12 February 2012

The Marriage Bureau for Rich People



Judul Buku: The Marriage Bureau for Rich People
Penulis: Farahad Zama (2008)
Penerjemah: Rinurbad
Tebal:455 hlm; 12,5 x 19 cm
Cetakan: 1, Februari 2001
Penerbit: Matahati



 

Berlatar Vizag –Visakhapatnam, sebuah kota yang berada di antara pantai dan pegunungan di India Selatan dengan populasi 3,5 juta orang, novel ini berkisah tentang lelaki Muslim India bernama Mr. Heyder Ali, yang memutuskan mendirikan biro jodoh setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai pengawai negeri. Ia membuka biro jodoh yang dinamakan Biro Jodoh Ali untuk Kaum Elite untuk menghentikan recokannya kepada sang istri karena tidak bekerja lagi. Di Vizag, ada tiga agama yang banyak dianut penduduknya: Hindu, Muslim, dan Kristen, seperti yang dilambangkan oleh bangunan suci masing-masing agama di 3 bukit yang berada di kota itu. Maka Mr. Ali pun memasang iklan di surat kabar dengan target pria dan wanita dari 3 agama ini yang tengah mencari jodoh. 

Bisnis ini berkembang sesuai harapan dan tidak lama kemudian sudah memiliki anggota yang siap dicarikan jodoh. Setiap kali menjadi anggota, para klien akan membayar biaya sejumlah 500 rupee. Mr. Ali akan membuat iklan, menyusun daftar calon pengantin dan berusaha mendapatkan jodoh bagi kliennya. Kesibukan Mr. Ali yang meningkat membuat istrinya terganggu dan merasa disepelekan. Maka, ia mempekerjakan seorang asisten perempuan bernama Aruna, yang adalah seorang gadis Hindu dari kasta Brahmana Waidika, untuk membantunya. 

Kesuksesan demi kesuksesan perjodohan yang dilakukan biro jodoh Mr. Ali ini membuat semakin banyak klien yang mendatangi rumahnya. Orangtua atau saudara yang mencarikan jodoh yang cocok bagi anak/saudara laki-laki atau perempuan mereka. Bahkan duda dan janda. 

Mencarikan jodoh bagi penganut Islam dan Kristen tampaknya mudah. Mereka tidak mempunyai sistem kasta sehingga tidak ada syarat kasta yang mesti dipenuhi. Tetapi, dalam kenyataannya, mencari pasangan yang tidak mencantumkan syarat, bagi Mr. Ali, lebih sulit dibandingkan yang bersyarat. 

Ironisnya, walau usaha biro jodohnya memberikan dampak positif bagi para klien, Mr. Ali (dan istrinya) tidak dengan mudah mencarikan calon istri bagi anak tunggal lelaki mereka, Rehman. Ia belum berniat menikah, tidak bekerja selayaknya seorang insinyur, malah jadi pemimpin aksi protes pembangunan wilayah ekonomi khusus di desa Royyapalem. 

Sementara itu, diiming-imingi tambahan gaji, Aruna bekerja dengan giat sambil berusaha mengabaikan keberadaannya sebagai perempuan Hindu yang sudah saatnya menikah. Mr. Ali tidak menyadari, asistennya yang manis namun tidak terlalu cantik itu, membutuhkan sebuah kesempatan emas: kehadiran seorang lelaki kasta Brahmana yang mau meminangnya sebagai istri tanpa mengharapkan maskawin atau tuntutan lain yang tidak bisa dipenuhi keluarganya yang dalam kesulitan keuangan. 

Akankah Aruna menemukan jodoh yang tidak mengecewakannya? Yang jelas, akan tidak menarik jika kesuksesan Biro Jodoh Ali menyatukan berbagai pasangan tidak terjadi dalam hidup sang asisten yang masih lajang. 

Biro Jodoh Ali bagaikan sebuah miniatur India. Di sana tiga penganut agama utama, masuk keluar mencari jodoh. Perbedaan kasta dalam kalangan penganut Hindu dinyatakan dengan tegas lewat persyaratan yang dikemukakan pencari jodoh. Tidak semua perempuan penganut Hindu mampu memenuhi maskawin yang disodorkan pihak laki-laki yang diatur adat istiadat. Kekayaan berbaur dengan kemiskinan. Ada klien dan keluarga klien yang kaya raya. Namun di bagian belakang biro jodoh itu ada seorang pelayan perempuan yang kebingungan bagaimana bisa membayar ongkos operasi tumor otak salah satu cucunya.  Kesedihan, tetapi juga harapan akan kebahagiaan mencoba mengisi ruang kosong yang ada. Biro Jodoh Ali juga merupakan gambaran mini dari Vizag. Ada tiga agama berbaur di sana, tetapi tidak menimbulkan pertikaian. Dan bukankah itu salah satu yang menjadi harapan orang India yang merindukan perdamaian ketimbang keributan yang antara lain kerap meletus di antara umat Muslim dan Hindu?

The Marriage Bureau for Rich People (Biro Jodoh Khusus Kaum Elit) merupakan karya perdana Farahad Zama, seorang lelaki kelahiran India yang saat ini bersama keluarganya menetap di London. Setelah novel ini, perjalanan Biro Jodoh Ali telah dikembangkan dalam novel-novel berjudul The Many Conditions of Love (2009) dan Not All Marriages are Made in Heaven (2010). Rupanya Farahad Zama adalah orang yang mudah melakukan perpindahan karier. Meraih master dalam bidang Teknik Elektro, dia sukses bekerja di bank investasi, dan sekarang menjadi novelis yang diperhitungkan di Inggris dengan spesialisasi perjodohan pasangan India –seperti yang terjadi antara dia dan istrinya. 

Ditulis dengan ringan, kita tidak akan menemukan keruwetan dalam alur dan isi novel setebal 455 halaman ini. Membacanya bagaikan sedang menikmati kudapan hangat bergizi namun tidak mengenyangkan. Kita memang bisa mengenal India, budaya dan kerumitan kasta yang mungkin membuat kita heran. Tetapi akan lebih menginginkan budaya dan kerumitan itu disajikan dalam konflik-konflik yang lebih menggigit. Sehingga hasilnya, walau dalam kemasan populer, akan tetap membekas dalam benak pembaca. 

Tetapi, bagaimanapun, The Marriage Bureau for Rich People tetap merupakan karya yang menarik untuk dibaca. Karenanya, setelah selesai membaca novel ini, kita harus membaca serial selanjutnya, yang mungkin akan semakin kaya, dengan bertambahnya pengalaman Farahad Zama merangkai cerita. 

Hasil terjemahan yang gurih dan penyuntingan serta koreksi yang jeli menjadi nilai tambah bagi kenikmatan membaca edisi Indonesia ini

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan