12 February 2012

Bright Angel Time


 

Judul Buku: Bright Angel Time
Pengarang: Martha McPhee
Penerjemah: Th. Ninung Pandamnurani
Tebal: 448 hlm; 13 x 20,5 cm
Cetakan: 1, April 2009
Penerbit: Serambi



"Musim panas yang lalu, pada hari orang-orang pertama kali mendarat di bulan, Papa meninggalkan kami. Padahal, pagi itu dia berjanji pada kami: akan menyetel TV kami di halaman menggunakan kabel panjang, jadi kami bisa mendongak menatap bulan sambil nonton tayangan TV dan menyaksikan bagaimana para astronot berjalan-jalan di sana. Papa janji akan menjelaskan kepada kami geologi bulan, tapi ternyata malah kabur bersama istri teman masa kecilnya dan membangun hidup barunya sendiri ". (hlm. 29).

Kalimat di atas disampaikan oleh Kate Cooper, narator novel bertajuk Bright Angel Time, setahun setelah ayahnya, Ian Cooper, meninggalkan rumah dan tidak pernah kembali untuk melanjutkan pernikahannya. Dua puluh Juli 1969, Ian Cooper pergi dari keluarga dan kediamannya New Jersey, untuk hidup bersama dengan Camille, istri Brian Cain, teman masa kecilnya.

Musim semi tahun berikutnya Eve, ibu Kate, jatuh cinta kepada lelaki karismatik bernama Anton Furey yang mampir di New Jersey sehubungan dengan pekerjaannya sebagai ahli terapi Gestalt. Karena Anton memiliki spesialisasi dalam menangani para istri kesepian (juga biarawati), tak heran Eve terpikat. Padahal Anton yang dulunya pastor Jesuit bukanlah seorang pria lajang. Ia sedang terikat pernikahan dengan seorang mantan biarawati kaya dan memiliki lima anak. Namun, Anton memang memiliki daya tenung yang mampu meluluhkan hati siapa pun, termasuk Kate dan dua kakaknya, Julia, dan Jane.

Lebih dari sebulan Anton meninggalkan New Jersey, Eve memutuskan menyusulnya. Kebetulan, istri Anton telah pergi ke India dan masuk ke sebuah Ashram. Anton berjanji akan menikahi Eve. Maka, mengendarai mobil station wagon, Eve meninggalkan rumah bersama ketiga anaknya. Eve berniat mengejar cintanya, sedangkan ketiga anaknya, terutama Jane, bertekad melindungi ibu mereka. Demi Anton, Eve membiarkan anak-anaknya terlepas dari kenyamanan rumah dan membawa mereka ke dalam perjalanan yang tidak nyaman. Tujuan awal mereka adalah Esalen, di mana  Anton sedang menghadiri lokakarya Cinta yang Romantis dan Kesetaraan Seks. Di sana, mereka bergabung dengan kelima anak Anton:  Nicholas, Caroline, Sofia, Timothy, dan Finny.

Dalam hatinya, Kate sebenarnya ingin pergi ke Grand Canyon. Sebelum Ian meninggalkan rumah, Kate hidup dalam pesona cerita ayahnya tentang peristiwa geologis yang terjadi di wilayah Barat dan Timur Amerika. Sebagai seorang geolog, Ian telah mengajari anak-anaknya mengenai geokronolog Grand Canyon, meski hanya Kate yang melimpahkan perhatian. Tadinya, Ian telah berjanji akan membawa keluarganya ke Grand Canyon, namun kaburnya dari rumah telah mengurungkan janjinya. Menurut Ian, peristiwa geologis di daerah Barat tetap aktif berlangsung, sehingga bisa disaksikan terjadinya, sementara di daerah Timur telah terjadi jutaan tahun silam. Tak terlupakan oleh Kate, salah satu bebatuan Grand Canyon yang kerap dinyanyikan sang ayah dengan gembira, "Bright Angel –nama itu sungguh indah, meskipun sebenarnya tidak sesuai untuk nama suatu batuan, suatu shale dari periode Cambrian yang menunjukkan bahwa usianya sudah jutaan tahun." (hlm. 89-90).

"Oh, Kate. Kalau kita sudah sampai di tempat Anton, kita akan bisa melakukan apa pun yang kita mau. Kalau kita sudah sampai di tempat Anton, segalanya akan berbeda. Kau tahu, sayang, dia punya keluarga yang sangat harmonis. Tentu akan sangat menyenangkan."(hlm. 91) Demikianlah tanggapan Eve atas keinginan Kate untuk pergi ke Grand Canyon.

Ternyata keluarga yang harmonis menurut sang ibu adalah keluarga yang tidak punya tempat tinggal tetap, hidupnya berpindah-pindah di atas camper –sebuah Chevrolet Del Rey, di mana kebebasan melakukan hal buruk ditoleransi sang imam keluarga. Maka, manakala rombongan Kate berjumpa dengan anak-anak Anton, mereka diperkenalkan dengan aktivitas dan percakapan yang tidak biasa dilakukan anak-anak. Anak-anak Anton adalah anak-anak hippie, biasa minum bir dan merokok. Bahkan Finny yang paling kecil dan berumur sekitar 5 tahun, jago menggulung bone –rokok mariyuana. Permbicaraan mereka pun melampaui dunia Kate, seputar masalah orang dewasa seperti aborsi, Vietnam, dan Nixon.

Namun, kebiasaan anak-anak liar itu tidak menghentikan niat Kate dan saudara-saudaranya untuk menjalin persaudaraan. Apalagi, Eve, ibu mereka akan menjadi ibu anak-anak itu juga.

Tinggal dalam satu naungan sebagai keluarga besar tidak jarang meletupkan pertikaian. Anak-anak Anton tidak sepenuhnya membiarkan diri mereka menghargai Eve. Suatu kali, masalah anak-anak itu memicu pertengkaran sengit antara Eve dan Anton, hingga Eve nyaris meninggalkan Anton.

Meninggalkan Esalen, rombongan Furey dan Cooper tidak memiliki tujuan dalam peta. Perjalanan tanpa arah ini mengundang masuknya orang-orang asing ke dalam kehidupan mereka. Mereka membawa masalah, tetapi juga pencerahan. Salah satu di antara mereka memaksa Anton, sang pemimpin rombongan, memikirkan kembali kehidupan yang ia jalani dan kehidupan orang-orang yang berada dalam perlindungannya. "Akan kaubawa ke mana kami?" tanya Kate pada momen rawan yang terjadi (hlm. 402).

Pada akhirnya, pertanyaan Kate itu menggerakkan kemudi menuju Grand Canyon, membuka jalan menuju harapan: masa Bright Angel –masa penuh berkat Tuhan, masa yang penuh janji. Tidak akan mudah, namun harapan tetap ada.

Bright Angel Time adalah novel  perdana Martha McPhee yang pertama kali dipublikasikan tahun 1997. Setelah novel ini, ia telah menulis novel Georgeus Lies (2002) dan L'America (2006). Pengarang yang tinggal di New York City dan mengajar di Universitas Hofstra ini juga menjadi salah satu penulis Girls: Ordinary Girls and Their Extraordinary Pursuits bersama kedua saudaranya Jenny McPhee  dan Laura McPhee (2000). Begitu terbit, Bright Angel Time menarik perhatian khayalak dan menjadi salah satu "New York Times Notable Book". 

Keistimewaan nomor satu novel ini sudah pasti terletak pada penggunaan narator bocah perempuan berusia 8 tahun. Dalam keluguannya, ia tidak hanya menuturkan apa yang terjadi dalam hidupnya (dan saudara-saudaranya) sepeninggal ayahnya. Tetapi juga mengangkat kehidupan orang dewasa di seputarnya yang hidup seenaknya dan mengabaikan tanggung jawab. Menenteng kesedihan dalam perjalanan, dibayang-bayangi kenangan sang ayah, Kate tidak terpuruk ke dalam kondisi kehabisan harapan. Sebagai seorang anak yang mulai bisa menyilih yang baik dari yang buruk, harapan menjadi modal penting bagi Kate untuk mengarungi hidup. Itulah yang tertangkap pada banyak tempat dalam narasinya. 

Keistimewaan nomor dua adalah karakterisasi yang unggul. Para karakter dipersiapkan dan dibangun dengan kuat, akan gampang menjadi sosok tiga dimensi bagi pembaca. Kate yang lugu dan sok tahu; Eve yang rapuh dan impulsif; Julia yang sok pintar dan cenderung lebih tenang dibanding Jane yang kritis sekaligus sinis; Anton yang bohemian, berjiwa bocah dalam tubuh dewasa. 

Keistimewaan nomor tiga adalah latar Amerika masa lalu yang mungkin merupakan kenangan si penulis sendiri. Maka, walaupun dalam gaya penuturan masa kini, pembaca bisa meresapi suasana dan panorama masa lalu yang digeber dengan hidup. 

Kekurangistimewaan novel ini adalah plot yang lambat dan kejutan yang nyaris nihil dari bab ke bab. Bahkan, pada momen menentukan, yaitu ketika Anton terperangkap dilema -terus hidup bohemian atau berubah, terasa ompong. Selama membaca, pembaca akan sering diliput keraguan menebak arah novel bermuara. Mungkin, jika pembaca langsung memosisikan novel ini sebagai 'road novel', pembaca akan lebih menikmati, apalagi dengan sentuhan humor yang lugu dalam narasinya. 

Bagian yang cukup menimbulkan pertanyaan adalah munculnya keluarga seorang novelis pada bab tujuh belas (Sebuah keluarga Utuh), dalam kilas balik. Kemunculan mereka terkesan janggal karena pada bab-bab sebelumnya tidak pernah disinggung. Lagipula, kehadiran mereka tidak berkontribusi signifikan terhadap perkembangan dan penutupan novel. 

Lalu, apa nilai tambah yang bisa ditambang dari novel ini selain narator, karakterisasi, dan latar yang mencuri perhatian? Pesan moralnya tentu saja! Bahwa segala hal di dalam kehidupan seorang anak –yang belum dewasa dan mandiri, adalah tanggung jawab orangtua. Apalagi? Ya, hidup ini semestinya dijalani secara apa adanya, dan tetaplah berharap walau dalam kondisi terjepit.


0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan