06 April 2012

29 ½ Hari



Judul Buku: 29 ½ Hari
Pengarang: Nia Nurdiansyah
Tebal: 356 halaman
Cetakan: 1, 2011
Penerbit: Grasindo


 



Nero, seorang produser acara televisi sebuah rumah produksi di Bandung, tertantang menciptakan sebuah reality show bertemakan cinta. Reality show yang kemudian diberi nama 29 ½ Hari dan menjadi judul novel Nia Nurdiansyah ini akan menampilkan peserta pria dan wanita yang bermasalah dengan cinta. Ide untuk membuat reality show ini lahir setelah Nero membaca blog Keira, presenter televisi untuk acara “Traveler Secret”.

Setelah menyampaikan kepada Keira bahwa acara ini terinspirasi dari tulisannya, Keira direkrut menjadi peserta. Sungguh tepat, sebab Keira adalah wanita yang tidak percaya cinta sekaligus fobia dengan pernikahan. Trauma masa lalu telah membuat Keira takut menerima pinangan Biru, kekasihnya. Bahkan, Keira meminta Biru untuk berpisah sementara. Tidak ada yang tahu bahwa sesungguhnya Keira memacari Biru demi status semata. Ia masih terbelenggu cinta masa lalunya sewaktu di Lembang, seorang pria yang menghilang dari kehidupannya setelah memutuskan hubungan. 

Secara kebetulan, seperti cara penjaringan peserta yang ditetapkan Nero, find by coincidence, terjaring lagi satu peserta bernama Kenzi. Ia adalah pemuda Indonesia yang menjadi staf riset sebuah perusahaan chemistry-biotechnology di Tokyo. Dari Tokyo, ia pindah ke Bandung saat masa lalu memanggilnya. Dalam kesibukannya, ia berkata: “Aku bahkan lupa bagaimana rasanya jatuh cinta dan apakah saat ini aku masih percaya bahwa cinta itu ada.” (hlm. 64-65). Anehnya, ia sedang mengerjakan proyek pribadinya untuk menemukan zat pembuat jatuh cinta. Saat sepakat bergabung dalam reality show, ia berkata bahwa sebenarnya ia bukan tidak percaya cinta, tapi: “Aku hanya merasa belum bisa jatuh untuk cinta saat ini.” (hlm. 208). 

 
Tanpa mereka duga, kehidupan mereka akan bersinggungan dengan kehidupan Grey, pemuda Prancis yang sedang bernapaktilas ke kampung halaman neneknya. Grey adalah seorang fotografer dan writer travel yang mengambil foto secara candid di berbagai tempat yang ia kunjungi. Ia tidak mengenal Keira dan Kenzi, tapi seperti katanya: “Salah satu dari mereka bisa jadi merupakan orang yang membuat kita tertimpa rentetan hukum kausalitas. Bisa jadi kita terikat dan terhubung dengan (semua) orang ini dengan cara yang misterius, bahkan ketika kita mengatakan bahwa kita tidak mengenal mereka.” (hlm. 140-141). Grey juga memiliki masalah cinta yang pelik kendati ia bukan bagian dari reality show.
 
Sang produser sendiri bukanlah pria yang steril dari masalah cinta. Pada usia 29 tahun, meskipun berhubungan dengan banyak wanita, Nero belum menemukan cinta sejati. Ia menganggap seorang wanita adalah sepatu, dan masih berganti-ganti sepatu karena belum menemukan sepatu yang bisa membuatnya setia. Kesulitan utama Nero sesungguhnya terletak pada ketidaksanggupannya membuka diri dalam sebuah hubungan asmara.

Bagi si Penonton Anonim, tokoh pembuka dan penutup novel ini, apa yang terjadi di antara para pelaku novel ini disebabkan karena: “Sesungguhnya, semua orang ini terhubung satu sama lain dengan benang tak kasatmata. Menjadikan mereka semua terikat, terpilin, dan berbelit satu sama lain membentuk gumpalan kisah misteri dengan cinta sebagai teka teki utamanya.” (hlm. 251). Terkait dengan dirinya yang sebenarnya merupakan bagian dari gumpalan kisah misteri itu, ia mengatakan: “Perjalanan arkeologisku –dengan dalih menemukan puing-puing diriku yang hancur dan terkubur di masa lalu, untuk mencari pemahaman yang menyeluruh tentang arti keterlemparanku ke dunia ini- berakhir ketika aku menyadari bahwa sesungguhnya hidup tidak berada di masa lalu atau di masa depan, tetapi di masa kini." (hlm. 348). Siapakah sebenarnya si Penonton Anonim?

Tidak semua hubungan dalam novel ini berakhir indah, ada yang menemukan cinta tapi ada juga yang harus kehilangan tatkala menemukan keyakinan cintanya. Meskipun demikian, novel ini tidak kehilangan keindahannya. 

Setiap masa lalu para karakter diuraikan dengan intens, membuat kita langsung mengerti bagaimana masa lalu mempengaruhi mereka dalam mengambil keputusan, terutama dalam hal cinta. Grey dan Rene tidak memiliki hubungan harmonis dengan orangtua mereka. Keira memiliki trauma masa lalu karena perceraian orangtua dan pembunuhan kakeknya. Kenzi tidak memiliki kenangan dan cinta orangtua kandungnya. Nero terlahir dengan penampilan yang membuatnya kehilangan kepercayaan diri dan membuatnya berjarak dengan wanita. 

Novel ini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama, Penggalan Masa Lalu, merupakan dokumentasi masa lalu para karakter utama. Bagian kedua, Pertautan, mengisahkan bagaimana para karakter ‘terikat, terpilin, dan berbelit satu sama lain membentuk gumpalan kisah misteri”. Sedangkan bagian ketiga, 29½ Hari, adalah penyelesaian semua masalah yang ada. Tapi novel baru benar-benar berakhir, setelah si Penonton Anonim muncul dan memberikan kejutan terakhirnya.

Cerita dalam novel ini disampaikan dengan berbagai sudut pandang yang berputar secara mulus. Kisah Grey diceritakan dari sudut pandang orang ketiga, Keira dengan sudut pandang orang pertama dan ketiga, sedangkan Nero dan Kenzi diceritakan dari sudut pandang orang pertama. Selain mereka, penulis menambahkan narator orang ketiga yang saya sebut narator figuran yaitu Rene, Venus, dan Yama Yuri.  Kemunculan Yama Yuri sebagai narator sebenarnya kurang penting, hanya sekali dan begitu tiba-tiba sehingga terasa janggal.

Salah satu yang bisa ditangkap dari novel ini berkaitan dengan reality show adalah bahwa sebuah reality show semestinya memberikan pencerahan bagi para pesertanya dan bukan sekadar tayangan menghibur bagi pemirsa televisi. Karakter Wrisaba muncul sebagai peneguhan bahwa reality show yang awalnya benar-benar bermaksud menayangkan realitas, terkadang terdistorsi untuk menciptakan sensasi belaka.


Di salah satu bagian novel, penulis menceritakan bahwa Keira pergi ke Sulawesi Utara dan ia menyebutkan dua nama tempat, Desa Tomohon dan Desa Kawangkoan. Sebenarnya, kedua tempat itu bukanlah desa, salah satunya ibu kota provinsi dan lainnya kecamatan. Juga perahu berkaca yang ada di Bunaken namanya bukan kataraman, tapi katamaran. Riset sedikit saja akan membuat kekeliruan ini tidak muncul. 

  

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan