12 February 2012

Extremely Loud & Incredibly Close


Judul Buku: Extremely Loud & Incredibly Close
Pengarang: Jonathan Safran Foer (2005)
Penerjemah: Antie Nugrahani
Tebal: 430 halaman
Cetakan: 1, Maret 2010
Penerbit: Mahda Books




 "Aku menyesal karena butuh sebuah kehidupan untuk mempelajari cara menjalani hidup, Oskar. Karena jika aku bisa menjalani kehidupanku lagi, aku akan melakukan berbagai hal dengan cara berbeda." (Grandma kepada Oskar, hlm. 224)





Sebelas September 2001, menara kembar World Trace Center ambruk  sebagai hasil aksi terorisme.  Thomas Schell, seorang lelaki yang menjalankan bisnis perhiasan keluarga sedang mengadakan rapat di sana saat itu. Tentu saja ia tewas, jasadnya tidak ditemukan, tetapi istrinya memakamkan peti kosong untuk mengenangnya.

Lebih dari setahun setelah ayahnya lenyap di Ground Zero, Oskar, putra semata wayang Thomas Schell –penemu, perancang perhiasan, pemain tamborin, dan pemuja ahli astrofisika Stephen Hawking- menemukan sebuah kunci di sebuah amplop dalam vas biru yang indah di lemari ayahnya. Menurut pekerja di sebuah toko kunci, kunci itu bukanlah kunci untuk membuka pintu melainkan untuk membuka sejenis kotak deposit. Menjadi tugas Oskar untuk mencari lubang yang cocok bagi kunci itu. Padahal, di kelima sektor New York terdapat sekitar 162 juta lubang kunci. Dari sebuah toko perlengkapan seni rupa, Oskar mengetahui bahwa kata "black" yang tertulis pada amplop tempat kunci tersimpan menunjukkan nama orang. Anehnya, di toko yang sama ia menemukan fakta bahwa setelah ayahnya meninggal ada yang mengunjungi toko perlengkapan seni rupa menggunakan nama ayahnya.

Riset Oskar menghasilkan 472 orang bernama Black di New York. Untuk menghemat separuh waktu yang akan ia pakai menyelidiki semua nama itu, ia memutuskan meninggalkan kursus bahasa Prancisnya. Sesudah itu, perburuan lubang kunci pun dimulai sebagai raison d'être-nya yang paling utama. Salah satu Black ternyata berada satu apartemen dengan Oskar, hanya menempati lantai yang berbeda, Mr. Black. Selama enam setengah bulan, Mr. Black akan membantu pencarian yang dilakukan Oskar hingga ia merasa tugasnya sudah selesai.

Delapan bulan pencarian Oskar tidak memberikan hasil, tidak ada yang punya informasi tentang kunci ayahnya. Setiap kegagalan mencetuskan kemarahan yang dilampiaskannya dengan mememarkan dirinya. Setiap tiba di jalan buntu ia merasakan sepatu botnya bertambah berat. Ia bahkan baru tiba pada Black yang nama depannya dimulai dari huruf P.

Namun pada puncak kegelisahannya, Oskar menemukan sebuah pesan dalam pesawat telepon yang berasal dari delapan bulan silam. Pesan itu akan memastikan jika pencariannya tengah menuju akhir. Sudah ada orang yang menunggu kunci itu selama dua tahun dengan putus asa.  Oskar tidak menyangka, dalam tempo satu hari, ia mesti merasakan dua kekecewaan yang mendalam. Pertama, katanya, "Pencarianku adalah drama yang ditulis oleh Mom, dan dia sudah mengetahui akhirnya waktu aku masih di awal." (hlm. 357). Kedua, ujarnya, "Mencari lubang kunci itu membuatku tetap dekat dengan Dad sedikit lebih lama." (hlm. 373).

Diam-diam, Oskar menyimpan rahasia yang tidak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun; Mom atau Grandma, atau si penyewa di apartemen Grandma, yang menolongnya melakukan pencarian setelah Mr. Black pergi. Tentang ketakutan dan kebingungannya saat dipulangkan dari sekolah sebelum waktunya pada 11 September 2001, setelah menara pertama tumbang dihantam pesawat terbang. Tentang ketidakmampuannya menghadapi dering telepon yang berakhir tepat ketika menara kembar World Trade Center amblas seutuhnya.

Alih-alih, tidak hanya Oskar yang menyimpan rahasia. Mom punya rahasia yang tidak pernah ia ceritakan pada Oskar terkait dengan hari meninggalnya Dad. Grandma memiliki rahasia dari masa lalu dan masa kini yang tidak ingin dibaginya kepada Oskar. Si penyewa di apartemen Grandma juga punya rahasia yang mesti ia tindas demi janjinya kepada perempuan yang mencintainya. Bahkan Dad yang telah meninggal memendam rahasia yang tertunda pengungkapannya sampai dua tahun setelah kepergiannya. Mereka semua tidak menemukan cara paling cemerlang untuk berbagi selekasnya.

Extremely Loud & Incredibly Close adalah novel kedua Jonathan Safran Foer, pengarang kelahiran Washington 21 Februari 1977, setelah Everything is Illuminated (2002). Cerita utamanya yang bergulir di New York masa kini digelontor dari sudut pandang orang pertama, menggunakan Oskar sebagai narator. Menariknya, Oskar yang berusia sembilan tahun benar-benar bercerita sebagai anak-anak. Pemikirannya yang polos dan jernih sebagai anak-anak terserak di mana-mana dalam bagian-bagian yang dikisahkannya. Pendapatnya kerap jenaka dan mengejutkan, membuat kita tersenyum diam-diam atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Memang terkadang ia sok dewasa, tetapi alih-alih membosankan, hasilnya  justru sangat menggemaskan. Semua orang dewasa yang berjumpa dengannya dalam novel secara otomatis akan menaruh sayang padanya. Hal ini pula yang ikut mencetuskan kehendak si penyewa di apartemen Grandma untuk mengeksekusi tindakan bodoh yang sama dengan yang pernah ia lakukan puluhan tahun sebelumnya. Oskar, si penemu googolplex, memiliki buku kliping yang ia namakan Stuff that Happened to Me. Di situ ia mendokumentasikan gambar-gambar yang ia unduh dari Internet, gambar dari majalah dan koran, juga hasil bidikan dengan kamera peninggalan Grandpa. Gambar-gambar itulah yang mengisi novel ini, termasuk gambar tubuh berjatuhan yang terdapat pada halaman-halaman terakhir novel. Paduan cerita dan gambar membuat tuturan Oskar menjadi berbeda dan lebih mengesankan.

Di sela-sela cerita yang disampaikan Oskar, pengarang yang adalah suami Nicole Krauss -pengarang The History of Love, menyisipkan kisah yang dipungut dari buku harian seorang lelaki tua yang juga bernama Thomas. Ia menujukan tulisan-tulisannya kepada anaknya dengan judul "Mengapa Aku Tidak Ada di Sana Bersamamu". Di dalam tulisannya, Thomas yang bukan ayah Oskar, menceritakan kisah cintanya dengan dua perempuan bersaudara dari keluarga Schimdt, yang dimulai di Dresden, Jerman hingga New York, Amerika Serikat. Tulisan-tulisan ini ditulis dalam alinea yang sangat panjang lebar dan hanya sedikit ditingkahi percakapan si penulis yang bisu dengan orang-orang tertentu. Sebagaimana cara Oskar menampung dialog antara dua orang dalam satu alinea, demikian pula yang dilakukan Thomas, dengan cara yang jauh lebih parah. Bahkan pada tulisan terakhirnya kalimat demi kalimat saling timpa sampai menghasilkan tiga setengah halaman yang tidak bisa dibaca (hlm. 345-348). Si penulis memang sedang kehabisan halaman kosong dalam bukunya ketika menulis. Ada lagi satu tulisan berantakan yang ditandai dengan banyak tinta merah untuk menyatakan kesalahan. Harus sabar membacanya, dan memang harus dibaca, karena sengaja disajikan dengan cara seperti itu. Kemudian, ada lagi lebih dari dua halaman yang menyajikan banyak angka, yang begitu tahu maksudnya, tidak apa-apa segera dilewatkan saja sebelum merasa pening. Salah satu bagian dari tulisan ini terjadi di seputar peristiwa 11 September 2001 dan akan berkelindan dengan kehidupan Oskar.

Bagian lain yang menyela cerita Oskar adalah tulisan-tulisan Grandma yang bertajuk "Perasaan-perasaanku". Grandma menceritakan kehidupan keluarganya yang sentosa hingga pengeboman tempat tinggalnya yang menyebabkan ia kehilangan keluarganya. Grandma meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke New York. Di sana ia bertemu seorang lelaki yang bercita-cita menjadi pematung. Mereka menikah, Grandma mengandung Thomas, ayah Oskar, tetapi Grandpa-nya Oskar pergi meninggalkan Grandma. Setelah mengalami kehilangan cinta pada periode lain dalam hidupnya, Grandpa menolak mencintai apa pun karena takut kehilangan lagi.

Secara keseluruhan Extremely Loud & Incredibly Close adalah sebuah novel ajaib yang memikat untuk dibaca. Awalnya mungkin akan terasa berat, tetapi begitu pembaca menemukan unsur-unsur krusial yang saling berkelindan dari halaman ke halaman, menuntaskan novel ini menjadi aktivitas yang sangat mendebarkan. Isinya sangat menyentuh, pada banyak tempat terasa mengenaskan , pada tempat yang lain akan menghangatkan hati dengan kesadaran penuh akan keindahan rasa sayang yang dinyatakan dan kepedihan cinta yang tidak pernah diungkapkan.

Dari segi gaya penceritaan, novel yang menyeruak dari belantara kisah seputar 11 September ini tidak sepenuhnya konvensional. Teknik yang digunakan pengarang sebetulnya bukan hal yang baru pula, tetapi hasilnya tetap terasa orisinil dan sarat oleh kekayaan imajinasi. Bila dilihat dari keterhubungan satu bagian dengan bagian yang lain yang begitu padu, jelaslah jika sebelum menuangkan dalam bentuk tulisan, sang pengarang telah lebih dahulu memperhitungkan penempatan yang tepat bagi setiap petunjuk untuk menggelorakan ceritanya.

Lalu, apa maksud judul unik yang diterjemahkan sebagai Benar-benar Nyaring  & Sungguh-sungguh Dekat ini? Temukan sendiri dalam novel yang edisi Indonesianya merupakan  terjemahan Antie Nugrahani, salah satu penerjemah yang telah berkali-kali menghasilkan karya terjemahan yang gemilang. Sementara membaca edisi Indonesia terbitan Mahda Books, saya yakin, Anda akan membayangkan kerepotan si penerjemah ketika menangani karya Jonathan Safran Foer ini. Untunglah hasilnya setimpal, sebab edisi Indonesianya memang tidak sulit untuk dinikmati.



Jonathan Safran Foer dan Nicole Krauss


1 comments:

rusman said... Reply Comment
This comment has been removed by the author.

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan