Judul Buku : Chicken With Plums
Pengarang : Marjane Satrapi (2004)
Penerjemah : Tanti Lesmana
Penerjemah : Tanti Lesmana
Tebal: 88 hlm; 16 x 23,5 cm
Cetakan: 1, Oktober 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Nasser Ali Khan Memutuskan Mati
Ayam dengan buah plum (chicken with plums) adalah masakan ayam dengan buah plum, bawang saus karamel, tomat, kunyit, dan saffron yang biasanya disajikan dengan nasi. Masakan ini merupakan menu favorit Nasser Ali Khan -karakter utama novel grafis karya Marjane Satrapi -yang dikenal sebagai salah satu musisi tar (alat musik Iran).
Sesungguhnya,
novel grafis ini merupakan kenangan akan paman buyut Marjane Satrapi
(Marji), yang berna ma Nasser Ali Khan Satrapi. Terutama kenangan delapan hari terakhir
hidupnya di bulan November 1958. Marji memulai ceritanya sekitar bulan
September 1958 saat Nasser Ali hendak membeli tar baru untuk mengganti tar
kesayangannya yang patah. Sebelum tiba di toko Mirza, ia bertemu
seorang perempuan dengan anak kecil laki-laki -yang menyapa si
perempuan dengan panggilan 'nenek'- di jalan. Nasser mengira mengenal perempuan
itu dan bernama Irane. Tapi si perempuan mengatakan bahwa ia tidak ingat
pernah mengenal Nasser Ali.
Tar
yang dibeli dari Mirza ternyata tidak memberikan kepuasan baginya.
Maka atas anjuran Manucherhr, Nasser Ali pergi ke Mashad untuk membeli
tar Yahya -tar yang dinilai setara dengan biola Stradivarius). Setelah
mengeluarkan uang sebanyak 2000 Touman untuk sebuah tar Yahya, Nasser
Ali tetap tidak merasa puas. Tidak ada tar lain yang bisa memberinya
kebahagiaan seperti yang diberikan tar kesayangannya. Nasser pun
memutuskan berbaring di tempat tidurnya untuk mati. Nasser Ali
Khan, sang musisi tar terbaik Iran, meninggal pada tanggal 22 November
1958, persis sebelas tahun sebelum pengarang Chicken With Plums dilahirkan (Marji dilahirkan pada 22 November 1969). Nasser Ali dimakamkan di samping ibunya.
Tar
Setelah
adegan pemakaman Nasser Ali, Marji melakukan kilas balik,
menceritakan apa yang terjadi sejak tanggal 15 November sewaktu Nasser Ali
mengurung diri di kamarnya menunggu mati. Selama masa mengurung diri,
beberapa orang masuk ke dalam kamarnya dan membawa masa lalunya ke permukaan (oleh Marji, digambarkan menggunakan latar
belakang hitam). Ia menyayangi Farzaneh dan membelikannya sandal kulit
pink yang menjadi sumber kemarahan Nahid. Ia selalu kalah pamor
dibanding Abdi, adiknya. Ia tidak mencintai Nahid yang telah mencintainya sejak berusia 8 tahun. Ia pernah mencintai putri
pemilik toko jam, tapi lamarannya ditolak. Ia belajar tar kemudian menikahi perempuan yang tidak dicintainya. Akhirnya, ia menjadi dekat
dengan ibunya yang meninggal mendahuluinya setelah menghabiskan 3 lusin rokok.
Pada
hari kedelapan, semua cerita berpadu membentuk alur hidup Nasser Ali
yang ternyata berpotensi depresi. Sebuah kisah yang tidak membahagiakan
tentang seorang laki-laki yang hidup kurang bahagia dalam
kata-kata dan ilustrasi hitam-putih. Tapi keseluruhannya menarik dan diolah dengan cara yang menyentuh hati dengan tidak menanggalkan sisi humornya. Simak misalnya pada hari kelima tatkala Nasser Ali terkenang ibunya yang telah
meninggal dan menyadari ada yang berdoa agar ia tetap hidup. Ternyata
Nasser Ali salah mengira. Anda tidak hanya akan didorong untuk merasa terenyuh, tapi juga akan dibuat tersenyum. Ada Nasser Ali, penggemar
Sophia Loren, yang membayangkan menyantap Ayam dengan Buah Plum sembari berasyik masyuk dengan sang aktris. Mozaffar yang
kentut di hadapan ayahnya., hidup dengan keluarganya di
Amerika Serikat dan menghadapi masalah kegemukan anak perempuannya, Katya. Ibu
Nasser Ali yang memiliki prinsip "Rokok adalah makanan untuk jiwa" dan
meninggal dalam keadaan terselubung awan asap tebal. Kisah malaikat
maut tentang peristiwa pengambilan nyawa Mr. Ashoor. Mustahil kedua
sudut mulut Anda tidak melebar!
Dalam
mengisahkan kehidupan Nasser Ali, Marji tidak hanya menggunakan kilas
balik. Dua kali ia bercerita tentang peristiwa yang terjadi lama
setelah Nasser Ali meninggal. Pada hari pertama Nasser Ali mengurung
diri, Marji mengisahkan kunjungannya ke Teheran dengan ibunya untuk
bertemu Farzaneh. Pada hari keempat, Marji menceritakan kehidupan
Mozaffar dan keluarganya di masa depan.
Ada
pertanyaan yang tergelitik untuk diajukan: siapakah anak laki-laki
yang bersama perempuan yang bertemu dengan Nasser Ali Khan di awal
cerita? Apakah ia cucu si perempuan mengingat ia memanggil 'nenek'
kepada si perempuan? Setelah usai membaca buku ini, ternyata bisa
diketahui jika usia si perempuan kurang lebih sama dengan Nasser Ali.
Maka, heranlah saya jika anak laki-laki itu adalah cucu si perempuan.
Sebab, dikisahkan kalau Nasser Ali belum menjadi 'kakek'.
Novel grafis hitam putih yang berjudul asli Poulet aux prunes
ini pertama kali terbit dalam edisi Prancis tahun 2004 dan diiikuti edisi Inggrisnya pada tahun 2006. Karya penulis yang menetap di Prancis dan
telah menulis beberapa buku anak-anak ini memenangkan Best Album Award (Prix du Meilleur Album) pada Angoulême International Comics Festival pada tahun 2005.
Selain Chicken With Plums, Marji yang adalah kontributor rutin berbagai majalah dan surat kabar di berbagai negara telah membukukan memoarnya sebagai novel grafis, Persepolis: The Story of a Childhood dan Persepolis 2: The Story of a Return. Novel grafisnya yang berjudul Embroideries (Broderies, 2003) telah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan judul Bordir (2006).
0 comments:
Post a Comment