Judul Buku: Kristalisasi – Sepuluh Kisah
Pencipta Hikayat: Ami Raditya
Tebal: 266 hlm
Cetakan: 1, 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Pencipta Hikayat: Ami Raditya
Tebal: 266 hlm
Cetakan: 1, 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Konsep dunia Vandaria diciptakan Ami Raditya dengan sistem open world atau shared world. Siapa pun yang berminat pada konsep ini bisa ikut mengembangkan dan memperkaya Dunia Vandaria sebagai bagian dari gagasan yang dinamakan kristalisasi. Semua karya yang kemudian disebut Vandaria Saga akan mengambil latar belakang sejarah Vandaria yang meliputi era tiga negeri awal, era kaum naga, era negeri-negeri kuno, era kekuasaan frameless, era persamaan derajat manusia-frameless, dan era kekuasaan manusia.
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengajak berbagai kalangan mengkristal bersama Dunia Vandaria adalah Kontes Cerpen Vandaria. Beberapa cerpen dari kontes tersebut dikompilasi bersama cerpen lainnya dan diterbitkan dengan judul: Kristalisasi: Sepuluh Kisah. Koleksi cerpen ini memang terdiri dari sepuluh kisah yang ditulis Alexia DeeChen, Melody Violine, Aryo Pratomo, Harbowoputra, Andry Chang, Pratama Wirya Atmaja, Rynaldo Cahyana Hadi, Iris Aegis, Ami Raditya, dan Hans J. Gumulia. Karena ditulis oleh sejumlah pengarang, maka cerita-cerita dalam koleksi ini mengusung berbagai hal yang variatif: tema, latar sejarah Vandaria, dan tentu saja, gaya bercerita.
Koleksi cerpen ini dibuka dengan pengantar berisi kisah terciptanya Vandaria yang dilengkapi ilustrasi karya Rama Indra dan Azisa Noor, duo penyusun hikayat. Setelah Daftar Isi yang -anehnya- dibiarkan kosong, sebuah peta dunia Vandaria disajikan lengkap dengan ketujuh daratannya: Tanah Utama Vandaria, Elir, Ro’vel, Acro, Kepulauan Alterian, Arkasia, dan Titardine. Delapan cerita dalam koleksi cerpen ini mengambil seting Tanah Utama Vandaria, dan dua cerita lainnya menggunakan Elir dan Acro.
Cerpen pertama Bisikan Sang Angin adalah garapan Alexia DeeChen yang menjadi salah satu satu pemenang Kontes Cerpen Vandaria. Berseting Tanah Utama Vandaria, Alexia menghadirkan kisah penaklukan Isfaris, negeri yang didirikan sebelum era tiga negeri awal berakhir, oleh Edenion. Isfaris mengalami kekalahan yang menyedihkan dan pemimpinnya, Evander Evrard, dikecundangi frameless bertopeng perak. Tiga hari setelah tumbang, Evander terbangun dan menemukan dirinya ditolong separuh frameless bernama Helaine. Alexia yang akan menerbitkan novel Selepas Senja, salah satu novel dari proyek Kristal Merah Vandaria, berhasil memanfaatkan seting awal era kekuasaan frameless untuk mengalirkan kisah yang melahirkan interaksi bermuatan kejutan.
Melviola, gadis pemain viola nan cantik adalah akar permasalahan dalam cerpen Padamnya Bintang-Bintang Vaeran garapan pengarang bernama indah, Melody Violine. Setelah Melviola meninggalkan Edenion, Vaeran Iervaanah, si penyihir alam, mengajak penyair Charnd Darion untuk mengembara. Tanpa sepengetahuan Charnd sesungguhnya Vaeran mempunyai rencana jahat untuk mencelakakannya. Cerpen pemenang Kontes Cerpen Vandaria ini menghadirkan dua cinta sepihak di antara tiga pelaku cerita untuk mengisi bolong dalam Harta Vaeran, novel Vandaria Saga yang telah diterbitkan sebelumnya. Sehingga akhirnya, cerpen ini menjadi prekuel bagi novel Harta Vaeran. Cerpen karya pengarang yang akan menerbitkan novel Putri Teranala dari proyek Kristal Merah Vandaria ini adalah satu-satunya cerpen yang menyajikan kisah cinta lengkap dengan kerumitannya. “Percintaan manusia memang perasaan yang paling tak sanggup kalian atasi. Pemberian hati yang sepihak bisa menghancurkan manusia,” tulis Melody (hlm. 44).
Sebulan sekali, seorang anak manusia dalam kondisi tidak sadar dikirim ke Kastel Deimos untuk diubah oleh alkemis menjadi batu filsuf, batu legenda yang memiliki kemampuan memanipulasi Jiwa Dunia. Kisah ini terdapat dalam Batu Filsuf cerpen rekaan Aryo Pratomo yang dituturkan dari perspektif orang pertama menggunakan seting menjelang berakhirnya era kekuasaan frameless. Kejutan dipersiapkan Aryo di bagian pamungkas dalam rangka mengungkap siapa sebenarnya Hamon, penghuni kastel yang lain, dan tujuan penciptaan batu filsuf yang disaksikannya.
Kreativitas dalam hal penggunaan seting waktu muncul dalam cerpen Musim Gugur besutan Harbowoputra. Pengarang yang akan menerbitkan Perisa, novel yang ditulis untuk proyek Kristal Merah Vandaria, mengisahkan tiga pelaku dari tiga zaman yang dihadang satu dilema yang sama. Dilema itu terkait dengan naga bernama Kosai, Cakram Pualam, dan sebuah keputusan bak buah simalakama. Satu-satunya cara yang harus ditempuh oleh ketiganya disampaikan pengarang di bagian akhir cerpen sebagai kejutan yang menjawab setiap pertanyaan yang muncul dalam pikiran pembaca.
Di tengah-tengah peluang menciptakan konflik seputar pergantian era di dunia Vandaria, Andry Chang yang pernah menerbitkan Fireheart: Legenda Paladin (Sheila, 2008) memunculkan gagasan lain dari yang lain. Lewat cerpen bertajuk Nyanyian Alam, Andry berhasil menggelontorkan gagasan ekologis melalui karakter perempuan bernama Fyanei yang mampu berkomunikasi dengan tanaman. Pengarang yang juga terlibat dalam proyek Kristal Merah Vandaria dan akan meluncurkan novel Musafir Bedina ini menciptakan sebuah desa yang namanya mengingatkan pada seorang dukun cilik sebagai lokasi kejadian ceritanya.
Untuk menjadi penyihir dibutuhkan pengetahuan dan kekuatan sihir. Pengetahuan sihir bisa dipelajari dengan membaca buku-buku sihir, sedangkan kekuatan sihir bisa didapatkan dari jantung naga. Gael Grifon, seorang manusia, bertekad menjadi penyihir dan berguru pada Aedon. Agar bisa diterima, Gael bersedia menjadi kelinci percobaan untuk ramuan buatan sang penyihir. Berkebalikan dengan Gael, naga yang jantungnya diincar, mengetahui kelicikan Aedon, dan ia tidak akan membiarkan Aedon mengambil jantungnya. Gael Grifon adalah karakter utama dalam satu-satunya cerpen dengan sentuhan humor yang cukup menggelitik dalam koleksi cerpen ini: Padang Hijau Atap Merah karya Pratama Wirya. Pengarang yang telah melahirkan novel Harta Vaeran ini akan melanjutkan kisah Gael Grifon dalam novel Telinga Rashnu sebagai bagian dari proyek Kristal Merah Vandaria.
Kata sahibulhikayat, dahulu kala, gerbang alam Reigner yang dijadikan para Vanadis untuk memenjarakan para deimos, terbuka. Akibatnya, Vandaria mengalami kekacauan yang hebat. Para Vanadis memutuskan turun ke tanah Vandaria sebagai Pejalan Cakrawala dan bertempur dengan para deimos untuk kemudian memenangkannya. Dalam pertempuran itu Gallizur yang memimpin para Pejalan Cakrawala menghilang seiring dengan ramalan yang menyatakan bahwa Semiazas, si pemimpin para deimos, akan kembali ke Vandaria untuk membalas dendam. Konon, hanya tiga relik agung Gallizur yang akan menghentikan Semiazas. Maka para pemburu relik yang berjuluk Sang Pencari melaksanakan pencarian di seluruh penjuru Vandaria. Tiga di antaranya menemukan salah satu relik yaitu Agheu Glas, pedang yang digunakan Gallizur dalam pertempuran dengan para deimos. Masih ada dua relik yang harus mereka temukan, dan pencarian ini mengantar mereka pada sebuah kenyataan mengejutkan terkait dengan dua relik lainnya. Jujur, saya mengira cerpen Relik Agung Gallizur karya Rynaldo Cahyana Hadi akan berakhir begitu kejutan ini diungkapkan. Tapi tampaknya pengarang yang juga akan meramaikan proyek Kristal Merah Vandaria dengan menerbitkan novel Tabir Nalar ini masih kurang puas, maka ia pun menggandakan kejutan hingga kalimat penutup.
Di bawah bulan separuh kota Zarkand yang bebas dari cengkeraman frameless pada era kekuasaan frameless, seorang remaja lelaki yang tidak pernah mengenal orangtuanya terlibat perbincangan dengan pria tua yang mengaku sebagai mantan Imperium Penunggang Kuda. Si remaja mendengar cerita yang sukar diterimanya dari pria tua itu, bahwa setelah menjadi desertir dalam keadaan terluka, si pria tua ditolong frameless perempuan. Di bawah bulan separuh kota Zarkand di mana manusia dan frameless tidak mengenal belas kasihan, si remaja anonim mencuri dari si pria tua. Ia mencuri demi mendapatkan sesuap nasi, tanpa menduga pencuriannya memang telah dinubuatkan. Kisah muram dalam cerpen Di Bawah Bulan Separuh ini merupakan hasil rekaan Iris Aegis yang dikisahkan dengan nada lirih tapi menyesakkan.
Sang kreator dunia Vandaria memang sudah semestinya menunjukkan perannya dalam kristalisasi. Itulah yang dikesankan Ami Raditya dengan mengikutkan cerpennya Beri Kami Damai. Cerpen ini mengisahkan tentang Arvena, perempuan muda yang bekerja sebagai penyair angkatan bersenjata Meridiz. Arvena selalu hadir di tengah-tengah perang guna menangkap berbagai kisah yang akan diboyong ke ibu kota. Di alun-alun dengan iringan mandolin, ia akan menyanyikan syair kepahlawanan para pejuang Meridiz yang gugur di medan perang dengan cara yang mengiris hati. Tidak ada yang tahu selain Abel yang menjaganya selama di medan perang, kalau semua syair indah yang dibesut Arvena adalah pepesan kosong semata. Arvena tetap melantunkan syair-syair penuh kebohongan sampai seorang remaja kenalannya tewas dalam perang. Pesan mulia disisipkan dalam cerpen yang menggugah ini bahwa kebenaran adalah hak semua orang dan tidak ada satu pun yang baik dari sebuah perang. Abel, sang penguasa pedang, yang berperan penting dalam mendorong lahirnya era keenam dalam sejarah Vandaria akan muncul lagi sebagai karakter sentral dalam komik Linimasa dan Zephyron.
Cerpen Pentagon karya Hans J. Gumulia menutup koleksi cerpen ini. Pentagon tidak lain adalah prekuel dari Trilogi Elir (akan terdiri dari Takdir Elir, Waktu Elir, dan Roda Elir). Bagi yang sudah membaca Takdir Elir, cerpen ini akan menjadi pelengkap. Bagi yang belum, cerpen ini akan menimbulkan tanda tanya sehubungan dengan kisah lima karakter di dalamnya. Sebagai sebuah cerpen yang berdiri sendiri, Pentagon bukanlah cerpen yang berhasil. Kenihilan konflik di dalamnya menjadikan cerpen ini tidak cukup menarik.
Selain Pentagon, cerpen-cerpen dalam koleksi ini menawarkan konflik yang jelas sehingga mengundang minat pembaca. Hanya saja, hampir semua cerpen memiliki kelemahan yang nyaris serupa: kurang matang dalam pengolahan kalimat. Jika harus memilih, saya menetapkan Beri Kami Damai sebagai cerpen yang paling mentereng. Sedangkan cerpen lain yaitu Relik Agung Gallizur, Musim Gugur, Batu Filsuf, dan Padang Hijau Atap Merah akan tampil lebih bersinar, bila dieksekusi secara lebih baik lagi. Tentu saja saya tidak akan melupakan cerpen Nyanyian Alam karena cerpen ini memberikan kesan spesial dengan gagasan berbeda dari dunia Vandaria yang diangsurkan Andry Chang.
“Perkembangan dunia Vandaria tidak akan berhenti sampai di sini. Masih ada ratusan kisah yang belum terceritakan, ada ribuah tokoh yang siap menjalankan perannya, dan tentunya ada banyak peluang bagi novelis, komikus atau siapa pun kamu untuk ikut berpartisipasi dalam dunia Vandaria ini,” demikian yang termaktub dalam bagian Tentang Vandaria (hlm. 264).
“Perkembangan dunia Vandaria tidak akan berhenti sampai di sini. Masih ada ratusan kisah yang belum terceritakan, ada ribuah tokoh yang siap menjalankan perannya, dan tentunya ada banyak peluang bagi novelis, komikus atau siapa pun kamu untuk ikut berpartisipasi dalam dunia Vandaria ini,” demikian yang termaktub dalam bagian Tentang Vandaria (hlm. 264).
Pertanyaannya adalah apakah Anda tertarik bekerja sama untuk membesarkan Dunia Vandaria? Kalau tertarik, Anda harus mengkristal bersama Vandaria! Tapi sebelumnya, kenalilah dulu dunia kompleks Vandaria dengan membaca Vandaria Saga yang telah diterbitkan. Harta Vaeran (Pratama Wirya), Ratu Seribu Tahun (Ardani Persada) dan Takdir Elir (Hans J. Gumulia) bisa mengedukasi Anda untuk menciptakan Vandaria Saga Anda sendiri.
Pengunjung
2 comments:
Resensinya enak sekali dibaca :)
terima kasih, Kingrand :)
Post a Comment