12 February 2012

Twilight


Judul Buku: Twilight
Penulis: Stephenie Meyer (2005)
Penerjemah: Lily Devita Sari
Editor: Rosi L. Simamora
Tebal: 520 hlm; 13,5 X 20 cm
Cetakan: 1, Maret 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
 




Aroma Bunga Cinta Terlarang 



Pada usia 17 tahun, Isabella Swan, meninggalkan Phoenix (Arizona), kota terbesar kelima di USA, menuju Forks, kota kecil di Semenanjung Olympic, barat laut Washington. Sebagai remaja yang tumbuh di kota berjuluk 'Valley of the Sun' (Lembah Matahari), tinggal di Forks, kota dengan frekwensi hujan lebih sering dibanding tempat lain di Amerika Serikat, bukanlah hal menyenangkan. Keputusan Bella untuk tinggal dengan ayahnya, Charlie Swan, kepala polisi Forks, semata-mata karena tidak ingin mengusik kebahagiaan Renée, ibunya. Sang ibu baru menikah lagi dengan Phil, seorang pemain bola dari liga kecil, setelah cerai dari ayahnya.  

Bella sadar penampilan dirinya sama sekali tidak mencerminkan seorang dari Lembah Matahari. Dia tidak berkulit cokelat, tidak sporty, tidak pirang dengan kemampuan main voli atau pemandu sorak, dan tidak memiliki kemampuan koordinasi antara tangan dan mata untuk berolahraga dengan baik. Sebagai siswa ke-358 di SMA Forks, Bella tahu dia akan menjadi siswa baru nan aneh yang mengundang penasaran. 

Tetapi Bella tidak sadar, ia memiliki aroma, aroma bebungaan yang menggiurkan. Aroma yang membuat Edward Cullen, seorang siswa SMA Forks, tidak dapat mengabaikan kehadirannya. Padahal, santer beredar kabar, Edward tidak berkencan, seolah-olah tidak ada cewek di Forks yang cukup jelita baginya.  

Edward Cullen adalah cowok 17 tahun yang luar biasa tampan. Dengan tubuh indah, rambut perunggu, kulit sehalus satin, mata yang kerap berubah warna, dan suara bernada rendah selembut beledu, Edward menjadi pesona yang tidak dapat Bella tolak. 

Hanya, Edward bukan manusia. Seperti keluarganya yang lain yang berperawakan indah dan berwajah rupawan –dr. Carlisle Cullen, Esme, Emmet, Alice, dan si kembar Rosalie dan Jasper Hale, Edward adalah vampir.  Pada usia 17 tahun, Edward kelahiran Chicago 1901, menjadi vampir, dan selama eksistensinya, dia akan tetap berusia 17 tahun. 

Awalnya, Edward berniat menjauhi Bella. Namun, setelah mencoba, dia gagal. Bahkan dia menjadi terobsesi dengan kehidupan Bella. Ketika Bella nyaris disergap maut, Edward bertindak bak pahlawan super. Tindakan yang semakin menjerat Bella ke dalam pesona Edward dan berbuntut menyusupnya Edward ke dalam mimpi Bella. 

Edwad sadar Bella mencintainya seperti dia mencintai Bella. Tetapi Edward juga sadar bersama dirinya, Bella menjadi dekat dengan bahaya. Mencintainya berarti membuat Bella menjadi 'danger magnet'. Dan mencintai Bella juga berarti terus mengawasi Bella di setiap kegiatannya. Malah, kalau bisa, membaca pikiran Bella supaya gadis ini tidak bertindak gegabah. Yang sayangnya tidak dapat dilakukan Edward. Karena meski memiliki kemampuan membaca pikiran orang, Edward tidak dapat membaca pikiran Bella. 

Mengetahui jati diri Edward sebagai vampir tidak mengenyahkan perasaan cinta Bella. Kendati maklum ada sebagian diri Edward yang dahaga akan darahnya, Bella tetap mencintai Edward, tanpa syarat. Hal ini tentu saja membahagiakan Edward. Namun, dia sadar cintanya pada Bella tak ubahnya cinta singa masokistik kepada domba bodoh; mencintai dengan menyakiti diri sendiri, karena dengan cintanya dia tidak bisa menyunting Bella yang begitu menggairahkannya. Bahkan, dia berpendapat, membiarkan dirinya berduaan dengan Bella adalah sebuah kesalahan, kesalahan yang acap dilakukan klan vampirnya. Memang, seperti keluarga Cullen, Edward tidak minum darah manusia; ia telah lama berpantang darah manusia. Untuk melegakan rasa hausnya, Edward memilih darah singa gunung guna memenuhi kebutuhannya. Tetapi, Bella begitu menggoda, aromanya begitu kuat merasuk dalam diri Edward. Edward khawatir suatu saat dia tidak dapat menahan diri untuk menancapkan gigi di leher Bella dan menjadikan gadis kesayangannya ini makhluk terkutuk seperti dirinya. 

Hingga akhirnya, tiga vampir lain (Laurent, James, dan Victoria) singgah di Forks dalam perkelanaan mereka. Ketiganya bukanlah vampir seperti keluarga Cullen. Mereka adalah vampir pemburu yang memuaskan kebutuhan darahnya dengan membunuh manusia. Ya, Bella bukan satu-satunya manusia di Forks, tetapi aromanya yang lezat, aromanya yang menggiurkan berhasil mengusik James. Kemungkinan meneguk darah Bella menjadi petualangan yang menantang bagi James.  

Maka, Bella harus diselamatkan. Hanya keluarga Cullen yang sanggup menyelamatkan Bella, mengaburkan aromanya dan membawanya pergi dari mara bahaya.  

Tak pelak lagi, dengan jalinan cerita seperti itu, Twilight hadir sebagai novel dengan romansa percintaan yang kental. Percintaan Bella yang tergila-gila pada Edward dan Edward yang terombang-ambing di tengah jerat aroma Bella digambarkan penuh perasaan. Keseluruhannya terkesan lembut dengan kecenderungan cengeng. Terasa juga percikan tegangan seksual di antara keduanya, tetapi tidak sampai menjadi kasar dan hadir sebagai adegan dewasa. Apalagi, Twilight memang ditujukan kepada segmen pembaca remaja. Dialog-dialog di antara Edward dan Bella terasa sangat hidup dan bisa dikatakan menjadi salah satu kekuatan novel ini. Sentuhan mitos (vampir atau werewolf) yang seolah-olah hendak mengimbuhkan nuansa horor tidak cukup kuat buat mengisbatkan novel ini sebagai novel fantasi atau horor. Membaca Twilight sama sekali tidak ada rasa horor membayangkan apakah Edward akan menancapkan giginya di leher Bella atau tidak. Edward terlalu baik hati, romantis, penuh kesadaran dan kontrol, penuh cinta, vampir dengan jejak-jejak kemanusiaan. Unsur saspens coba disusupkan dalam bagian-bagian akhir novel tetapi tidak cukup menggetarkan dan menegangkan karena tidak maksimal. Novel dibuka dengan janji adegan menarik dalam plot novel –ketika Bella berhadapan dengan sang pemburu. Sayangnya, ketika membaca 'janji' itu tepat pada plotnya, tidak ada daya gedor yang mengguncang, nyaris datar mengecewakan.  

Ide percintaan dalam novel ini memang terbilang unik. Sebuah novel remaja, jika terus menyodorkan cerita cinta remaja biasa, apalagi tidak digarap maksimal, akan terasa menjemukan. Karenanya, Stephenie Meyer, penulis Twilight, menghadirkan mitologi, menghidupkan vampir dalam rangka mengkreasi percintaan yang tidak biasa dengan manusia, sebuah percintaan terlarang (meskipun bukan yang pertama kali dalam sejarah fiksi dunia). Alhasil, novel ini terkesan fenomenal. Cuma, jika mengharapkan liukan plot berpilin, pembaca akan kecewa. Tidak ada yang baru dan istimewa dalam plot super gemulai garapan penulis yang juga telah menulis novel sci-fi dewasa bertajuk The Host (2008) ini. Bahkan, penceritaan kisah cinta Bella dan remaja vampir Edward terkesan berlebihan karena memakan halaman terbanyak tanpa konflik berarti di dalamnya kecuali tarik-ulur perasaan keduanya. Jadi, jika pembaca mengharapkan yang sangat luar biasa dari Twilight karena mengetahui popularitasnya sebagai bacaan remaja, bersiaplah kecewa. 

Dalam novel ini, Stephenie Meyer mencoba membuat versi vampir mutakhir. Dikisahkan jika vampir, yang disebut berdarah dingin oleh Jacob Black (putra Billy Black, salah satu tetua suku Quileute di La Push), adalah musuh utama serigala jadi-jadian (werewolf) yang menurut legenda adalah nenek moyang Jacob. Para vampir protagonis membuat perjanjian dengan kakek buyut Jacob untuk menghindari pertikaian.  

Tetap sebagai manusia abadi, vampir-vampir protagonis ini digambarkan secara menarik sebagai makhluk-makhluk rupawan. Khusus Edward, Stephenie Meyer melukiskan kerupawanan raga dan paras Edward dengan sangat sempurna bahkan melebihi takaran. Wajah, tubuh, keanggunan gerak, dan suara Edward terus-menerus diulang seolah-olah tidak ingin berhenti memberi alasan ketertarikan Bella kepadanya. Oleh Stephenie Meyer, matahari tidak menyakiti vampir tetapi mereka tidak bisa keluar ketika matahari bersinar, setidaknya, di tempat yang bisa dilihat orang. Terbakar karena matahari hanya mitos. Demikian juga tidur di peti mati karena ternyata, vampir tidak bisa tidur. Sebagai vampir-vampir protagonis, Keluarga Cullen dikreasi sebagai vampir yang hidup dengan menjalankan diet darah manusia. Mereka tidak menggunakan darah manusia untuk memuaskan dahaga tetapi darah binatang.  

Sebagai seting kejadian utama, Stephenie Meyer menggunakan Forks, sebuah kota kecil di Clallam County, Washington. Forks yang berjuluk 'Logging Capital of the World' merupakan kota terpencil dengan frekwensi hujan lebih sering dibandingkan tempat lainnya di Amerika Serikat. Katanya, langit Forks nyaris selalu tertutup awan. Dengan lebih seringnya matahari bersarang di balik awan, Forks menjadi kota bercuaca lembab yang sangat tepat untuk tempat tinggal vampir. Oleh sebab itu, kota yang namanya menjadi judul awal novel Twilight ini, menjadi pilihan Stephenie Meyer. Padahal, kabarnya, saat menulis Twilight, Stephenie Meyer belum pernah mengunjungi Forks. Saat ini, larisnya Twilight membuat Forks terkenal, dan setiap tanggal 13 September (tanggal lahir Bella), Forks merayakan Stephenie Meyer Day.  

Selain Forks, Stephenie Meyer menggunakan Phoenix (Arizona), tempat dirinya tumbuh, sebagai seting pelengkap untuk menuntaskan konflik penting dalam novel.   

Twilight adalah judul pertama dari serial Twilight Saga karya Stephenie Meyer, penulis perempuan kelahiran Hartford (Connecticut) 24 Desember 1973. Terbit pertama kali dalam versi hardcover Oktober 2005, sebulan kemudian, Twilight masuk daftar New York Times Bestseller untuk kategori Young Adult (YA) Books. Saat ini, Twilight telah diadaptasi ke dalam film oleh Summit Entertainment dengan judul sama dan dijadwalkan rilis Desember 2008. Apakah akan sama, kurang atau lebih bagus dari novelnya, tentu saja akan terjawab dengan menontonnya. Satu yang pasti, dengan penggambaran Edward yang begitu sempurna oleh Stephenie Meyer, rasanya sulit untuk menemukan aktor yang cocok untuk memerankan Edward. 

Twilight, diindonesiakan sebagai rembang petang (hlm. 246). Bagi vampir, rembang petang adalah saat paling aman, saat termudah bagi hidup mereka, saat ancaman terik matahari menghilang. Tetapi, rembang petang juga menjadi saat paling sedih, karena menjadi akhir suatu hari dalam sebuah kehidupan. Menjadi vampir, bagi Edward, bagaikan memasuki momen rembang petang. Ia memasuki kehidupan yang aman, mudah, abadi, tetapi harus mengakhiri kehidupan yang dia dambakan sebagai manusia yang tidak abadi. Bukan pilihannya untuk menggiring Bella memasuki rembang petang yang sama. 

Untuk kover, saya lebih suka kover edisi asli (bahasa Inggris) daripada kover edisi Indonesia. Kover asli dirancang sesuai dengan isi novel. Dalam kover asli, tampak dua tangan memegang sebuah apel merah. Dan pada awal novel, Stephenie Meyer mengutip Alkitab dari Kejadian 2: 17 yang berbunyi, "Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati". Karenanya, dapat disimpulkan jika kover menggambarkan tentang buah terlarang yang dipetik Adam dan Hawa di Taman Eden (Firdaus). Meskipun harus diluruskan, buah yang dalam agama Muslim disebut khuldi, dalam Alkitab (kitab Kejadian), tidak disebutkan namanya. Menurut Stephenie Meyer, si penganut Mormon, kover novel ini menyimbolkan pengetahuan Bella tentang kebaikan dan kejahatan. Dalam Alkitab, buah terlarang, dilihat dari mata Hawa (si perempuan), adalah buah yang baik untuk dimakan, kelihatan sedap dan menarik hati. Tetapi, Hawa tahu, ketika menetap di Taman Eden, Tuhan telah memperingatkan bahwa jika dia memakan buah itu, pada hari dia memakannya, dia pastilah mati. Karenanya, menurut saya, Edward Cullen-lah si buah merah yang mengundang liur itu, begitu menggoda, begitu memikat, tetapi begitu terlarang. 

Setelah membaca habis Twilight, kita bisa menyimpulkan jika cerita Bella dan Edward belum berakhir. Rupanya, Stephenie Meyer telah merencanakan sebuah serial untuk mengeksplorasi habis-habisan kisah percintaan mereka yang penuh tantangan. Dan tidak cukup satu buku untuk menampungnya. Maka, menyusul Twilight, Stephenie Meyer telah menulis New Moon (2006), Eclipse (2007), dan Breaking Down (2008). Itu juga belum cukup. Setelah Breaking Down, memang Bella akan berhenti sebagai narator, tetapi kisahnya masih akan berlanjut. Bahkan Twilight akan digarap kembali, diceritakan dari perspektif Edward Cullen, dalam novel berjudul Midnight Sun.

Secara keseluruhan, saya dapat mengikuti edisi Indonesia tebitan Gramedia ini, tetapi merasa janggal pada penerjemahan 'bulu kuduk di tanganku meremang', seperti pada halaman 40. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kuduk adalah bagian leher sebelah belakang (tengkuk). Jadi, tidak mungkin bulu kuduk ada di tangan. Smile

4 comments:

SheirenGianvani said... Reply Comment

nice :)

Jody said... Reply Comment

trims :)

whprian said... Reply Comment

apakah novel midnight sun akan mempunyai akhir?

Jody said... Reply Comment

@whprian:
Sepertinya tidak, karena seri ini kan sudah selesai. Dan kayanya, tidak ada lagi yang ingin baca... hehehe

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan