08 July 2013

All You Can Eat


 
Judul Buku: All You Can Eat
Pengarang: Christian Simamora
Penyunting: Alit Tisna Palupi
Desainer Sampul: Jefri Fernando
Tebal: xii + 460 hlm; 13 x 19 cm
Cetakan: 1, 2013
Penerbit: GagasMedia





‘CINTA KOK BIKIN SEDIH?’

Dear pembaca,

Berbeda dengan penulis lain di luar sana, aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi, kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan mereka berdua. 

Aku juga tak akan melebih-lebihkan penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. ‘All You Can Eat’ memang bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu lupakan, juga tak bisa kamu miliki. 

Jadi, apa keputusanmu? Kalau setelah penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada yang lagi bisa aku katakan kecuali: selamat menikmati.

Dan selamat jatuh cinta.

CHRISTIAN SIMAMORA





Seperti pengakuan Christian Simamora, pengarang All You Can Eat, kisah dalam novel ini memang tidak orisinil. Pertama-tama, memang tidak ada kisah cinta yang orisinil dalam karya fiksi karena sudah terlalu banyak digarap. Kedua, kisah cinta di antara pasangan berbeda usia di mana perempuannya jauh lebih tua, bukan barang baru lagi. 

All You Can Eat dijadikan judul novel kisah cinta ini dengan berbagai alasan. Antara lain karena draft pertama novel ini diberi tagline Cerita Hati yang Makan Hati,  novel ini ditulis dengan spirit lagu Neon Trees yang berjudul Animal, dan karena tokoh utama novel suka masak. Apapun alasannya, judulnya memang cukup mengundang dan menimbulkan penasaran.

Kisah cinta yang tidak orisinil ini adalah kisah cinta Sarah Kristiana dan Alejandro Putra Vimana (Jandro). Sarah Kristiana adalah penulis skenario film, layar lebar dan layar kaca, dan sudah tidak muda lagi, 30 tahun. Setelah dua tahun hidup bersama bagaikan suami-istri, Sarah dikejutkan dengan pengakuan Rifat, kekasihnya, yang berselingkuh dengan instruktur yoganya. Sarah memutuskan hubungan tanpa konfirmasi sebelumnya dengan Rifat dan pergi ke Ubud, Bali, untuk menuntaskan skenario film layar lebar yang sedang digarapnya. Ia bermaksud tinggal selama dua minggu di vila milik keluarga sahabatnya, Anye. 

Tenyata di Vila Vimana, ia tidak sendirian. Jandro, adik laki-laki Anye, sudah lebih dulu berada di sana. Secara impulsif, Jandro meninggalkan Jakarta lantaran kecewa pada Nuna, kekasihnya yang lebih memilih laki-laki pilihan orangtuanya. Selama ini, Jandro hanya berstatus sebagai selingkuhan Nuna yang sudah bertunangan dengan Darren.  

Apa yang akan terjadi di Vila Vimana sudah bisa ditebak. Apalagi setelah sang pengarang mengungkapkan kalau Jandro pernah jatuh cinta pada Sarah. Saat itu, Jandro masih kelas tiga SMP dan lebih muda dari Sarah. Sarah, tentu saja, menolak pernyataan cinta Jandro. Dan setelah itu, lama mereka tidak bertemu, sampai Sarah melihat Jandro kembali dalam keadaan tanpa busana di Vila Vimana. 

Jandro, remaja nerd bertubuh ceking dan berkulit pucat, telah bermetamorfosis menjadi pemuda tampan bertubuh jantan, seorang Brendan dengan pancaran sex appeal yang tinggi. Dia bukan lagi kutubuku yang lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamarnya, melainkan pengusaha yang sukses dengan bisnis budget hotel. Ketampanan dan kesuksesan Jandro kian lengkap karena dia pun pintar masak. Dampaknya, Sarah tidak mampu menghalau pesona Jandro, dan terutama, mengendalikan pikiran mesumnya. 

Dalam keadaan patah hati, pertemuan dengan Sarah membangkitkan kembali cinta pertama Jandro. Hanya saja, Sarah masih tidak bisa menentukan sikap. Bukan karena tidak mencintai Jandro, tapi karena Sarah sadar diri. Jandro baru berusia 23 tahun, lebih muda tujuh tahun darinya. Selain itu, Sarah tidak yakin Anye akan merestui hubungan mereka.

Sebagaimana diakui sang pengarang, novel ini berakhir bahagia. Dan untuk mencapai kebahagiaan, perasaan Jandro dan Sarah perlu diuji. Christian Simamora menggunakan jurus generik yang sangat stereotipikal. Nuna muncul di Bali dan ingin kembali ke dalam pelukan Jandro. Sarah bertemu dengan Irvan, pengusaha asal Jakarta yang kebetulan berada di Bali. 

All You Can Eat adalah novel pertama yang berhasil saya tamatkan dari sepuluh novel Christian Simamora yang telah diterbitkan. Sebelumnya pernah mencoba baca novel adaptasi film karyanya, Coklat Stroberi (2007), tapi gagal total, tidak sampai tamat. Saat itu, saya kurang bisa beradaptasi dengan gaya berkisahnya yang terlalu ramai. Sekarang, setelah lebih permisif pada berbagai gaya berkisah, saya bisa menamatkan All You Can Eat

Novel yang ditargetkan untuk pembaca dewasa ini ditulis dengan blakblakan, ceplas-ceplos, ceriwis, dan hmmm... genit. Dalam bertutur, Christian Simamora menghindari kesantunan dan menghalalkan penggunaan kata-kata vulgar yang agaknya dianggap biasa dalam lingkup pergaulan para tokoh novel.  Ia juga menggunakan bahasa sesukanya, bahasa Indonesia berlepotan banyak bahasa Inggris -mungkin dimaksudkan untuk mewakili kebiasaan para tokoh, yang terkadang terasa mengganggu karena penulisannya mengikuti bahasa lisan. Alhasil, novel ini pun menjadi sangat ramai dan gaduh. 

Sepertinya, apa saja informasi yang terbersit dalam pikiran pengarang saat menulis, dijejalkan begitu saja ke dalam novel, sering tanpa filter. Akibatnya, kita sebagai pembaca dipaksa membaca berbagai informasi tidak penting -seperti gosip-gosip Holywood- yang jika dikeluarkan, tidak akan memberikan pengaruh apa-apa pada alur dan konflik dalam novel. 

Dalam mendeskripsikan penampilan lahiriah kedua tokoh utama, pengarang sangat gamblang. Tapi selama membaca, saya sering tidak bisa menghalau perasaan risih yang muncul. Apalagi ketika pengarang yang notabene adalah seorang laki-laki begitu mahir mendeskripsikan bagian-bagian tubuh Jandro. Memang pengarang memberikan porsi yang sama dalam mendeskripsikan kemolekan tubuh Sarah, tapi tetap saja, overdosis untuk Jandro.

Saya menemukan kalimat yang membutuhkan pembenahan selama pembacaan. 

Dalam balutan maxi dress yang menonjolkan lekuk dadanya, Nuna dan Jandro saling bertukar tatap. (hlm.281) (siapa yang dibalut maxi dress yang menonjolkan lekuk dada, Nuna atau Nuna dan Jandro?) :) 

Dia dekat dengan Irvan sekarang arah belum menemukan alasan untuk menganggap yang mereka lakukan ini masuk kategori 'relationship') (hlm. 295)  (Kalimat yang membingungkan)

Terlepas dari hal-hal mengganggu yang telah disebutkan sebelumnya, All You Can Eat adalah sebuah novel yang tidak membosankan dibaca, mengalir lancar, dan sangat kentara, ditulis dengan semangat humor yang tinggi. 





Paper dolls by Levina Lesmana





0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan