12 February 2012

The Floods: Prime Suspect

 

Judul Buku: Keluarga Flood Tersangka Utama
Judul Asli: The Floods: Prime Suspect
Penulis: Colin Thompson (2007)
Penerjemah: Ferry Halim 

Tebal: 200 hlm; 13 x 20 cm 
Cetakan: 1, Maret 2009 
Penerbit: Atria



 

Bagi Colin Thompson, ada tiga jenis orang: super keren, super keren dan brilian, dan pecundang sejati. Pembaca mungkin langsung akan memosisikan diri sebagai super keren dan brilian. Padahal sebenarnya pecundang sejati. Bagaimana bisa masuk kategori pecundang sejati? Jawabannya mudah saja: Anda tidak tahu buku berjudul Tersangka Utama (Prime Suspect) ini merupakan buku kelima dari serial The Floods (Keluarga Flood). Berarti Anda juga tidak tahu, sebelum Tersangka Utama, telah terbit Tetangga Menyebalkan, Sekolah Sihir, Asal Usul Keluarga Flood, dan Tetangga Culun.

Maka, jika Anda ingin menjadi super keren dan brilian, Anda sebaiknya terus membaca tulisan di bawah ini.

Sebuah rencana brilian yang akan tercatat dalam sejarah sebagai rencana tercerdik dan terlicik telah ditetapkan.
Si perencana menamakan rencana enam langkahnya sebagai Rencana Profesor Belgia Yang Mati. Tujuan dari rencana ini tidak lain adalah untuk membuat Mordonna dan Nerlin, kepala keluarga Flood, keluar dari persembunyian. Si perencana akan menaruh sosok mayat di Quicklime College, sekolah khusus penyihir di Patagonia dan menciptakan situasi yang akan membuat lima anak keluarga Flood – Winchflat, Morbid, Silent, Merlinmary, dan Satanella- yang bersekolah di sana dicurigai sebagai pembunuh.

Si perencana berhasil. Departemen Penyidikan Khusus Forensik atau Forensic Special Investigators mengutus Grusom, legenda di dalam keremangan dunia ilmu forensik, untuk memecahkan kasus pembunuhan ini. Berbekal metode Lemparkan-Segenggam-Kacang-Polong-Ajaib-Ke-Udara dan Avid, asisten barunya yang menawan, Grusom melakukan investigasi yang sukses mengarahkan kecurigaan pada Flood Bersaudara.

Namun Colin Thompson, sang pengarang, telah memperingatkan. "Rencana itu brilian dan sangat rumit serta licik sehingga bahkan .... (nama si perencana sengaja dikosongkan, walau jika Anda selesai baca tulisan ini, Anda yang super keren dan brilian akan menebak dengan jitu) sendiri pun tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian" (hlm. 107). Si Perencana memang tidak tahu, baginya telah disiapkan sebuah Botol-Super-Kuat-Yang-Sangat-Tembus-Pandang-Sehingga-Kau-Tidak-Melihatnya untuk menjadi peraduannya.

Tersangka Utama masih dimasak dengan metode dan bahan penyedap yang sama seperti pendahulunya. Sejak halaman awal, yang menjelaskan jika kisah dalam buku kelima ini terjadi setahun setelah buku keempat (Tetangga Culun), Thompson telah membubuhkan bahan penyedap, yang mungkin bagi sebagian pembaca akan terasa terlampau gurih. Buku ini memang tidak berisi cerita fantasi biasa yang kerap masih bisa diraba logikanya. Hampir semua yang disampaikan pengarang bersifat hiperbolis. Pengarang sama sekali tidak malu membangun kesan sebagai pribadi 'lewat takaran'. Seakan-akan apa yang di dalam kisahnya belum cukup gokil, atas namanya sendiri (yang harusnya berada di luar garis kisahnya), pengarang mengimbuhkan catatan kaki konyol. Gaya seperti ini telah dipraktikkannya sejak buku pertama (Tetangga Menyebalkan). Ia, jelas hendak menegaskan, serial ini ditulis tidak dengan maksud dibaca secara serius. Semua kisah yang ia beber hanya sekadar hiburan yang bisa dinikmati untuk mengusir kesuntukan. Makanya, pembaca tidak perlu tersiksa dengan semua aspek mustahil di dalamnya.

Meskipun begitu, sebagaimana buku-buku sebelumnya, Tersangka Utama tidak sampai kehilangan arah. Pengarang tetap meletakkan konflik di dalamnya, konflik yang dipicu di Transylvania Waters, tempat asal Mordonna dan Nerlin Flood. Kapan konflik itu akan berakhir, pembaca akan tahu begitu serial ini ditamatkan.

Selain menulis cerita, pengarang yang telah menerima penghargaan seperti Kate Greenaway Medal, Aurealis Award, dan Hampshire Illustrated Book Award ini juga seorang ilustrator. Ia menghias buku ini dengan gambar-gambar hitam putih yang boleh dibilang, sangat jauh dari kesan manis.

Edisi Indonesia terbitan Atria (imprint dari penerbit Serambi) enak dan gampang dibaca. Penerjemah yang pada 2 buku pertama serial ini bertindak sebagai penyunting (diterjemahkan oleh Shinta Harini) berhasil menerjemahkan dan tetap konsisten dengan gaya penerjemahan sebelumnya. Satu yang tidak konsisten adalah pemakaian nama Hearse Whisperer, agen rahasia kesayangan Raja Quatorze. Jika pada buku ini muncul nama Hearse Whisperer, pada buku sebelumnya (Asal Usul Keluarga Flood), pernah muncul nama Pembisik Maut. Namun, terlepas dari itu, hasil penerjemahannya sama sekali tidak mengecewakan.

Nah, pasti Anda sudah tahu ruginya tidak jadi super keren dan brilian.



0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan