18 August 2013

Dramaturgi Dovima

 
Judul Buku: Dramaturgi Dovima
Pengarang: Faris Rachman- Hussain
Penyunting: Irna Permanasari
Ilustrasi dan Desain Sampul: Staven Andersen
Tebal: 232 halaman; 20 cm
Cetakan: 1, Juni 2013
Penerbit:Gramedia Pustaka Utama




"Selama ini aku melakukan pekerjaan sebagai wartawan karena ibuku. Karena hanya ini pekerjaan yang menurut Ibu tepat. Seberapa keras pun berusaha menyangkal, sekarang kusadari aku menjalani semua ini karena aku memang mencintai pekerjaan ini.... " (hlm. 204). 



Seruni Said telah menentukan alur hidup yang harus dijalani putrinya, Dovima Aisyah Said. Apapun yang diinginkan Seruni, akan diterapkan dalam hidup Vima. Hal ini dimulai sejak dini, saat ia memboyong Vima yang berusia empat tahun ke New York setelah perceraiannya dengan Gandhi Wirasetja untuk bekerja sebagai kolomnis The New York Times dan koresponden Times Asia. Semua keinginan Seruni sulit dibantah sehingga lama-kelamaan membuat Vima merasa tercekik. 

Vima selalu merasa sesak, bahkan hampir tak dapat bernapas, saat berada dekat Ibu. Seolah ibunya mencekik leher Vima dan hanya akan melepaskan cekikan itu saat ia melakukan apa yang tepat di mata sang ibu. Ia merasa tak pernah berhasil memenuhi ekspektasi Ibu yang menginginkan dirinya menjadi insan luar biasa, kembaran ibunya yang gila sukses. (hlm. 47-48)

Mencoba membebaskan diri dari cengkeraman kehendak Seruni, pada usia delapan belas tahun Vima meninggalkan New York dan kembali ke Indonesia. Padahal ia telah lulus penerimaan awal di School of Journalism Columbia University.  Anehnya, Vima tidak sepenuhnya bisa meloloskan diri dari apa yang dikehendaki Seruni terhadap dirinya. Di Indonesia, ia kuliah di Jurusan Jurnalistik  Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran, yang merupakan almamater Seruni. Akhirnya, setelah lulus, ia pun menjadi calon reporter (carep) di majalah mingguan Kala, tempat Seruni dulu menjadi wartawati. Sempurnalah sudah, secara dramaturgis, Vima yang memiliki paras serupa Seruni muda, dengan kegilaannya pada pekerjaan, memainkan lakon kehidupan ibunya sendiri.

Saat ditugaskan di desk Ekonomi dan hadir dalam konferensi pers proyek mining Nagri Plc. milik Hussainduaja Group yang bekerja sama dengan investor asing asal Prancis, Dovima tidak bisa mengendalikan diri sehingga menimbulkan ketegangan. Ia membeberkan informasi off the record mengenai Keluarga Hussainduaja yang hanya diketahui segelintir wartawan Kala. Padahal, ia sedang melakukan liputan ekonomi, bukan kasus korupsi. Akibatnya, Vima dihukum, dipindahkan ke desk Gaya Hidup yang sama sekali tidak diminatinya. Tapi, ia tidak bisa menyangkal, tugas meliput untuk desk Gaya Hidup memunculkan sisi romantismenya yang belum tergali. Ia tidak bisa menampik pesona yang ditebarkan Kafka Hussainduaja, lelaki berpenampilan menarik dan percaya diri yang tidak lain adalah general manager proyek Nagri Plc. yang sempat bersitegang dengannya. Kafka pun secara tanpa tedeng aling-aling menunjukkan ketertarikannya pada Vima dan mencoba membawanya ke dalam kehidupan yang dijalani Keluarga Hussainduaja. Mampukah Vima melanjutkan hubungannya dengan Kafka, sementara ia mengetahui kalau Madji Djasin, sekretaris redaksi Kala, juga mendambakan hubungan romantis dengannya? 

Bukan hanya masalah cinta yang mesti dihadapi Vima. Setelah didiagnosis mengidap Alzheimer, Seruni kembali ke Indonesia. Terkadang, ia tidak ingat kalau Vima adalah putri semata wayangnya dan bukan sahabat tempat ia mencurahkan rahasia gelapnya. Tanpa disadarinya, ia mengungkapkan kepada Vima jika sebelum perceraiannya dengan Gandhi Wirasetja -ayah Vima, ia pernah terlibat perselingkuhan dengan laki-laki lain. Pengungkapan rahasia gelap ini tentu saja membuat Seruni terpukul, apalagi ia mengenal laki-laki selingkuhan ibunya. 

Tapi masih ada masalah lain yang harus dihadapi Vima. Saat ia terlibat liputan terkait penyuapan lelang proyek pengadaan solar home system, ia dibenturkan kenyataan pahit yang membuatnya terpaksa memilih solusi yang tersisa kendati hal itu berarti ia terpaksa membiarkan cintanya kandas. 

Dengan konflik ruwet yang ada, dunia jurnalistik dan kasus-kasus korupsi yang ditonjolkan serta problematika keluarga disfungsional, Dramaturgi Dovima karya Faris Rachman-Hussain memberikan warna berbeda dalam kelompok novel metropop. Tentu saja, seperti yang disampaikan sebelumnya, novel ini tetap bermuatan kisah cinta -elemen dominan dalam metropop. Tapi cinta di sini merupakan cinta yang dewasa dan tidak hiperbolis, bukan satu-satunya faktor yang menggerakkan kehidupan para karakter novel. Taburan barang bermerek sebagaimana yang kerap muncul dalam novel-novel metropop juga masih terdapat dalam novel ini. Hal yang sangat lumrah, mengingat konsumennya adalah pemilik kekayaan berlimpah.  

Rasa berbeda lainnya diindikasikan dengan penggunaan bahasa yang cenderung baku dan pilihan diksi yang serius tapi tidak menghasilkan bacaan yang kaku atau membosankan. Kisahnya mengalir lancar dalam nuansa populer yang tetap kental. Pembubuhan bahasa Inggris tidak berlebihan dan masih kontekstual sehingga tidak terkesan latah. 

Saya suka cara Faris menutup novel ini. Ada kehilangan yang terasa puitis. Kesan yang ditinggalkan sama dengan saat menyaksikan adegan pamungkas dalam film Killing Me Softly (dibintangi Heather Graham dan Joseph Fiennes, 2002). 

Ada hal yang mengganjal selama pembacaan. Pertama adalah terkait penyajian adegan kilas balik (kenangan/ingatan) menggunakan cetak miring yang tidak konsisten. Beberapa kali, secara mendadak, meskipun masih adegan kilas balik, tidak dicetak miring lagi (hlm, 163, 167, 214). Adegan kilas balik yang terlalu banyak ini pun tidak hanya muncul dari satu perspektif. Selain dari perspektif Vima (orang pertama), juga dari perspektif Gandhi Wirasetja dan Seruni Said (orang ketiga). Sebenarnya adegan kilas balik pada halaman 160-164 tidak jelas mengalir dari kenangan siapa. Awalnya terkesan merupakan kenangan Isa Moehammad, pemimpin redaksi Kala. Tapi, setelah tiba di halaman 164, tampaknya adegan kilas balik itu dimaksudkan sebagai kenangan Seruni. Padahal, bukannya Seruni sudah meninggal saat itu? Lebih aneh (atau malah kacau) lagi, Faris memunculkan adegan kilas balik dalam adegan kilas balik saat Seruni terkenang pertengkarannya dengan Gandhi (hlm. 164-165). 

Hal kedua yang mengganjal berhubungan dengan usia dua tokoh dalam novel ini. Marianne Hussainduaja, bangsawan Prancis yang adalah nenek Kafka, awalnya disebut berusia 85 tahun (hlm. 52), tapi kemudian dalam berita majalah Haute disebut berusia 83 tahun (hlm. 105). Dovima Said dalam laporan Reinhart Gumilar (hlm. 43) dan berita majalah Haute (hlm. 105) disebut berusia 24 tahun. Tapi, berdasarkan informasi dalam novel, seharusnya ia berusia sekitar 22 tahun. Di halaman 47 dinyatakan: "Sudah hampir empat tahun ia (Dovima) tinggal di Indonesia", sedangkan di halaman 49 -sebelum minggat dari New York dan kembali ke Indonesia- Dovima mengatakan, "I'm eighteen now, not a seven year old kid anymore." Jadi, seharusnya, usia Dovima hampir 22 tahun, bukan 24 tahun. Inkonsistensi usia Dovima, anehnya, terjadi dalam satu bab (bab berjudul Tanpa Rasa).


12 August 2013

Nedera

 


Judul Buku: Nedera - Negeri Kegelapan
Pengarang: Alexia Chen
Penyunting: Salahuddien Gz
Penyelaras Bahasa: Endah Sulwesi
Pengawas Hikayat: Melody Violine, Fachrul R.U.N
Pencipta Hikayat: Ami Raditya
Tebal: 410 halaman
Cetakan: 1, 2013
Penerbit: Dolphin





Sesungguhnya, Vanadis, entitas tertinggi yang menciptakan penghuni Vandaria -manusia dan frameless, telah mengurung deimos di alam kematian bernama Reigner. Tapi suatu ketika, penghuni kegelapan yang bersifat menghancur dan memusnahkan ini berbondong-bondong meninggalkan Reigner dan menebarkan tulah di Tanah Utama Vandaria. Salah satu desa yang diluluhlantakkan oleh deimos adalah Nedera yang terletak di utara Tanah Utama Vandaria. Bukan hanya menghancurkan, deimos pun merasuki tubuh warga Nedera. Setelah senja, Nedera akan diliputi aura pekat deimos yang membuat kedamaian semu yang menaungi desa itu pada siang hari berakhir. Sepasang kakak-beradik, Skys dan Faye Rothis, telah berupaya mengatasi invasi deimos, tapi mereka gagal. Bahkan, Faye terluka lalu dirasuki deimos perempuan bernama Leraie. Skys pun meninggalkan Nedera untuk mencari bantuan setelah memasang kubah pelindung di seantero Nedera menggunakan pentagram. Dengan kubah pelindung itu. deimos terkurung sehingga tidak bisa kabur, dan Faye akan tetap berada di Nedera. 

Skys pergi ke desa Hoven untuk menemui kakak-beradik Tordynn, Leofric dan Lyse. Mereka adalah separuh frameless, ibu frameless dan ayah manusia. Setahun yang lalu, orangtua mereka meninggalkan Hoven dan tidak pernah kembali. Sejak saat itu, Leofric berubah, menjadi pemuda yang dingin, ketus, keras, dan sulit tersenyum. Sementara Lyse, tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. 

Berbeda dengan Leofric yang jengkel atas kedatangan Skys, Lyse justru menyambutnya dengan tangan terbuka. Bukan cuma karena Skys seorang pemuda tampan dengan tubuh berotot yang mencuri hatinya, tapi juga karena Skys bisa membuktikan keberadaan deimos yang selama ini hanyalah mitos dan dongeng dalam benak Lyse. Skys bahkan menolongnya ketika mendadak diserang penghuni Reigner itu. Mau tidak mau, Leofric mendukung Skys karena Hoven pun memang tidak akan steril dari serangan deimos. Deimos bahkan dengan berani muncul di rumah keluarga Tordynn. Tidak ada jalan lain kecuali menghadapi para makhluk kegelapan itu. Bertiga, mereka harus menyelamatkan Hoven dan para warga yang masih hidup, kemudian menyelundup ke dalam Nedera saat larut malam. Tidak terelakkan lagi, pertarungan yang seru pun berkobar, saling memeragakan kemampuan dengan nyawa sebagai taruhan yang tersisa. 

Apakah Skys, Leofric, dan Lyse yang didukung oleh Rococo, serigala putih-oranye bermata ungu milik keluarga Tordynn, akan mampu menyelamatkan Nedera dan membebaskan Faye?

Nedera (Negeri Kegelapan) adalah novel kesepuluh dari serial Vandaria Saga dan novel pertama yang digarap oleh pengarang perempuan. Dengan cerpen bertajuk Bisikan Sang Angin, Alexia Chen (sebelumnya Alexia DeeChen) tercatat sebagai salah satu pemenang kontes cerpen Vandaria Saga yang digabung dalam kumpulan cerpen Kristalisasi (GPU, 2012). Perempuan bernama asli Dian Mayasari ini juga termasuk salah satu pemenang Sayembara Fantasticfiction 2012 dengan cerpen berjudul Gelang Lelyard yang bisa ditemukan dalam kumcer fantasi berjudul Arassi (Ufuk Publishing House, 2013).
 
Sebenarnya, kontes cerpen Vandaria Saga tidak hanya menjaring satu pengarang perempuan saja. Tapi hingga saat ini, Nedera adalah satu-satunya karya pengarang perempuan yang telah diterbitkan (dan bukan oleh Gramedia Pustaka Utama yang menerbitkan buku-buku serial Vandaria Saga sebelumnya). Setelah Nedera, kita berharap pengarang perempuan lain yang dijaring dalam kontes cerpen Vandaria Saga, Melody Violine, akan segera meluncurkan novel untuk proyek Kristal Merah Vandaria-nya, Putri Teranala. Sepertinya, Nedera awalnya berjudul Selepas Senja yang disebut dalam Kristalisasi sebagai novel bergenre semi-horor yang tengah dikerjakan oleh Alexia untuk proyek Kristal Merah Vandaria. Entah kenapa, Nedera yang berseting periode yang sama dengan Hailstorm karya Fachrul R.U.N., dalam buku ini tidak disebut sebagai bagian dari proyek Kristal Merah Vandaria. 

Mungkin karena pengarangnya perempuan dan kisah dalam novel ini mengalir dari perspektif karakter perempuan (meskipun dituturkan menggunakan orang ketiga), Nedera tampil lebih lebih emosionil ketimbang novel-novel Vandaria Saga sebelumnya. Perasaan para karakter digali dengan lebih gamblang sehingga kita menjadi tidak berjarak dengan mereka, bahkan untuk Leofric yang bertemperamen dingin. Keberanian ditunjukkan Alexia dengan menambahkan elemen romantisme ke dalam hiruk-pikuk pertarungan yang menegangkan. Romantisme membuat kisah yang ada menjadi sedikit lentur tapi tetap tidak melantur. 

Pertarungan yang mendebarkan dan bumbu romantisme yang legit belum terlalu menciptakan daya tenung. Kisah berseting era Kerajaan Blackmoon yang membawahi tiga belas provinsi di Vandaria ini menjadi kian memikat karena bertaburan banyak kejutan. Kejutannya tidak diberondong sekaligus di bagian pamungkas, tapi disingkap satu demi satu, sehingga plot yang diwarnai sejumlah kilas balik tetap terjaga dan pada gilirannya berpengaruh pada ritme pembacaan. Kejutan seperti apa yang disuguhkan Alexia hanya akan ditemukan dengan membaca sendiri novel ini. Yang jelas, semua kejutan yang ada membuat novel ini sulit ditinggalkan.  

Yang belum pernah membaca serial Vandaria Saga, tetap masih bisa menikmati Nedera tanpa kesulitan berarti. Sebelum masuk ke dalam kisah utamanya, ada penjelasan singkat mengenai hal yang mendasar dari semesta Vandaria. Selain itu, ada glosarium yang akan sangat membantu terutama bagi pembaca baru Vandaria Saga. 

Secara keseluruhan, dibandingkan dengan novel-novel sebelumnya, Nedera jauh lebih enak dibaca. Bukan sekadar karena muatan kisahnya yang seru dan menarik, tapi  juga karena gaya berkisah yang mengalir menggunakan bahasa yang baik. Tentu saja penyuntingan berperan dalam hal ini kendati sejumlah typo masih tersisa.

Seperti buku-buku serial Vandaria Saga sebelumnya, Nedera juga dilengkapi dengan peta seting lokasi yang dikerjakan oleh Anton Budiono dan Rama Indra serta ilustrasi khas Vandaria Saga yang dibuat oleh Ecky Oesjady. Yang sangat menarik dalam kemasan novel ini adalah desain sampul yang elegan dengan ilustrasi pentagram karya Iksaka Banu yang diletakkan di tengah-tengah latar belakang biru tua. Sungguh berbeda, lebih istimewa dari buku-buku sebelumnya. 





Catatan:
Terima kasih kepada Penerbit Dolphin dan teman saya, Endah Sulwesi, yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk membaca buku ini.



09 August 2013

Pizza, Love, and Other Stuff that Made Me Famous





Judul Buku: Pizza, Love, and Other Stuff that Made Me Famous
Pengarang: Kathryn Williams
Penerjemah: Putra Nugroho
Penyunting: Ida Wajdi & Jason Abdul
Tebal: viii + 320 hlm; 13 x 19 cm
Cetakan: 1, Juni 2013
Penerbit: Teen@Noura (Noura Books)



Sebuah hidangan yang lezat merupakan anugerah istimewa dari para dewa - Walter Savage Landor

 


Irisan daging domba saus rosemary dengan ragout kacang putih dan bayam yang dibuat Sophie Nicolaides mengantarkannya sebagai salah satu peserta Teen Test Kitchen (TTK). Kompetisi memasak remaja ini adalah sebuah reality show TV untuk menemukan talenta baru dalam dunia kuliner Amerika. Selama tujuh minggu, para peserta akan mendapatkan pelatihan masak di National Curinary Academy (NCA), sebuah institut kuliner di Napa Valley, California. Setiap hari Jumat dalam tujuh minggu itu, pencapaian mereka akan dinilai untuk penetapan juara mingguan. Pada minggu ketujuh, tiga dari antara mereka akan dipilih untuk tampil di babak final yang akan diadakan setelah reality show selesai ditayangkan. Pemenang dari TTK akan mendapatkan beasiswa penuh dari NCA dan kesempatan magang di restoran milik Tommy Chang, chef ternama merangkap produser TTK. Selama pelatihan di NCA, sementara aktivitas mereka direkam, para peserta akan berada dalam pengawasan Stefan Ziegler, sous-chef esksekutif Tommy Chang di restoran miliknya. 

Sejatinya, Sophie memang dibesarkan di dapur. Keluarga Nicolaides membuka restoran masakan tradisional Mediterania bernama Taverna Restorante di kawasan Georgetown, Washington, D.C. Di sanalah Sophie yang berusia enam belas tahun menghabiskan waktu setiap Sabtu malam untuk bekerja. Ia memupuk cita-cita menjadi chef terkenal yang mempunyai restoran sendiri sembari mempelajari buku-buku masak yang ditinggalkan mendiang ibunya. Alex Underhill, cowok yang menjadi sahabat karib Sophie, mengetahui cita-cita Sophie, dan ialah yang mendorong Sophie  untuk mengikuti TTK.

Ada tujuh remaja yang akan menjadi saingan Sophie, tiga cewek dan empat cowok. Para cewek terdiri dari Shelby, Maura, Britney, dan para cowok terdiri dari Stan, Mario, Dante, dan Philip. Karena  berasal dari berbagai latar belakang dan ras, Stan menyebut kelompok mereka seperti United Color of Benetton.

Sesuai nama kompetisinya, para Cheftestants -begitu para peserta itu disebut- datang untuk unjuk kebolehan dalam memasak. Tapi mereka kerap lupa, kompetisi yang mereka ikuti adalah sebuah reality show. Dan sebagai reality show, produser sudah memperhitungkan konflik yang akan dimunculkan demi meningkatkan ketegangan kompetisi. Itulah sebabnya saat tidak sengaja menemukan buku api (burn book) di loker Shelby, Sophie merasa tersinggung dan ingin mengusut kebenaran di baliknya. 

Ketegangan, tentu saja, tidak selamanya menguasai Sophie, karena di NCA, ia berkenalan dengan Luc Renault, cowok tampan berdarah Prancis, putra pemilik salah satu kebun anggur terbaik di Napa Valley yang juga siswa NCA. Bersama Luc, Sophie akan melewati sejumlah momen manis yang tidak bisa dipastikan apakah kebetulan terjadi atau sesuai skenario yang dirancang para produser. Yang jelas, Luc sangat menarik minat dan membuat Sophie bingung menentukan siapa yang lebih disukainya, Luc atau Alex. 

Selama tujuh minggu pelatihan dan kompetisi di NCA, kita akan diperkenalkan dengan teknik dasar dalam memasak dan terutama berbagai jenis masakan para juara. Ada kerang saus saffron, remis dengan saus krim dan bawang putih, bibimbap atau nasi campur Korea, kulit piccata ayam, sandung lamur asap pedas, krim kemiri profiteroles, ikan cod berbalut miso, salmon en papilote dan juga remis dengan puree akar seledri. Selain itu ada resep yang mungkin bisa dipraktekkan oleh para pencinta masak yaitu saus tomat ibu Sophie, irisan daging domba saus rosemary dan ragout kacang putih,  lolipop ayam pedas Korea Tommy Chang, succotash musim panas Bibi Mary, spanakopita, ravioli lobster dengan saus krim air soda, dan baklava terbalik yang terdiri dari es krim madu, mangkuk phyllo, dan karamel pistachio

Lalu bagaimana dengan Sophie, sosok yang dari sudut pandangnya semua kisah dalam novel ini mengalir? Sophie menyadari, seiring pergantian minggu, susah sekali baginya untuk memenangkan sekali saja juara mingguan. Ia sudah mengerahkan kemampuan membuat flatbread pizza, telur Benedict dengan Saus Hollandaise, dan Wonton Three Ways ke hadapan juri. Tapi tidak pernah dinilai sebagai yang terbaik, termasuk saat ia membuat spanakopita (pai bayam) untuk kategori masakan Mediterania yang dikuasainya. 

Dengan segala jenis masakan yang ada di dalamnya, Pizza, Love, and Other Stuff that Made Me Famous (Piza, Cinta, dan Hal Lain yang Membuatku Terkenal) karya Kathryn Williams adalah sebuah novel remaja yang lezat, menggiurkan, dan enak dibaca. Memang tidak ada karakter antagonis yang memanaskan situasi sehingga menciptakan ledakan plot, dan kendati ada persaingan, para peserta (yang umumnya berkarakter manis) cukup bisa mengendalikan diri sehingga konflik yang muncul tidaklah menghebohkan. Tapi semua kegiatan latihan masak berikut usaha memenangkan juara mingguan dan posisi tiga besar mampu membuat kita seakan-akan sedang berada di ruang masak NCA dan Pressure Cooker (sebutan para peserta untuk ruangan tempat mereka menunggu sebelum pengumuman) serta melebur dalam kegalauan mereka. Elemen romantis khas remaja yang ada sekedar menjadi pemanis yang tidak terlalu signifikan.

Dari perspektif Sophie, Kathryn Williams memberikan pembelajaran yang sudah sering kita temukan dalam karya fiksi bahwa cita-cita atau mimpi mesti diperjuangkan, dan hal itu bukan hal yang gampang. Tapi dukungan dan cinta orang-orang terdekat akan memberikan semangat untuk menjalaninya.  




Sebelum Pizza, Love, and Other Stuff that Made Me Famous, Kathryn Williams telah menerbitkan novel remaja berjudul The Debutante dan The Lost Summer. Selain novel remaja, ia juga telah meluncurkan buku humor bertajuk Roomies: Sharing Your Home with Friends, Strangers, and Total Freaks. Menggunakan nama pena Lucy Ruggles, ia menulis novel adaptasi film termasuk Camp Rock: The Junior.

06 August 2013

London




Judul Buku: London
Pengarang: Windry Ramadhina
Penyunting: Ayuning & Gita Romadhona
Tebal:  x + 330 hlm; 13 x 19 cm
Cetakan: 1, 2013
Penerbit: GagasMedia





Gara-gara provokasi keempat sahabatnya -Brutus, Hyde, dan si kembar Dum dan Dee- Gilang, editor penerbit buku sastra, memutuskan cuti dari kantornya dan pergi ke London menemui Ning. Ia bermaksud memberikan kejutan pada gadis itu sehingga tidak mengabarkan kedatangannya. Kemudian, seperti rencananya, menyatakan cinta yang telah dipendam bertahun-tahun. 

Ning adalah tetangga sekaligus sahabatnya sejak sekolah dasar. Gadis inilah yang telah membuat Gilang membatalkan niat kuliah di Fakultas Teknik dan menekuni sastra. Ning melanjutkan kuliah di Royal College of Arts, London, untuk mempelajari kurasi seni kontemporer. Seperti cita-citanya, selesai kuliah, ia diterima bekerja sebagai kurator di Tate Modern, galeri seni kontemporer di Bankside, London Tengah. Ning sempat kembali ke Indonesia sebelum bekerja, tapi Gilang tidak mendapatkan kesempatan menyatakan cinta secara terang-terangan. 

Sesampainya di London, Gilang langsung pergi ke tempat tinggal Ning di Colville Place, Charlotte Street. Sayangnya, Ning sedang tidak berada di rumahnya. Ia sedang dalam perjalanan menjemput lukisan di Cambridge dan tidak jelas kapan kembali. Padahal, Gilang hanya punya lima malam untuk dihabiskan di London. 

Gilang menginap di penginapan bernama Madge yang terletak di Windmill Street, Fitzrovia. Ed, pelayan Madge yang berdarah campuran Inggris-India mendorong Gilang pergi ke Southbank untuk melihat London Eye. Sebetulnya Gilang tidak berminat memasuki salah satu kapsul kincir raksasa itu, tapi ia tidak bisa menolak ajakan Goldoilocks.

Goldilocks adalah gadis kaukasoid yang dijumpainya di Southbank. Ia cantik, berkulit pucat, dan berambut cokelat muda kemerah-merahan, bagaikan berasal dari lukisan renaisans. Begitu melihatnya, Gilang segera membaptis gadis itu dengan nama Goldilocks. Gadis itu muncul saat hujan turun, tapi begitu hujan reda, ia menghilang secara misterius, meninggalkan payung merahnya di tangan Gilang.  

Tidak hanya sekali Gilang bertemu dengan Goldilocks. Setelah di depan London Eye, ia masih bertemu gadis itu di tempat seperti Shakespeare's Globe Theatre di Bankside dan toko aksesoris dekat Oxford Street di Soho. Sekali, saat hujan turun, ia melihat gadis itu bermandikan hujan di luar toko payung James Smith & Sons di New Oxford Street. Siapa sebenarnya Goldilocks? 

Selain Goldilocks, ia juga bertemu Ayu, gadis asal Jakarta yang sedang berlibur di London. Mereka bertemu saat Gilang mencari peta London di toko buku milik Mister Lowesley, yang terletak di seberang Madge. Ayu adalah gadis yang senang mencari buku langka seperti Gilang di masa lalu. Gilang pernah mencari cetakan pertama Burmese Days karya George Orwell, tapi karena tidak pernah menemukannya, ia pun melupakan buku langka itu. Ayu mengunjungi berbagai toko buku di London untuk mencari cetakan pertama Wuthering Heights karya satu-satunya Emily Brontë. Pertemuan ini tidak akan menjadi satu-satunya pertemuan mereka.


Shakespeare's Globe


Ning baru muncul di hadapan Gilang pada malam ketiganya di Fitzrovia. Tapi kemunculan Ning tidak lantas memberikan kesempatan baginya untuk menyatakan cinta. Apalagi, Ning tampaknya sedang jatuh cinta dan telah berencana menetap di London demi cintanya. Tanpa dikehendakinya, Gilang pun terperangkap dalam lingkaran cinta segitiga. 

Sanggupkah Gilang mengubah perasaan dan keinginan Ning dan membuat gadis itu mau kembali dengannya ke Indonesia? 

London adalah novel kelima dari serial Setiap Tempat Punya Cerita (STPC) yang diterbitkan GagasMedia. STPC adalah proyek kolaborasi GagasMedia dengan Bukune yang ditujukan untuk memberikan pembaca buku terbitan kedua penerbit ini karya fiksi dengan pengalaman traveling ke mancanegara. Sebelum London, GagasMedia telah menerbitkan Paris (Prisca Primasari), Roma (Robin Wijaya), Bangkok (Moemoe Rizal), dan Melbourne (Winna Efendi). Windry Ramadhina, yang sebelumnya telah melahirkan empat novel yaitu Orange (2008), Metropolis (2009), Memori (2012), dan Montase (2013), dipilih untuk mengggiring pembaca STPC ke London bersama Gilang yang sedang memperjuangkan cintanya. Dan sebagaimana dalam novel-novel terdahulunya, Windry mampu menghadirkan kisah memikat dalam jalinan plot yang mengundang penasaran menggunakan bahasa Indonesia yang baik tapi tetap segar dan enak dibaca. 

Windry memang memulai kisahnya dari gagasan yang sudah tergolong generik dalam karya fiksi yaitu cinta yang muncul dari hubungan persahabatan. Itulah yang mendorong Gilang melanglang ke London demi mencuri hati Ning. Tapi begitu tiba di London, kisahnya berkembang dalam momen-momen indah yang memaksa kita untuk terus mengikuti plot maju-mundurnya. Kehidupan Gilang di London dibayang-bayangi kehadiran Goldilocks yang misterius. Goldilocks, tentu saja, tidak sekadar menjadi penghangat cerita hari-hari hujan bulan September di London, karena ia akan menciptakan keajaiban cinta dengan payung merahnya. Banyak karakter dalam novel akan bersinggungan dengan keajaiban payung merahnya. Ayu yang kemunculannya sebenarnya tidak cukup banyak tapi tetap signifikan. Madam Ellis yang bertemperamen dingin dan keras hati semenjak kematian suaminya. Mister Lowesley yang berpenampilan membosankan. V yang bertemu Gilang di pesawat menuju London. Juga Ning, setelah bersama Gilang melewati malam saat Fitzrovia Lates (festival seni yang diadakan di Fitzrovia). Dan tentu saja Gilang, sang narator orang pertama novel ini. 



Karakterisasi yang diciptakan Windry terbilang sangat matang. Terutama karakter Gilang, berhasil dibesut dengan sedikit iseng. Mungkin karena menekuni dunia sastra kendati belum mampu menuntaskan novel perdananya, ia cepat sekali menganalogikan orang yang dijumpainya dengan karakter dalam karya fiksi yang pernah dibacanya. Brutus, Hyde, Dum dan Dee, V, Goldilocks, dan Finn(egan) bukanlah nama-nama asli. Sampai novel berakhir, kecuali Goldilocks, Windry tidak pernah mengungkapkan nama-nama asli mereka. 

Selain komposisi yang menarik dan kurangnya typo, London juga dikemas dengan baik sebagaimana novel-novel STPC sebelumnya. Warna merah yang menjadi latar belakang sampul depan (rancangan Levina Lesmana) adalah warna payung Goldilocks yang bisa dihubungkan dengan keajaiban cinta. Kata Angel yang mengikuti judul utama sebenarnya tidak diperlukan karena berpotensi spoiler. Novel ini juga dilengkapi ilustrasi karya Diani Apsari dan kartu pos bergambar Tower of London.

Kata Goldilocks: "Setiap orang punya keajaiban cintanya sendiri." (hlm. 320). Sudahkah Anda menemukannya? 


Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan