12 February 2012

The Hunger Games




Judul Buku: The Hunger Games
Pengarang: Suzanne Collins (2008)
Penerjemah: Hetih Rusli
Tebal: 408 hlm; 20 cm
Terbit: Cetakan 1, Oktober 2009
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama





Setelah serombongan malapetaka berupa kekeringan, badai, kebakaran, banjir dan perang brutal, Amerika Utara hampir hilang. Dari sisa-sisanya, muncul sebuah negara baru bernama Panem dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikelilingi tiga belas distrik. Capitol yang dibangun di tempat yang dulunya Pegunungan Rocky, mengatur setiap distrik untuk menyediakan kebutuhan warganya. Rangkaian perlawanan terhadap hegemoni Capitol meledak, tapi bisa dipadamkan. Distrik 13 bahkan dimusnahkan. Sebagai pengingat atas pengkhianatan setiap distrik dan agar revolusi tidak terjadi lagi, Capitol menciptakan acara yang diberi nama Hunger Games. Sebuah reality show tahunan yang mewajibkan kedua belas distrik mengirimkan sepasang remaja untuk mengikuti acara itu. Sepasang remaja yang ditetapkan dalam sebuah acara pengundian itu harus berjuang mati-matian untuk meraih kemenangan. Hanya satu orang yang bisa keluar sebagai pemenang setelah 23 peserta yang lain mampus.

Untuk lebih memalukan dan menyiksa semua distrik, Capitol mengharuskan mereka memperlakukan Hunger Games sebagai perayaan, peristiwa olahraga yang membuat satu distrik berkompetisi dengan distrik lainnya. Peserta terakhir yang hidup akan menikmati hidup enak saat pulang, dan distriknya akan dilimpahi berbagai hadiah, yang kebanyakan berupa makanan. Sepanjang tahun, Capitol akan menunjukkan bagaimana distrik yang jadi pemenang menerima hadiah gandum, minyak, bahkan makanan lezat seperti gula, sementara distrik-distrik lain harus berjuang agar tidak mati kelaparan.
 
Katnis Everdeen gadis yatim dari Distrik 12 menuturkan: “Mengambil anak-anak dari distrik kami, memaksa mereka untuk saling membunuh sementara kami menontonnya –ini adalah cara Capitol untuk mengingatkan kami betapa sesungguhnya kami berada di bawah belas kasihan mereka. Betapa kecil kemungkinan kami bisa selamat jika timbul pemberontakan lain. Apa pun kata-kata yang mereka gunakan, pesan yang mereka sampaikan jelas. ‘Lihat bagaimana kami mengambil anak-anakmu dan mengorbankan mereka, dan tak ada yang bisa kaulakukan untuk menghalanginya. Kalau kau sampai berani mengangkat satu jari saja, kami akan menghancurkan semuanya. Sebagaimana yang kami lakukan di Distrik Tiga Belas.’” (hlm. 26-27).
 
Memasuki umur 12 tahun, setiap anak wajib menyertakan nama mereka sebagai calon peserta Hunger Games. Setiap tahun hingga mereka berumur 18 tahun, nama mereka sebagai peserta digandakan. Pada umur 12 tahun dimasukkan satu kali, umur 13 tahun dimasukkan dua kali, dan seterusnya. Bagi anak yang miskin dan kelaparan, boleh memasukkan nama lebih banyak untuk ditukar dengan tessera. Setiap tessera bisa disilih dengan persediaan setahun gandum dan minyak untuk satu orang.
 
Pada umur 12 tahun, Katniss memasukkan namanya 4 kali, satu sebagai keharusan dan tiga untuk mendapatkan tessera atas namanya sendiri, ibunya, dan adiknya, Primrose. Karena setiap tahun nama yang dimasukkan diakumulasi, pada usia 16 tahun, ia memasukkan namanya 20 kali dalam pengundian. Semakin bertambah umur dan tetap menginginkan tessera, semakin banyak nama yang dimasukkan. Ini berarti, semakin tinggi probabilitas terpilih sebagai peserta Hunger Games. Gale Hawthorne, teman Katniss yang berumur 18 tahun yang menafkahi keluarganya seorang diri seperti Katniss, memasukkan namanya 42 kali.
 
Pada hari pengundian, jalan-jalan hitam di Seam kosong melompong. Warga berkumpul di alun-alun untuk mendengarkan Effie Trinket, perempuan Capitol pengiring Distrik 12, mengulurkan tangan ke dalam bola kaca, mengaduk-aduk dan menarik selembar kertas. Kerumunan massa tercekat senyampang para calon peserta berharap namanya tidak dibacakan. Kamera sedang bergerak merekam proses pengundian, saat Katniss terperanjat mendengar nama yang dibacakan Effie. Primrose, adik semata wayangnya, terpilih mewakili anak perempuan. Masih sambil direkam, karena aturan permainan membolehkan, Katniss memutuskan menggantikan adiknya dalam Hunger Games ke-74. Sejarah Panem mencatat, selama penyelenggaraan Hunger Games, baru dua kali Distrik 12 memenangkan Hunger Games.
 
Galau  hati Katniss manakala mengetahui Peeta Mellark terpilih mewakili anak laki-laki. Tukang roti itu pernah sengaja menghanguskan roti yang akan dijual agar Katniss dan keluarganya tidak mati kelaparan, dengan risiko ia dipukuli ibunya. Sebagai tukang roti, Peeta menjadi kekar karena terbiasa mengangkat nampan-nampan roti. Namun ia tidak punya kemampuan bertarung. Berkebalikan dengan Katniss yang sejak ayahnya tewas dalam ledakan di tambang batu bara, telah menggunakan panah untuk berburu.
 
Haymitch Abernathy, salah satu dari 2 pemenang Hunger Games dari Distrik 12, seorang lelaki pemabuk setengah baya, menjadi mentor bagi Katniss dan Peeta. Meskipun awalnya Katnis tidak menyukainya, ia tidak bisa menolak Haymitch. Sebagai mentor, Haymitch akan menjadi penyambung hidup perwakilan Distrik 12 dengan dunia luar dalam Hunger Games. Ia akan memberikan petunjuk, mencari sponsor, dan menentukan hadiah-hadiah apa yang akan diberikan.
 
Pada upacara pembukaan Hunger Games, para penata gaya memakaikan Katniss dan Peeta pakaian penambang batu bara. Api sintetis telah disiapkan untuk membakar mantel mereka pada prosesi peserta. Penampilan mereka yang luar biasa, tidak hanya mencuri perhatian para penonton, tapi juga merampas kewibawaan Presiden Panem, Snow. Baik kostum yang terbakar maupun cara Katniss dan Peeta berpegangan tangan, ditafsirkan sebagai bentuk pembangkangan. Meskipun demikian, Haymitch ingin mereka tampil sebagai pasangan kekasih yang tidak mungkin bersatu. Peeta sangat mendukung nasihat Haymitch. Pada malam wawancara, ia menyebut Katniss sebagai gadis istimewa di hatinya.
 
Sebelum pergi ke Capitol, Madge, putri walikota Distrik 12, memberikan pin emas burung mockingjay untuk Katniss pakai di arena Hunger Games. Mockingjay sebetulnya merupakan simbol pengkhianatan terhadap Capitol. Pada masa pemberontakan distrik, Capitol membiakkan serangkaian hewan rekayasa genetika sebagai senjata (mutan atau mutt), salah satunya jabberjay. Burung ini memiliki kemampuan mengingat dan mengulang seluruh percakapan manusia. Mereka dilepaskan di wilayah-wilayah tempat persembunyian pemberontak, merekam percakapan, sehingga apa yang terjadi di distrik-distrik bisa diketahui pihak Capitol. Para pemberontak tahu dan mengibuli Capitol. Sarang jabberjay ditutup dan burung-burung itu dibiarkan punah di alam liar. Hanya saja mereka tidak punah, malah burung yang semuanya berkelamin jantan itu kawin dengan mockingbird. Hasilnya, mockingjay, spesies baru yang bisa meniru siulan burung dan melodi manusia. Kemampuan mengulang percakapan jabberjay memang hilang, tapi mockingjay bisa meniru suara manusia sampai tingkat tertentu dan menciptakan ulang lagu yang mereka dengar.
 
Sebuah hutan ditetapkan sebagai arena Hunger Games ke-74. Sejak para peserta memasuki arena, pertarungan telah meletus dan menewaskan sejumlah peserta. Kematian para peserta diumumkan dalam bentuk dentuman meriam dan tayangan foto serta nama mereka di layar raksasa. Karena Katniss merupakan narator novel yang memiliki sekuel, tentu saja ia tidak langsung mati. Demikian pula pasangannya, Peeta. Tapi perjuangan untuk tetap hidup juga bukanlah hal mudah. Mereka harus berkelit, dari ancaman kematian sesama peserta yang masih tersisa dan usaha juri Hunger Games yang tidak suka dengan acara yang berjalan lambat. 
 
Setelah awalnya terpisah dan Peeta mengikuti kawanan Peserta Karier (peserta yang telah mempersiapkan diri sebelum pelaksanaan Hunger Games), mereka pun harus berjuang bersama. Kemenangan tidak menjadi tujuan utama. Bagaimana cara bertahan hiduplah yang menggerakkan otak mereka. Sementara itu, mereka juga dipermainkan oleh aturan pertarungan yang berubah-ubah untuk meningkatkan daya tarik reality show. Sekalipun begitu, mereka memegang himbauan Haymitch untuk menampilkan pasangan yang tidak mungkin bersatu. Hanya ketika lakon itu tidak berhasil, atas gagasan Katniss, mereka memutuskan menggunakan buah-buah berry nightlock. Keputusan itu akan membidani sekuel yang diberi judul Catching Fire (2009). 
 
The Hunger Games, bagian pertama dari trilogi, disajikan penulis dalam tiga bagian besar untuk menggambarkan proses yang dilalui para peserta dalam Hunger Games. Bagian pertama, Para Peserta; bagian kedua, Pertarungan; bagian ketiga, Sang Pemenang.  Katnis Everdeen yang berusia 16 tahun dipilih untuk menyuarakan hasil pengamatan dan pengalamannya sebagai salah satu peserta Hunger Games. Ia seorang gadis pemarah yang emosinya mudah tersulut, dan ketika itu terjadi, ia tidak segan menghantam orang lain, seperti yang dialami Peeta. Pengarang sangat jitu mengemas kemarahannya sebagai karakterisasi yang mumpuni. Sejak awal Katniss telah memperkenalkan dirinya sebagai gadis temperamental yang marah pada Capitol, marah pada kenyataan hidupnya, marah pada ibu yang tidak bisa diandalkan. Kemudian setelah terpilih sebagai peserta, ia marah pada Peeta, marah pada Haymitch, marah pada Peserta Karier, marah pada para juri Hunger Games, pada pada perubahan aturan pertarungan. Tapi sifat pemarah inilah yang memberikannya peluang untuk keluar sebagai pemenang. 
 
Sebaliknya, Peeta adalah anak laki-laki dengan hati yang baik dan lembut. Ia sangat mudah mencuri hati orang. Dalam kemurnian hatinya, ia menegaskan bahwa seandainya harus mati dalam Hunger Games, ia harus mati sebagai dirinya sendiri. Ia tidak mau membiarkan Capitol mengubah dan menjadikannya monster. Ia memutuskan hanya akan membunuh jika terpaksa. Dengan caranya sendiri, ia ingin menunjukkan kepada Capitol bahwa sebenarnya mereka tidak bisa memilikinya, dan ia bukan sekadar pion mereka dalam Hunger Games. 
 
The Hunger Games tergolong novel distopia dari sisi seting Amerika Utara post-apokaliptik-nya, tapi gerakan plotnya yang dahsyat menunjukkan kehadirannya sebagai kombinasi aksi dan thriller. Ada sedikit unsur fantasi, ditinjau dari seting yang imajinatif dan kemunculan burung mockingjay, tapi unsur realisnya jauh lebih kental. Usaha untuk bertahan hidup adalah hal yang sangat nyata, menggetarkan, dan merupakan bagian kehidupan manusia sepanjang zaman. 
 
Brutalisme menjadi warna dominan novel ini. Tanpa kebrutalan, novel ini akan datar-datar saja. Penulis sejak awal telah memberikan bayangan kemunculan brutalisme yang akan pembaca temukan dalam perguliran plot. Sehingga, kalau pembaca tidak berminat melanjutkan, dipersilakan meninggalkan novel ini. 
 
Romansa hanya memakan ruang sempit, karena walaupun ditargetkan untuk pembaca remaja, cinta-cintaan bukanlah tema sentral. Cinta hanya menjadi elemen pelunak dalam kemencekaman plot, demi menunjukkan kemanusiaan para karakter utama. Tidak seperti serial Twilight Saga (Stephenie Meyer) yang menampilkan cinta segitiga secara blakblakan, cinta segitiga di sini digambarkan samar. Katniss memang belum memutuskan siapa yang akan dicintainya, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk meyakinkan perasaannya. 
 
Gagasan yang digelontorkan dalam The Hunger Games sebetulnya bukanlah sesuatu yang baru. Bagaimanapun, struggle for survival semacam ini, sudah muncul sebelumnya dalam Battle Royale, novel karya penulis Jepang Koshun Takami, yang diadaptasi ke dalam film oleh Kinji Fukasaku (2000).

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan