12 February 2012

Magic Or Madness



Judul Buku: Magic or Madness
Pengarang; Justine Larbalestier (2007)
Penerjemah: Meilia Kusumadewi
Tebal: 320 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Januari 2010
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama





Sejak dalam kandungan Reason Cansino sudah berada dalam pelarian. Ia melarikan diri bersama dengan ibunya, Sarafina, dengan memegang keyakinan yang dicekokkan ibunya. Bahwa sihir adalah sesuatu yang tidak nyata dan buruk, bahwa nenek Reason, Esmeralda yang adalah ibu Sarafina, seorang penyihir titisan iblis. Dalam kelicikannya, Esmeralda telah melakukan hal-hal yang tidak bisa diterima Sarafina: bercinta dengan setiap pria yang ditemuinya untuk mencuri energi vital mereka, mengorbankan banyak binatang, dan memakan janin manusia.

Setelah 1 kali tertangkap dan berhasil kabur, pada usia 15 tahun Reason tertangkap lagi dan harus tinggal bersama neneknya. Sarafina menjadi gila dan harus dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di Sydney, kota kediaman Esmeralda. Kendati demikian, tidak ada keinginan dalam hati Reason untuk terus serumah dengan neneknya. Ia pun mencari jalan untuk kabur dan dalam upayanya, ia berkenalan dengan seorang remaja putra bernama Tom Yarbro, penjahit yang bercita-cita menjadi desainer terkenal. Berbeda dengan Sarafina, Tom menganggap Esmeralda, yang dipanggilnya dengan nama Mere, sebagai seorang perempuan yang baik. Bersama Tom, Reason menemukan sebuah rahasia keluarga yang tidak pernah diceritakan Sarafina padanya: hampir semua perempuan dalam keluarga Cansino meninggal dalam usia muda.

Sebelum ia memecahkan misteri keluarga yang membingungkan ini, Reason menemukan sebuah kunci antik di dalam kamar neneknya. Ia menyangka kunci itu akan membukakan jalan keluar baginya untuk minggat. Namun, ketika pintu belakang rumah Esmeralda bisa terbuka menggunakan kunci itu, Reason menemukan dirinya beralih dari musim panas di Australia, ke musim dingin di sebuah kota di Amerika Serikat, New York City. Di sana, ia telah ditunggu Julieta, gadis sebaya yang memanggil diri sendiri dengan nama Jay-Tee. Gadis yang sedang melarikan diri dari rumah ayahnya ini membawa Reason ke apartemennya, dan berpura-pura menjadi sahabat Reason. Sang gadis blasteran Australia-Aborigin tidak tahu, Jay-Tee memiliki agenda khusus untuk mengantarnya ke atas pohon silsilah keluarganya yang tak terduga. Yang mengungkapkan bahwa sihir itu nyata, bersifat genetis, dan Reason adalah seorang penyihir.

Lalu, apakah Esmeralda akan membiarkan cucunya lolos begitu saja dari pengawasannya? Tentu saja, tidak. Reason perlu mengetahui dengan baik seluk-beluk dunia sihir. Reason perlu mengetahui siapa dirinya dengan benar. Sekaligus memahami penyebab kegilaan ibunya dan kematian perempuan-perempuan dalam keluarganya pada usia muda.

Sesungguhnya, judul Magic or Madness yang dipilih Justine Larbalestier untuk novel perdananya ini mengandung unsur spoiler. Judul ini merupakan pilihan yang diperhadapkan kepada para karakter yang menemukan diri mereka bahwa secara genetis mereka adalah penyihir. Sihir memang menakjubkan, tapi selalu membawa dilema. Bak makan buah simalakama, menolak takdir sebagai penyihir akan menjadi gila, tetapi menggunakan sihir bisa mempersingkat usia. Inilah yang mesti dipelajari Reason -juga Tom, dan Jay-Tee, agar tidak gegabah melakukan aktivitas sihir. Reason telah membuktikan, kemarahannya telah menghasilkan sihir dengan akibat yang mengerikan.

Tidak semegah serial penyihir Harry Potter, namun novel ini bukan tidak menarik. Ide rahasia sihir yang disiapkan pengarang orisinil dan menggigit. Dengan novel ini, seperti yang diakui Justine Larbalestier, ia hendak menciptakan sistem sihir yang masuk akal. Baginya sihir tidak menjadi sekadar jalan keluar yang mudah untuk setiap masalah yang dihadapi karakter pahlawannya. Sihir harus berbahaya, mengerikan dan berpotensi tinggi menciptakan berbagai konflik di antara para penyihir, bahkan di antara para anggota keluarga yang berbakat sihir.  Dan tidak perlu mantra untuk mewujudkannya.

Dituturkan dengan baik dan tidak murahan, novel ini masih menyimpan hal-hal yang belum terjawab. Pengarang tentu sudah mempersiapkan jawaban karena novel peraih penghargaan Andre Norton Award 2007 ini telah berkembang menjadi trilogi. Dipersembahkan kepada 2 kota yang menjadi favorit pengarang (dan suaminya, pengarang bernama Scott Westerfield) –Sydney dan Ney York City,  dua judul telah menyusul: Magic Lessons dan Magic's Child.

Hasil terjemahan edisi Indonesia cukup baik untuk dinikmati. Walaupun, mungkin, tidak sesedap membaca edisi aslinya. Ketika bertutur menggunakan perspektif Reason (orang pertama) dan Tom (orang ketiga), pengarang memakai tata bahasa Australia, sedangkan ketika menggunakan perspektif Jay-Tee (orang ketiga) memakai gaya Amerika. Yang perlu diperhatikan dalam edisi Indonesia ini adalah dari segi penyuntingan. Satu kali lagi penyiangan akan membuat novel ini tampil lebih elegan. 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan