Judul Buku: The Mysterious Benedict Society and The Perilous Journey
Penulis: Trenton Lee Stewart (2008)
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penyunting: Nadya Andwiani
Tebal: 546 hlm
Cetakan: 1, Januari 2010
Penerbit: Matahati
Mereka tergabung dalam Persekutuan Misterius Benedict. Mereka terdiri dari Reynard "Reynie" Muldoon, seorang anak laki-laki yatim piatu yang baru saja mendapatkan ibu angkat; Kate Wetherall, seorang gadis cilik hiperaktif yang membawa ember ke mana-mana; George "Sticky" Washington, seorang bocah lelaki brilian yang senang pamer pengetahuan; Constance Contraire, balita perempuan lucu, penulis bait-bait puisi berima yang sedang dalam proses adopsi untuk menjadi anak pemimpin Persekutuan, Mr. Nicholas Benedict.
Setahun setelah bergabung dalam Persekutuan dan mengalami petualangan menegangkan bersama, mereka kembali bertemu atas gagasan Mr. Benedict. Lelaki penderita narkolepsi ini memberikan mereka sebuah hadiah berupa perjalanan petualangan menarik yang akan dijalani anak-anak bersama Milligan, ayah Kate, seorang agen rahasia, dan Rhonda Kazembe, salah satu asisten Mr. Benedict. Sayangnya, sebelum perjalanan itu dilakukan, datang sebuah kabar buruk, Mr. Benedict yang telah pergi lebih dulu bersama asistennya yang lain, Nomor Dua, menghilang. Ledroptha Curtain, musuh lama mereka, berada di balik peristiwa itu. Terungkap bahwa Mr. Benedict telah menolak permintaan Mr. Curtain untuk memberitahunya rahasia tentang sejenis tanaman langka yang telah menjadi legenda, lokasi tanaman maupun deskripsinya. Anak-anak Persekutuan diberikan waktu 4 hari untuk menyelamatkan Mr. Benedict dan Nomor Dua. Padahal, mereka tidak tahu apa-apa tentang tanaman langka itu. Tanpa mereka harapkan, perjalanan yang semula dirancangkan sebagai kegiatan bersenang-senang untuk mengasah bakat, berubah menjadi perjalanan untuk menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi.
Tidak memiliki tujuan yang jelas, diawali petunjuk berupa teka-teki, anak-anak berusaha meretas perjalanan untuk menemukan Mr. Benedict dan Nomor Dua. Maka terjadilah perjalanan panjang yang dimulai dari Stonetown, kota tempat tinggal Mr. Benedict, dan berakhir di sebuah pulau di benua Eropa, sebuah pulau tidak penting yang namanya jarang bisa ditemukan dalam peta. Dalam perjalanan itu mereka harus berjuang keras untuk berkelit dari perangkap anak buah Mr. Curtain, para Eksekutif dan Manusia Sepuluh (Ten Men), yang berbahaya dan jauh lebih kuat dari mereka. Anak-anak tidak akan dibiarkan sendiri dalam perjalanan melanglang negeri asing, namun mereka tetap mesti berjuang mempergunakan segenap kemampuan dan bakat. Kendati mereka harus mengakui, bukanlah hal yang mudah untuk bisa keluar sebagai pemenang tanpa mencelakakann orang lain.
The Mysterious Benedict Society and The Perilous Journey (Persekutuan Misterius Benedict dan Perjalanan Maut) merupakan buku kedua dari serial The Mysterious Benedict Society yang ditulis oleh seorang ayah Amerika. Ayah dua putra bernama Trenton Lee Stewart ini memiliki pemikiran bahwa anak-anak sering terlihat, namun jarang didengarkan dan selalu diremehkan. Itulah sebabnya, ia, sebagai lulusan Iowa Writers' Workshop, memutuskan untuk menulis buku yang menonjolkan anak-anak sebagai karakter utama.
Maka, agar anak-anak yang sering terlihat itu (siapa sih yang tidak pernah jadi anak-anak?) tidak selalu diremehkan, Stewart harus memasukkan mereka ke dalam pusaran cerita yang mesti menampilkan mereka sebagai pribadi-pribadi yang tidak bisa diremehkan. Dengan kata lain, anak-anak itu memiliki kecerdasan intelek yang lebih dari anak-anak biasa. Tetap dalam wujud bocah, tetapi tidak kalah dengan orang dewasa dalam berpikir dan berpetualang. Untuk itulah Stewart menciptakan tokoh-tokoh dengan perwatakan menarik yang tidak terlupakan: Reynie, Kate, Sticky, dan Constance. Kita tidak mungkin tidak terpukau dengan cara Stewart membuat keempat karakter utamanya terasa hidup di benak pembaca. Setelah menghabiskan satu buku tentang mereka, pembaca akan merindukan kemunculan mereka lagi.
Cerita petualangan yang mengandalkan kinerja otak, itulah yang dipilih Stewart sebagai sarana eksplorasi keberadaan anak-anak yang sering diremehkan. Namun, mereka tidak dibiarkan beraksi tanpa motif dan konflik yang menarik dan tak terduga. Maka, Stewart pun menciptakan Mr. Nicholas Benedict sebagai pengarah anak-anak itu, sebagai orang yang paling mengerti bagaimana menggerakkan anak-anak agar potensinya bisa melejit. Ia pun tidak dihadirkan secara biasa, tetapi sebagai penderita narkolepsi (=keadaan yang ditandai dengan rasa kantuk tak terkendalikan atau masa-masa tertidur tiba-tiba yang sering dijumpai pada penderita histeria dan epilepsi tetapi kadang-kadang juga pada orang sehat), gangguan yang membumbukan unsur suspens dalam jalinan cerita.
Tanpa tokoh antagonis yang berbahaya cerita petualangan akan kehilangan efek mendebarkan. Seperti serial terkenal yang sempat mempesona banyak anak-anak, Harry Potter, Stewart menciptakan Mr. Ledroptha sebagai lawan tangguh bagi Persekutuan. Dan karena ia tidak mungkin beraksi sendiri, ia pun dilengkapi anak-anak buah yang tak kurang berbahaya: Eksekutif dan Manusia Sepuluh. Sekali lagi, seperti formula yang sudah-sudah, tokoh antagonis nan jahat itu baru ditampilkan menjelang ending meski kejahatannya telah mewarnai cerita sejak awal. Menjadi tugas anak-anak buahnya untuk tampil sebelum dirinya sebagai yang paling ditakutkan.
Karena novel ini memiliki tokoh-tokoh dengan kecerdasan lebih, ide yang dijabarkan di dalamnya juga cerdas menggelitik. Menarik sekali ide utama mengenai tanaman duskwort dan thwart-wort sekaligus dengan simbiosis merugikan yang terjadi ketika kedua tanaman itu berada dalam lahan yang sama. Namun, akan lebih menarik lagi jika pengarang menjelaskan kegunaan tanaman berefek hipnotis itu, dilihat dari sisi Mr. Benedict, sehingga perjuangannya tidak sekedar hanya untuk menjadi penyelamat dunia. Apakah racikan dari tanaman ini akan memberikan efek paradoksal sehingga Mr. Benedict dapat dipulihkan dari gangguan narkolepsi?
Sebagai bacaan yang ditargetkan untuk kalangan anak-anak, novel ini tergolong tebal. Namun pendahulunya, Harry Potter –sekali lagi, telah membuktikan bahwa sihir cerita akan menjadi pendobrak kemalasan anak-anak membaca. Stewart sebagai pengarang–dan pengajar penulisan kreatif, tentu saja sangat menguasai resep untuk menghasilkan buku yang berhasil. Dan ini terbukti dalam novel ini. Ia mampu menggiring pembaca dengan ketebalan bukunya, untuk terus membaca hingga selesai. Namun, harus diakui, novel ini memang ditulis untuk anak-anak yang cerdas, yang selalu bisa menduga bahwa, semua yang dijabarkan sang pengarang tidak sekedar ditambahkan untuk membuat novelnya tebal, melainkan untuk keutuhan konflik yang terencana. Misalnya, adakah pengaruh kehadiran seorang saudagar perhiasan kelas kakap yang membawa banyak sekali berlian, di atas kapal Shortcut?
Maria Masniari Lubis, sebagai penerjemah sekali lagi memperlihatkan keunggulan mengalihbahasakan fiksi berbahasa Inggris ke bahasa kita. Selain sedap dibaca, edisi Indonesia ini disunting dan dikoreksi dengan baik, tanpa typo yang kerap mengganggu kenikmatan baca. Satu lagi, terbitan Matahati ini memiliki sampul yang cantik.
Catatan penting: Mungkinkah Constance Contraire adalah gambaran masa kecil dari sang penerjemah?
0 comments:
Post a Comment