Judul Buku: The Hunt For Atlantis
Penulis: Andy McDermott (2007)
Penerjemah: Yohanna Yuni
Tebal: vi + 642 hlm; 14 X 20 cm
Cetakan: 1, 2008
Penerbit; GagasMedia
Kehidupan Nina Wilde tidak dapat dilepaskan dari legenda Atlantis, pulau yang terbenam ke dalam laut dan hilang dari sejarah, yang disinggung Plato dalam karyanya, Timaeus dan Critias. Sejak kecil, ia telah mengenal Atlantis dari kedua orangtuanya. Karenanya, hingga ia dewasa, dan kedua orangtuanya telah tiada –tewas dalam ekspedisi mencari Atlantis di Tibet, pulau itu terus mengusik keingintahuannya.
Setelah
menjadi doktor di bidang arkeologi, Nina mengajukan proposal kepada
universitasnya untuk membiayai ekspedisi pencarian pulau yang konon
telah menghilang lebih dari 11 ribu tahun ini. Ia bermaksud
menyelesaikan obsesi Henry dan Laura Wilde. Sayangnya, bahkan Profesor
Jonathan Philby, yang adalah teman orangtua Nina, tidak mendukung
proposalnya. Padahal, Nina yakin, Atlantis benar-benar tidak sekadar
legenda dan ia bisa memastikan lokasinya di peta.
Kekecewaan
Nina karena proposalnya ditampik, tidak berlangsung lama. Adalah
Kristian Frost, seorang milyarder asal Norwegia, menawari Nina untuk
membiayai ekspedisi yang akan Nina lakukan. Ia juga yang dulu mendanai
orangtua Nina dalam ekspedisi pencarian Atlantis ke Himalaya yang
mengakhiri hidup mereka. Tetapi belum bertemu Frost, Nina sudah nyaris
dibunuh. Untunglah, Frost telah mengutus Eddie Chase, mantan anggota SAS
yang bekerja untuknya, menyelamatkan dan membawa Nina ke kediamannya di
Ravnsfjord, Norwegia.
Sebagai langkah awal, mereka harus mengambil pecahan orichalcum,
(logam yang ditambang di Atlantis) dan hologram yang dijual Yuri Volgan
melalui Failak Hajjar, seorang mantan penjarah makam asal Iran. Nina
akan memastikan bahwa artefak yang dijual itu benar-benar seperti
pengakuan Volgan. Meski gentar pergi ke negara bagian dari Poros Setan,
Nina diteguhkan karena Chase dan Kari, putri Frost, akan bersamanya.
Tetapi, urusan dengan Hajjar tidak berjalan dengan baik. Sebab, Hajjar
tidak akan membiarkan artefak yang diinginkan Frost melayang dari
tangannya, tanpa mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Nina dan
kawan-kawan tidak tinggal diam. Hajjar tidak boleh merintangi perjalanan
mereka.
Setelah
menaklukkan Hajjar, Nina dan kawan-kawan pergi ke Prancis. Di sana,
Nina mencoba menerjemahkan simbol yang ada pada artefak. Namun, tidak
semua bisa diterjemahkan. Jonathan Philby diundang Frost untuk menolong
menganalisis artefak itu. Berhasil, misteri pun terpecahkan. Perburuan
segera diarahkan ke pedalaman Amazon. Benar, di pedalaman Amazon, tim
ekspedisi Nina menemukan replika kuil Poseidon lengkap dengan peta yang
menunjukkan keberadaan Atlantis. Kekaguman mereka tak berlangsung lama,
karena secara tiba-tiba, Qobras datang bersama gerombolannya dan
menghancurkan kuil ini.
Untunglah
Nina telah mengetahui di mana Kuil Poseidon yang asli berada, yang
menunjukkan tempat Atlantis dulu menghias sejarah. Qobras memang bisa
menjangkaunya terus hingga di lokasi tersebut dan menjadikan Nina
tawanan. Tetapi, Nina masih memegang rahasia keberadaan Kuil Poseidon
yang terakhir. Qobras harus menemukan kuil itu untuk memusnahkannya.
Supaya tidak ada peninggalan Atlantis yang tersisa.
Mengapa
Persaudaraan Selasphorus merintangi terus usaha pencarian peradaban
yang hilang ini? Mengapa juga dengan mudah mereka bisa menemukan jejak
Nina dan kawan-kawan? Lalu, apakah kucuran dana dari Frost untuk
menemukan Atlantis hanya sekadar sumbangannya untuk kejayaan dunia
arkeologi?
Dalam
perburuan tersebut, Nina tidak hanya bakal mengetahui rahasia kematian
orangtuanya. Ia juga bisa mengetahui rahasia yang disembunyikan Kristian
Frost sehubungan dengan kerelaannya mendanai perburuan mencari
Atlantis. Maka, perjuangan Nina untuk menuntaskan obsesi kedua
orangtuanya, berubah menjadi perjuangan hidup dan mati.
Sebuah
novel yang menegangkan, bergerak sangat cepat, dan nyaris tidak
menyisakan peluang bagi pembaca untuk menarik napas terlebih dahulu
sebelum melanjutkan. Bahkan sejak prolog, sang novelis telah memantik
ketegangan yang terus berkelanjutan seolah-olah tak akan bersudah.
Beberapa adegan sanggup membuat pembaca tercekat karena sangat mudah
dibayangkan. Belum lagi intrik yang mengundang rasa penasaran yang
tinggi. Alhasil, novel ini menjadi suguhan sinematis yang seru dan
memikat yang tidak akan ditinggalkan pembaca sebelum habis disikat.
Tidak heran jika suatu waktu ada yang tertarik untuk memindahkan
adegan-adegan dalam novel ini ke versi layar lebar beranggaran besar.
The Hunt For Atlantis (Perburuan
Jejak Atlantis) merupakan novel debutan nan eksplosif dari Andy
McDermott, penulis kelahiran Halifax (West Yorkshire) yang sekarang
tinggal di Bournemouth. Telah dialihkan ke dalam berbagai bahasa di
dunia, salah satunya bahasa Indonesia. Edisi Indonesia ini diterbitkan
oleh GagasMedia, yang tampaknya, mulai mengarahkan perhatian pada
penerbitan novel terjemahan yang tidak kalah dengan penerbit lain.
Oleh
McDermott, pada akhir novel, kita bisa mengetahui jika ada cinta muncul
di antara mereka. Tentu saja hal ini bukan sekedar memberi warna
romantis dalam The Hunt For Atlantis. Sebab, McDermott tidak akan
mengakhiri petualangan mereka di sini.
Pada
penghujung novel, kita juga diberi tahu jika Eddie Chase pindah ke New
York. Ia ditawari pekerjaan baru yang sangat menantang. Setelah tahu
Atlantis, yang dikenal sebagai legenda, benar-benar nyata, Perserikatan
Bangsa-bangsa akan membentuk semacam badan pelestarian arkeologi
internasional untuk mencari mitos-mitos kuno lain yang kemungkinan juga
memang ada dengan maksud melindunginya. Dan Nina dipilih sebagai
penanggung jawab. Jadi, Eddie akan terus menemani Nina.
Maka, setelah The Hunt For Atlantis (November 2007), McDermott telah menerbitkan seri petualangan Eddie dan Nina yang lain, yakni The Tomb of Hercules (Juni 2008), The Secret of Excalibur (November 2008) dan The Covenant of Genesis
(beredar Mei 2009). Melihat jarak penerbitan antara satu buku dengan
buku yang lain, kalau tidak McDermott ngebut menulis, tampaknya sebelum
diterbitkan, ia telah menulis setidaknya 2 sekuel.
1 comments:
Solusi konfliknya apa ya ka
Post a Comment