Judul Buku: Life On the Refrigerator Door
Penulis: Alice Kuipers
Penerjemah : Rosi L. Simamora
Tebal : 240 hlm; 13, 5 X 20 cm
Cetakan: 1, November 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Saat aku memandangmu
Aku tahu aku ingin jadi sepertimu
Kuat dan berani
Cantik dan bebas
Claire
P. S. I Love you
(hlm. 162)
Kuat dan berani
Cantik dan bebas
Claire
P. S. I Love you
(hlm. 162)
Sebuah karya fiksi bisa saja bertemakan hal-hal yang sederhana dan sudah sering digarap oleh banyak pengarang. Untuk itu, penulis mesti mencari cara agar karyanya tidak terpuruk menjadi karya basi yang membosankan dibaca. Salah satu cara adalah dengan menuliskan karyanya menggunakan media penceritaan yang unik. Sebut saja Meg Cabot (The Guy Next Door, Boys Meet Girls) yang menulis menggunakan e-mail. Atau Sonya Sones (One of Those Hideous books Where the Mother Dies) yang menggunakan puisi.
Alice Kuipers menggunakan pesan-pesan yang ditulis pada kertas yang disematkan di pintu kulkas untuk menggelar isi novel berjudul Life on the Refrigerator Door (Kehidupan di Pintu Kulkas).
Untuk
mengalirkan ceritanya, penulis yang adalah istri Yann Martel -penulis novel Life of Pi- membaginya ke dalam 5 bagian: Januari
(Saat aku memandangmu), Maret (Aku tahu aku ingin jadi sepertimu),
Juni (Kuat dan Berani), September (Cantik dan Bebas), dan P.S ( I Love
you).
Masing-masing judul bab merupakan bagian pesan yang ditulis Claire
(hlm. 162). Sebagian besar pesan dalam novel adalah tulisan yang
singkat sehingga terkesan enteng dan tidak melelahkan dibaca. Bahkan,
sekali duduk Anda bisa menuntaskan novel ini.
Kuipers
menghidupkan seorang gadis remaja bernama Claire yang sedang
senang-senangnya bergaul dan membina hubungan dengan remaja lelaki.
Ketika cerita dimulai, Claire berusia 15 tahun dan saat cerita
berakhir ia hampir berusia 17 tahun. Claire sering tidak berada di
rumah karena harus bersekolah, bergaul dengan teman, babysit untuk mendapatkan sedikit uang, dan pacaran.
Ibu
Claire sendiri, Mom, seorang dokter. Ia sangat mencintai pekerjaannya
membantu perempuan-perempuan bersalin. Dan saking sibuknya, ia pun
jarang berada di rumah.
Claire
dan Mom tinggal serumah (Mom telah bercerai dengan Dad) tetapi sangat
jarang bisa bersua dan berkomunikasi. Jika kebetulan sama-sama berada
di rumah, waktunya singkat sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi
secara langsung dengan santai, layaknya orangtua dan anak-anak. Bahkan,
untuk mendapatkan uang saku dari ibunya, Claire tidak pernah menerima
langsung dari tangan sang ibu. Kadang mereka bersitegang, dan hanya
bisa menyelesaikan masalah melalui pesan-pesan di atas kertas di pintu
kulkas. Boleh dikata, hampir semua komunikasi di antara mereka terjadi
hanya melalui pesan-pesan tersebut.
Keadaan
miris seperti ini seolah-olah akan berlangsung selamanya. Meski
Claire mengetahui ibunya tidak akan selamanya berada di sisinya, ia
tidak sanggup menggiring komunikasi dengan ibunya ke aras yang
berkualitas. Sampai suatu hari, Claire tidak mendapatkan lagi pesan
ibunya di pintu kulkas. Ada apa dengan ibu Claire?
Apa yang terjadi di antara Claire dan Mom bukanlah hal yang aneh saat ini. Kehidupan modern yang sarat aktivitas dan menyita waktu sering merenggangkan ikatan batin orangtua dan anak-anak. Sebab, tidak ada cukup waktu untuk bicara, tidak ada cukup waktu untuk bertemu, dalam suasana mesra. Telepon genggam (HP) sering menjadi sarana tetapi tidak seefektif komunikasi yang langsung, muka dengan muka, mata dengan mata, dan hati dengan hati.
Dengan
novelnya yang sederhana tetapi sungguh menyentuh hati ini, penulis
yang sekarang tinggal bersama suaminya di Saskatoon (Kanada), mau
mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi yang baik, yang kerap,
yang berlangsung muka dengan muka, yang mesra, untuk mengukuhkan
hubungan orangtua dan anak. Karena bisa saja sesuatu terjadi, kematian
misalnya, dan kita tidak punya kuasa mengembalikan masa-masa yang telah
lewat, masa-masa bersama berkualitas dengan orang yang
sesungguhnya kita sayangi, masa-masa yang mungkin akhirnya akan kita
sesali karena tidak bisa diulang kembali.
Maka, simaklah puisi karya Claire, berisi kerinduannya yang dalam akan kebersamaan dengan bundanya, yang saya kutipkan buat Anda di bawah ini.
Maka, simaklah puisi karya Claire, berisi kerinduannya yang dalam akan kebersamaan dengan bundanya, yang saya kutipkan buat Anda di bawah ini.
Saat jalan menikung
Kita akan menyusurinya bersama
Membelok
Berpegangan
Satu sama lain, seperti ibu
Kepada anak perempuan
Kepada ibu
(hlm. 198)
Kita akan menyusurinya bersama
Membelok
Berpegangan
Satu sama lain, seperti ibu
Kepada anak perempuan
Kepada ibu
(hlm. 198)
0 comments:
Post a Comment