Judul: Heaven's Net is Wide
Pengarang: Lian Hearn (2007)
Penerjemah: Meithya Rose Prasetya
Tebal: 786 halaman
Cetakan: 1, Desember 2009
Penerbit: Matahati
"Pastikan bahwa kematianmu terjadi pada waktu yang tepat, bahwa kematianmu itu penting. Kita semua berharap kehidupan kita bermakna; sebab kematian yang bermakna adalah karunia yang lebih langka. Berilah makna pada kehidupanmu: jangan bergantung padanya, tapi jangan pula menyepelekannya." (Matsuda kepada Shigeru, hlm. 106).
Heaven's Net is Wide adalah novel prekuel dari trilogi Kisah Klan Otori yang telah beredar lebih dulu: Across the Nightingale Floor (2002), Grass for His Pillow (2003), dan Brilliance of the Moon (2004). Sebelumnya telah terbit sekuel dari trilogi yang diberi judul The Harsh Cry of the Heron (2006). Jika diurut secara kronologis, buku kelima ini menjadi buku pertama Kisah Klan Otori kendati dalam penulisan dan penerbitan menjadi buku penutup seluruh seri.
Dalam novel ini, Lian Hearn membabarkan kisah yang berawal sekitar tujuh belas tahun sebelum dimulainya Across the Nightingale Floor. Sebagaimana karya terdahulu, novel ini mengambil latar belakang wilayah imajiner pada masa feodal Jepang yang dinamakan Tiga Negara: Negara Timur, Tengah, dan Barat. Klan Tohan menguasai Negara Timur, klan Otori menguasai Negara Tengah, dan klan Seishuu (antara lain klan Maruyama, klan Arai, dan klan Shirakawa) menguasai Negara Barat. Dari setiap klan yang ada di Tiga Negara, klan Tohan yang paling bernafsu mengerakahi wilayah Tiga Negara. Kehidupan Tiga Negara ini menyisakan tempat pada Tribe –para pembunuh bayaran dengan kemampuan menggandakan diri, berpendengaran tajam dan bisa menghilang- yang diam-diam memegang peranan penting dalam peta kekuasaan di Tiga Negara dan Hidden yang tidak lain adalah para pemeluk Kristen sebagai warga minoritas.
Karakter sentral novel adalah Lord Otori Shigeru, pewaris klan Otori. Di dalam novel ini ia digambarkan sebagai sosok ksatria yang bijaksana dan welas asih dengan kesabaran yang dihasilkan dari tempaan kehidupan. Ia adalah sulung dari dua bersaudara yang dilahirkan Lady Otori Masako untuk Lord Otori Shigemori. Bagi yang telah membaca seri sebelumnya, pasti sudah mengetahui hubungan karakter ini dengan karakter utama trilogi Kisah Klan Otori – Otori Takeo.
Novel dibuka dengan cerita pembunuhan Kikuta Isamu -anggota Tribe yang ingkar, menikahi perempuan Hidden, dan tinggal di sebuah desa terpencil- oleh Kotaro, sepupunya. Setelah itu, pengarang menggiring pembaca menuju kehidupan Shigeru yang pada umur 12 tahun telah dipersiapkan menggantikan ayahnya. Pada umur 15 tahun, begitu mulai merambah petualangan seksual, ia dikirim selama setahun untuk belajar seni pedang di biara Terayama. Ia dilatih Matsuda Shingen, mantan pendekar yang telah menjadi biksu. Sebelumnya, Matsuda telah menolak tawaran untuk melatih Iida Sadamu, putra Iida Sadayoshi, pemimpin klan Tohan. Ketika Shigeru berhasil mengalahkan Matsuda, tibalah saatnya untuk kembali ke Hagi, kota kastil klan Otori. Kemenangannya diikuti perkenalannya dengan Kenji atau si Rubah, seorang Tribe, dan menjadikannya bulan-bulanan keberangan klan Tohan gara-gara menewaskan salah satu pendekar Tohan.
Sekembalinya di Hagi, Shigeru menyarankan ayahnya untuk menantang klan Tohan. Ia cemas klan Tohan bertambah kuat dengan penaklukan yang akan mereka lakukan pada sekutu Otori. Namun kedua pamannya yang culas –Shoichi dan Masahiro, menolak usul Shigeru. Mereka bahkan menganjurkan permintaan maaf kepada Tohan yang disertai dengan hadiah sebagai kompensasi. Bukan kedamaian yang dihasilkan, malah kekejaman Tohan kian menjadi. Mereka membasmi Hidden sampai ke wilayah perbatasan yang menjadi teritorial klan Otori. Keluhuran hati Shigeru membantu Iida Sadamu yang terjebak liang di wilayah Otori tidak menggugah pihak Tohan.
Setelah Iida Sadayoshipem -pemimpin klan Tohan- mangkat, Sadamu makin galak menentang klan Otori. Ia mencari sekutu di Negara Tengah maupun Barat. Untungnya, Lady Murayama Naomi -pemimpin klan Maruyama, dan Arai Daiichi -pemimpin klan Arai- di Barat tetap menyatakan kesetiaan pada Otori. Persekutuan Shigeru dengan keduanya menjadi laporan berharga yang disampaikan Muto Shizuka, seorang perempuan Tribe, kepada Iida Sadamu. Akibatnya, Sadamu bermaksud menyerang Negara Tengah tanpa peringatan. Ia berhasil memperoleh dukungan Noguchi Masayoshi dan Kitano Tadakazu, yang dulunya mendukung Otori.
Pihak Otori tentu saja tidak tinggal diam. Bersama ayahnya, Shigeru memimpin pasukan dari Hagi menuju Yaegahara untuk menyongsong peperangan. Satu hal yang ditanamkan Shigemori kepada Shigeru adalah tidak boleh asal mencabut nyawa sendiri jika mengalami kekalahan. Pedang Jato, pedang legendaris milik keluarga, yang akan menentukan tindakan yang diambil: bunuh diri atau hidup untuk membalas dendam.
Pengkhianatan para pendukung Otori menyebabkan kekalahan parah di pihak Otori. Shigeru mesti menghadapi tewasnya orang-orang terdekatnya termasuk Shigemori, ayahnya, dan Mori Kiyoshige, sahabatnya. Saat hendak bunuh diri, mendadak Jato mendatanginya. Kenji, teman Tribe-nya, menemukan Jato dan membawa pedang itu kepadanya. Atas bantuan Kenji, Shigeru bisa kembali ke Hagi kendati ia harus mendapati kekuasaan klan Otori telah meluntur dan beralih kepada kedua pamannya. Ia dipaksa menerima syarat perundingan yang ditawarkan Sadamu: mundur dari kehidupan politik. Secara mengenaskan, Shigeru meninggalkan jalan pedang dan menjadi petani. Namun di dalam identitas barunya, Shigeru tetap mengobarkan api dendam yang tidak akan padam sebelum Iida Sadamu mati. Ia memang tidak bisa berharap banyak pada Arai Daiichi, Murayama Naomi ataupun kelompok yang menamakan diri "Kesetiaan pada Bangau". Ia pun tidak akan meminta langsung bantuan Tribe –yang banyak digunakan klan Tohan- untuk menghabisi Iida Sadamu. Ia hanya membutuhkan seseorang berdarah Otori yang mampu melintasi lantai nightingale di kediaman Sadamu.
Di penghujung novel, Shigeru akan bertemu dengan Tomasu. Dialah yang bisa membantu penuntasan dendam Shigeru. Oleh Shigeru, Tomasu diberi nama Otori Takeo dan akan menjadi karakter sentral dan paling seru dalam Kisah Klan Otori. Ia bukan saja Otori, tetapi juga Hidden dan Tribe. Pertemuan Shigeru dan Takeo akan menjadi pembuka novel pertama dari trilogi Kisah Klan Otori: Across the Nightingale Floor.
Seperti biasa, pasti akan ada karakter-karakter wanita. Menyeruak dari jagat sempit sang ibunda, Lady Masako, yang keberadaannya cukup dihormati di panggung politik, Shigeru mengenal Akane. Anak tukang batu (yang membangun jembatan batu penghubung kastil Otori dan daratan Hagi kemudian mati karena pekerjaannya) ini bekerja sebagai pelacur di Rumah Kamelia. Ia bukan wanita perdana dalam kehidupan seksual Shigeru tetapi memiliki kemolekan yang mampu menggaduhkan syahwat Shigeru muda. Shigeru mengeluarkannya dari bordil untuk menjadi selir, bukan istri. Yanagi Moe lah yang terpilih menjadi istri Shigeru, walau ia gagal menjadi pelabuhan tempat Shigeru meneduhkan gairah. Kematian Moe hampir menandaskan hasrat Shigeru akan tubuh wanita sampai ia terpikat kejelitaan Muyama Naomi. Selain nama-nama yang telah disebutkan, kehidupan Shigeru juga akan diwarnai kehadiran Muto Shizuka, kekasih Arai Daiichi, yang diam-diam mencintainya.
Bagi yang belum pernah membaca Kisah Klan Otori, kemungkinan pertanyaan yang akan terus berkelebat sepanjang novel adalah peranan Kikuta Isamu yang mati dibunuh di awal novel. Jawabannya memang telah tersaji di bagian-bagian akhir novel. Untuk mencapainya, sebaiknya teruslah melembari halaman novel dan jangan segera berkunjung ke tempat jawaban berada.
Lian Hearn, sang pengarang yang bernama asli Gillian Rubinstein, adalah pengarang buku anak-anak di Australia. Ia menulis Kisah Klan Otori sebagai wujud ketertarikannya pada Jepang. Setelah mempelajari bahasa Jepang dan melakukan perjalanan ke sana, ia memutuskan menulis novel dewasa pertamanya: Across the Nightingale Floor (2002). Kesuksesan novel ini tidak hanya menghasilkan karya trilogi, tetapi juga sebuah sekuel dan prekuel yang secara fisik lebih gemuk.
Heaven's Net is Wide ditulis menggunakan narasi padat yang sedap diikuti, pada berbagai tempat memancarkan keindahan yang akan merampas fokus pembaca. Sebagai sebuah epik, novel ini memiliki kekayaan materi. Di dalamnya kita tidak saja mengikuti kisah cinta menggaduhkan dan penuh tantangan, pula tidak hanya cerita peperangan bersimbah darah, tetapi juga perjuangan manusia untuk menjadi sabar bak bangau menanti mangsa menghadapi ketidakadilan dan berbagai problematika hidup. Untuk menggelora sejumlah ide ini pengarang menyuguhi berbagai elemen: petualangan, kesetiaan, pengkhianatan, kekejaman, ketamakan akan kekuasaan, dendam kesumat, dan sedikit keajaiban yang berkelindan untuk menetaskan kisah yang menghanyutkan. Lian Hearn memiliki kesabaran seumpama bangau, serupa Shigeru setelah perang Yaegahara, ketika meracik berbagai elemen tersebut ke dalam plot bertempo yang dikontrol dengan baik.
Sebenarnya novel ini belum memenuhi kriteria sebagai sebuah historical epic (seperti yang disematkan di sampul belakang novel). Epik ya, tetapi tidak ada peristiwa atau karakter yang bisa ditautkan dengan sejarah. Lian Hearn sendiri dalam Across the Nightingale Floor mengatakan bahwa latar dan periode dalam buku ini tidak dimaksudkan untuk dikaitkan dengan sejarah. Tiga negara adalah wilayah fiktif dan semua karakter hanyalah hasil rekaan. Sesshu yang disebutkan dalam novel memang seniman yang pernah hidup, tetapi ia tidak termasuk karakter novel.
Mungkin ada pembaca (baru) merasa tidak puas dengan absennya penjelasan istilah yang tidak akrab. Misalnya permainan Go, festival Obon, atau hujan plum. Sebetulnya dalam buku-buku sebelumnya sudah pernah dijelaskan. Go adalah permainan yang dimainkan dua orang menggunakan biji hitam dan putih untuk saling memperebutkan wilayah permainan. Festival Obon (Festival of Dead) dirayakan antara tanggal 13 sampai 15 Agustus di mana keluarga berziarah ke makam leluhur untuk mendoakan dan menyediakan makanan bagi roh keluarga yang dipercaya datang ke bumi. Sedangkan hujan plum adalah hujan yang terjadi saat musim buah plum (Juni-Juli).
0 comments:
Post a Comment