13 February 2012

Six Suspects


Judul Buku: Six Suspects
Pengarang: Vikas Swarup
Penerjemah: Rini Indradini
Tebal: x + 662 hlm; 20,5 cm
Cetakan: 1, Mei 2010
Penerbit: Bentang






Six Suspects adalah novel Vikas Swarup, pengarang India yang sebelumnya telah menerbitkan dan menikmati kesuksesan karya perdananya, Q&A –yang difilmkan dengan judul Slumdog Millionaire. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam 24 bahasa dan akan difilmkan menyusul pendahulunya. Six Suspects adalah novel misteri pembunuhan yang ditulis dengan cara yang tidak biasa.

1. Pembunuhan
Arun Advani, seorang jurnalis investigasi, menulis dalam kolomnya: "Tak semua kematian setara. Dalam kematian pun ada sistem kasta. Penarik becak miskin yang ditikam sampai mati tidak lebih dari statistik, terkubur di halaman-halaman koran. Namun, pembunuhan seorang selebriti seketika menjadi berita utama. Karena orang-orang yang kaya dan terkenal jarang dibunuh. Mereka menjalani kehidupan bintang lima dan, kecuali mereka overdosis kokain atau mengalami kecelakaan ganjil, umumnya meninggal dalam kematian bintang lima ketika mereka sudah ubanan, setelah memilik banyak keturunan dan harta benda." (hlm. 4).

Vivek "Vicky" Rai, seorang industrialis muda dengan kehidupan ala selebritas, mati sebelum ubanan. Ia adalah putra Menteri Dalam Negeri Uttar Pradesh yang tersohor karena berkali-kali lolos dari jerat hukum, kendati melanggar hukum. Pernah menggilas mati enam orang pengemis dalam keadaan mabuk dan membunuh dua rusa hitam liar di sebuah suaka margasatwa, namun mendapatkan putusan tidak bersalah. Pada ulang tahunnya yang ke-25, ia membunuh Ruby Gill, mahasiswi doktoral Universitas Delhi yang bekerja paruh waktu di restoran tempat dilaksanakannya pesta ulang tahun. Ruby Gill ditembak mati lantaran menolak memberikan segelas tequila yang diminta Vicky. Kasus pembunuhan ini menyedot perhatian publik, hingga akhirnya, Vicky mendapatkan kembali impunitasnya. Putusan tidak bersalah kali ini dipestakan di rumah peternakannya di Mehrauli, pinggiran New Delhi. Di sana, ia mati dengan cara sama yang digunakannya membunuh Ruby Gill.

2. Tersangka
Arun Advani menulis lagi: "Para tersangka sangat beragam, kumpulan aneh yang terdiri dari si jahat, si cantik, dan si buruk rupa." (hlm. 9).

Polisi di TKP segera bertindak, menggeledah semua tamu. Enam orang ditetapkan sebagai tersangka, karena mereka membawa senjata api. Mohan Kumar, mantan Sekretaris Kepala Negara Bagian Uttar Pradesh yang dikenal sebagai koruptor dan pemburu wanita. Mr. Rick Myers, orang Amerika bebal yang mengaku sebagai produser Hollywood. Jiba Korwa, pemuda kulit hitam dengan tubuh setinggi lima kaki, berasal dari Jharkand dan dicurigai bagian dari kelompok Naxalite―gerakan revolusioner India yang ingin menggulingkan pemerintahan demokratis dan menggantikan dengan kepemimpinan garis keras― yang pernah mengancam akan membunuh Vicky terkait proyek Zona Ekonomi Khusus.  Munna Mobile, sarjana pengangguran, anak wanita tukang sapu kuil di Mehrauli, yang mendapatkan uang dengan jalan mencuri telepon seluler. Jagannath Rai, si Menteri Dalam Negeri, ayah kandung Vicky, seorang politisi ambisius. Shabnam Saxena,  satu-satunya wanita, aktris Bollywood dengan kemolekan yang menggelarinya "Mimpi Basah Nomor Satu". Ia digosipkan sedang digilai Vicky Rai.

Arun Advani melanjutkan: "Pembunuhan mungkin kusut, tapi kebenaran lebih kusut. Mengikat ujung-ujung yang terurai pasti sulit. Sejarah hidup keenam tersangka perlu disisir. Motif harus ditetapkan. Bukti perlu disusun. Dan baru setelah itu kita dapat menemukan pelaku sesungguhnya." (hlm. 10).

3. Motif

Mohan Kumar: Pensiunan Birokrat
Mohan Kumar mengatasi post power syndrome dengan bergiat sebagai anggota dewan enam perusahaan Vicky Rai dan memelihara wanita simpanan. Pasca menghadiri acara pemanggilan arwah Mahatma Gandhi, ia ditengarai mengidap kepribadian ganda, ada kalanya mengakui dirinya si Bapak Bangsa. Layaknya Gandhi, Mohan bersikap penuh kemuliaan: berpantang seks, berhenti mengonsumsi daging dan alkohol, serta berbusana laksana Mahatma Gandhi. Alhasil, ia menyandang julukan "Gandhi Baba" dan direkomendasikan menerima Nobel Perdamaian. Menanggapi kasus kematian Ruby Gill, Mohan berkata, "Dia adalah muridku yang terhebat. Dia sedang mengerjakan studi doktoral mengenai ajaranku sebelum hidupnya dengan tragis diakhiri terlalu dini." (hlm. 134). Selanjutnya, ia pun menandaskan, "... Aku selalu berpendapat bahwa ketika hanya ada pilihan antara kepengecutan dan kekerasan, aku lebih memilih kekerasan. Jauh lebih baik membunuh seorang pembunuh daripada membiarkannya membunuh lagi. Orang yang sukarela menerima ketidakadilan sama bersalahnya seperti orang yang melakukan ketidakadilan itu."  (hlm.192).

Shabnam Saxena: Aktris Bollywood
"Para pria di India menggolongkan perempuan ke dalam dua kategori―bisa dipakai dan tidak bisa dipakai. Perempuan yang disakralkan adalah ibu dan saudara perempuan mereka. Sisanya adalah hidangan bagi impian mesum dan fantasi mereka saat masturbasi," kata Shabnam Saxena (hlm. 40), si dewi seluloid pengagum Nietzsche. Sebagai wanita asal wilayah terpencil, walaupun tersohor, ia memiliki kebaikan hati. Ia mengundang Ram Dulari, seorang gadis asing berparas cantik ke dalam rumah, dan mengubah si gadis melalui Proyek Cinderella yang digagasnya. Kebaikannya dibalas dengan pengkhianatan yang berpotensi menghancurkan reputasinya. Di tengah problem yang menguras pikiran, adik perempuannya tersandung masalah. Solusinya hanya Vicky Rai. 

Mr. Rick Myers: Produser Hollywood
Bernama asli sama dengan salah satu pencipta Google―Larry Page, operator forklift asal Texas ini bodoh bukan kepalang. Ia datang ke India untuk menikahi sahabat penanya. Sebelum tiba di New Delhi, ia tahu telah ditipu. Ternyata, wanita idamannya telah mengirimkan foto-foto aktris Bolywood paling menggiurkan, Shabnam Saxena, sebagai dirinya. Tongpes, dipecat dari pekerjaan, kehilangan paspor, menggiring Larry dalam pusaran aksi penculikan kelompok teroris Al Qaeda. Kemujuran memihaknya, ia berkesempatan menjumpai Shabnam Saxena, di pesta pembebasan Vicky Rai.

Munna Mobile: Pencuri Ponsel
Meskipun bergelar sarjana, Munna Mobile tidak punya pekerjaan tetap. Mencuri telepon seluler dengan target utama mobil yang berhenti di lampu merah, menjadi pilihannya. Lantaran aksi pencuriannya, ia menemukan sebuah koper berisi uang 75 lakh (±150 miliar rupiah). Uang itu bak katalisator untuk mewujudkan mimpi-mimpi Munna, termasuk cinta kepada gadis cantik bernama Ritu. Nasib sangat suka mempermainkan Munna. Koper itu direbut darinya dan kekasihnya disiksa. "Cinta bisa membuatmu buta, tetapi keputusasaan bisa membuatmu nekat. Kuputuskan untuk membeli pistol," kata Munna (hlm. 268).

Jiba Korwa: Adivasi dari Jarkhand (?)
Eketi memperoleh nama Jiba Korwa dari Ashok Rajput, tanpa tahu konsekuensinya. Pemuda suku Onge―sebuah suku di Andaman Kecil, Teluk Bengali―pergi ke India bersama Ashok untuk mencari relik milik suku yang dicuri. Tanpa relik yang disebut ingetayi itu, suku Onge tidak akan bebas dari musibah, dan siapa pun yang menyimpan ingetayi, dan bukan suku Onge, akan tertimpa malapetaka. Seraya menebar kutukan, ingetayi berpindah tangan hingga meribetkan Eketi. Sempat terpisah dari Ashok, Eketi bergabung kembali dengan si pegawai Depsos pergi ke Mehrauli. Menurut Ashok, yang sebenarnya punya agenda pribadi, ingetayi ada di tangan Vicky Rai.  

Jagannath Rai: Politisi Ambisius
Jagannath Rai tidak pernah puas dengan jabatannya. Ambisi monumentalnya adalah menduduki posisi Menteri Koordinator yang sangat bergengsi. Untuk melancarkan ambisinya, Jagannath tidak pantang menghalalkan segala cara, termasuk memanfaatkan jasa pembunuh bayaran. Yang membuatnya naik pitam, kendala datang dari dalam keluarganya sendiri.  Kendala itu bernama Vicky Rai yang kebebasannya disambut murka publik yang siap menjegal karier politik sang ayah. "Apa kau pernah dengar tentang Ibrahim?" tanya Jagannath kepada pembunuh bayaran-nya. "Setiap Muslim pernah mendengarnya. Dia adalah pria hebat yang siap mengorbankan putranya demi menyenangkan Allah," sahut Mukhtar Ansari (hlm. 313). 

4.  Bukti
Apa sebetulnya yang terjadi pada di sekitar tewasnya Vicky Rai?  Swarup akan mengurainya pada bagian "Bukti" di mana kita menemukan berbagai peristiwa tak terduga. Mohan Kumar akan dipulihkan dari kesurupan. Larry Page akan merasa marah seperti 'pria berkaki satu dalam pertandingan tendang pantat'. Jagannath Rai akan mengambil keputusan penting selaras konsep pengorbanan Ibrahim. Munna Mobile akan menuntaskan kesumatnya. Eketi akan melakukan penebusan dosa, dan Shabnam Saxena akan menegaskan masa depannya. Tapi, siapa yang telah menarik pelatuk dan melepaskan peluru mematikan? Bagian "Bukti" akan memberikan sejumlah kejutan, tapi belum menghadirkan jawaban.

5. Solusi
Di tengah-tengah kegemparan publik, Arun Advani menghamburkan hipotesis dalam kolomnya dan kian memanaskan situasi. Sayangnya, misteri pembunuhan terus bergulir, berbagai fakta saling sengkarut. Ada yang mesti dijadikan korban karena penyidikan terhambat menghasilkan jawaban. Ada yang menangguk keuntungan dari kegerahan situasi. Sesungguhnya, belum ada SOLUSI.

6. Pengakuan
Bagaimanapun, dalam sebuah novel, setiap misteri akan tetap terjawab. Setelah memberikan peluang yang sama bagi setiap karakter untuk mengisahkan perjalanan kehidupan mereka menuju rumah peternakan Vicky Rai, Swarup memutuskan untuk memberikan jawaban. Secara umum, gaya yang ia gunakan mengingatkan pada gaya Agatha Christie ketika menggarap beberapa novelnya. Tapi, tentu saja, Swarup menguasai teknik mutakhir untuk membuat karyanya, dari segi penulisan, menjadi lebih menggairahkan. Keenam tersangka yang dihidupkan secara karikatural diperagakan dengan berbagai cara, termasuk menggunakan pembicaraan telepon dan penulisan catatan harian.

Sang pembunuh berkata, "Epos besar kita mengisahkan kepada kita bahwa, saat kejahatan merajalela, Dewa turun ke bumi untuk memulihkan kebaikan. Dengan segala hormat, itu omong kosong. Tak seorang pun turun dari kahyangan untuk membereskan kekacauan di bumi. Kau harus membersihkan kotoran itu sendiri. Kau harus melepas sepatumu, menggulung celanamu, dan mengarungi got basah berlumpur." (hlm. 651).  Untuk meligitimasi  tindakannya, ia berdalih, "Kuanggap tindakanku sebagai keadilan preventif. Tindakan seorang warga negara yang menerapkan hukum dengan tangannya sendiri ketika tindakan pihak berwenang tidaklah cukup."

Apakah Anda tahu untuk membunuh seseorang Anda butuh tiga hal?  "Motif yang kuat, nyali yang teguh, dan senjata yang bagus," kata si pembunuh (hlm. 655). Swarup menunjukkan bahwa, di India masa kini,  tidaklah sukar mendapatkan ketiganya.

Novel berakhir, kejahatan tidak.  Si pembunuh tahu, pembunuhan bisa menjadi candu (hlm. 659).

Swarup mengindikasikan diri sebagai novelis genial yang piawai meracik tragedi dan komedi kehidupan kontemporer, ke dalam kisah mentereng berlapis yang saat dibaca seakan-akan tengah mengelupas siung bawang. Seks, romansa beda kasta, budaya kekeluargaan, ritual religius, pengontaminasian keadilan, KKN, kriminalitas, ambisi politik, kutukan benda keramat, keglamoran selebritas, dan imbesilitas orang Amerika berkelindan cemerlang dan meriah. Melalui kisah yang bergerak cepat dengan dialog-dialog menggelitik, terjadi pembiakan plot yang pada gilirannya akan membentuk harmonisasi. Menghindar tipikal kisah misteri ―tanpa besutan adegan-adegan detektif guna membekuk si pembunuh― di penghujung novel,  motif dan aksi si pembunuh akan menggugat nurani kita. Menakjubkan ketika mengetahui, si korban memiliki agenda spesial pada saat dibunuh.

Selama membaca novel ini, selera humor kita akan diporot oleh keimbesilan Larry Page. Saking idiot, Larry tidak tahu kediaman presiden negaranya, tidak bisa menyanyikan "The Star-Spangled Banner" bahkan mengira lagu itu ditulis Stevie Wonder. Banyak kalimatnya yang 'kurang waras'.  Sebagai contoh: Aku rela berjalan melewati neraka dengan pakaian dalam anti-api demi dirimu/ Hidup ini bagaikan roti isi tahi―semakin banyak roti yang kaumiliki, semakin sedikit kotoran yang harus kau makan/ Pengetahuanku tentang internet tidak lebih dari pengetahuan babi tentang cara main piano/ Kau bisa memasukkan sepatu botmu ke oven, tapi itu tidak menjadikannya biskuit/ Kau membuatku lebih bahagia daripada babi yang disinari matahari. Masih ada lagi, tapi sudah cukuplah untuk memberi gambaran kalau pengarang suka mengolok-olok orang Amerika.

Kasus pembunuhan yang menggulingkan Vicky Rai dalam pertempuran opini publik didasarkan pada pembunuhan Jessica Lall, model India, di sebuah bar di New Delhi, 29 April 1999. Manu Sharma, 24 tahun, putra Venod Sharma, seorang politisi kaya,  melepaskan dua peluru; salah satunya fatal.  Selain untuk kasus pembunuhan Ruby Gill, kisah dua peluru ini juga akan mewarnai pembunuhan Vicky Rai.

Kendati mengaku sulit menulis buku ini, Vikas Swarup tetap bisa menuntaskan pada waktu senggang di tengah-tengah pekerjaannya sebagai diplomat di Afrika Selatan (2006-2009). Keuletannya berbuah manis, karena buku ini menjadi salah satu karya pengarang India modern yang laik dibaca. Bukan sekadar karena cerita dan gaya penulisan yang mengesankan, tapi juga karena seting yang memberikan pengetahuan realita kehidupan India masa kini bagi pembaca.


Catatan: Tulisan ini ditulis seperti pembagian cerita dalam buku

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan