kendati Santiago mengalami kegagalan sebagai nelayan,  Manolin tetap menyatakan di hadapannya bahwa dirinya adalah nelayan terhebat dari semua nelayan hebat. 

Saking populernya, The Old Man and The Sea telah diadaptasi berkali-kali ke dalam film (bioskop dan TV). Antara lain yang tersohor adalah versi sinema produksi tahun 1958 dengan bintang utama Spencer Tracy sebagai Santiago dan film TV produksi 1990 yang dibintangi Anthony Quinn sebagai Santiago. Pada tahun 1999, The Old Man and The Sea dialihkan ke dalam versi film animasi oleh Alexandr Petrov.  Film animasi yang diciptakan dari 29 ribu gambar yang dilukis tangan ini dirilis bertepatan dengan peringatan satu abad kelahiran Ernest Hemingway. 

Salut kepada Penerbit Serambi yang menunjukkan tekad dalam menerbitkan karya-karya klasik dunia ke hadapan khayalak pembaca tanah air. Setidaknya ini bisa menjadi upaya untuk memperkenalkan karya-karya klasik yang mungkin sudah menjadi asing bagi pembaca karya fiksi masa kini. Sebelum The Old Man and The Sea, penerbit yang sama telah menerbitkan fiksi klasik lain seperti Lolita dan Maria (Vladimir Nabokov), Bonjour Tristesse (Françoise Sagan), dan Breakfast at Tiffany's (Truman Capote).



0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan