Judul
Buku: Liesl & Po
Pengarang:
Lauren Oliver (2011)
Ilustrasi:
Kei Acedera
Penerjemah:
Prisca Primasari
Tebal:
320 hlm
Cetakan:
1, April 2013
Penerbit:
Mizan
Liesl Morbower ingin mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya, tapi sangat sulit baginya untuk mendapatkan kesempatan itu. Berbulan-bulan lamanya, Augusta Hortense Varice-Morbower -ibu tirinya, mengurungnya dalam kamar di loteng rumah 31 Highland Avenue. Liesl tidak bisa mendampingi ayahnya saat ayahnya mesti dirawat di rumah sakit, dan tidak bisa menyaksikan saat ayahnya mengembuskan napas terakhir. Bahkan, tanpa perlu mengonfirmasikan pada Liesl, Augusta memutuskan untuk mengkremasi jenazah Henry Morbower.
Augusta
mengurung Liesl karena ingin menguasai harta yang diwariskan ayah Liesl. Setelah
kematian Henry Morbower, Vera Varice, putri kandungnya, berpura-pura menjadi
Liesl, sehingga perempuan dengan wajah berkutil itu bisa merampok warisan
Liesl. Augusta memang telah merancang kejahatannya sejak menikahi Henry
Morbower. Awalnya dengan memaksa Henry untuk meninggalkan Pondok Merah, rumah
tempat tinggal keluarga Morbower yang dibangun di dekat kolam dengan sebatang
pohon dedalu di Gainsville. Setelah tinggal di Dirge, sedikit demi sedikit ia
mulai meracuni ayah Liesl sampai akhirnya laki-laki itu menemui ajalnya.
Pada
malam ketiga setelah kematian ayahnya, Liesl melihat hantu. Po -nama hantu itu,
yang tidak jelas dulunya anak laki-laki atau perempuan, muncul bersama Bundle,
hantu binatang, yang juga tidak jelas kucing ataukah anjing. Dengan kemampuan
bisa mondar-mandir dari Dunia Nyata ke Dunia Lain, Po meninggalkani Dunia Lain untuk
mencari tahu penyebab Liesl berhenti menggambar.
Karena tahu ayahnya sudah berada di Dunia Lain, Liesl minta pertolongan Po untuk menyampaikan pesannya kepada sang ayah kalau sebenarnya Liesl merindukannya. Secara kebetulan, Po memang bertemu Henry Morbower di Dunia Lain. Selain merindukan Liesl, Henry juga merindukan sebuah kolam dengan sebatang pohon dedalu yang tumbuh di tepiannya. Di sanalah istri pertamanya dan ibu Liesl dimakamkan. Henry ingin kembali ke sana untuk berbaring di sisi istrinya. Mendengar pesan ayahnya dari Po, Liesl segera tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus membawa kotak abu ayahnya dan memakamkan di bawah pohon dedalu. Dan untuk itu, ia membutuhkan bantuan Po untuk minggat dari loteng.
Pada malam ketiga setelah ayahnya meninggal, Liesl melihat hantu. |
Sementara
Liesl berkenalan dengan Po, Will, murid sang Alkemis, sedang melaksanakan tugas
yang disuruh gurunya. Seperti biasa, ia melewati 31 Highland Avenue, sekadar
untuk melihat wajah Liesl di jendela loteng. Setelah pertama kali melihat wajah
Liesl, Will memang tidak mampu menepis kekagumannya pada Liesl -yang tentu saja
tidak mengetahuinya. Kebahagiaan selalu dirasakannya karena ia yakin Liesl akan
memanggil nama aslinya, tidak seperti sang Alkemis yang memanggilnya dengan
nama-nama seperti Tak Berguna, Tak Punya Harapan, Muka Lendir atau Ingusan.
Malam itu, malam ketiga setelah Henry Morbower meninggal, Will melakukan
kesalahan. Kotak berisi sihir yang mampu membangkitkan orang mati dan
mengembalikan yang tua menjadi muda pesanan Lady Premiere tertukar dengan kotak
berisi abu ayah Liesl.
Kebetulan, keruwetan; kesalahan polos
dan keteledoran. Dari semua ini lahirlah sebuah cerita.
(hlm. 42).
Will meletakkan kotak sihir itu di meja... |
Setelah
lima tahun meninggalkan panti asuhan dan hidup dalam kebencian, kekecewaan, terhina,
dan tanpa harapan, Will pun memutuskan meninggalkan Dirge. Dalam pelariannya,
Will bertemu Liesl, Po, dan Bundle. Berempat mereka melakukan perjalanan menuju
Pondok Merah dengan mengandalkan kenangan-kenangan Liesl.
Sebagaimana
sudah bisa ditebak, perjalanan mereka tidak akan mudah. Sang Alkemis yang
merasa kecolongan, Lady Premiere yang tidak bisa meredakan ambisi menguasai
dunia, Augusta yang ketakutan belangnya akan terungkap, tidak akan membiarkan Liesl
dan teman-temannya merealisasikan kerinduan ayah Liesl.
Tanpa
mengetahui permasalahan sebenarnya, Mo -penjaga town house milik Lady Premiere- dengan Lefty, kucingnya, ikut-ikutan
terseret ke dalam perjalanan menuju Pondok Merah. Demikian pula perempuan tua
yang membawa tongkat yang dijumpai Liesl di kereta api dan polisi bertubuh
besar yang dipaksa perempuan tua itu untuk mengikutinya. Juga seorang pencuri yang
mengira saat perubahan hidupnya sudah tiba dengan kemunculan Liesl. Kecuali
tiga orang yang disebut terakhir, para tokoh penting dalam novel Liesl & Po karya Lauren Oliver
dimunculkan dalam ilustrasi sampul.
Saat
ini, kisah fantasi dengan tokoh utama anak-anak bukan lagi sesuatu yang menarik
bagi saya. Sama sekali tidak ada ekspektasi yang tinggi untuk mendapatkan kisah
yang mencuri perhatian ketika memutuskan membaca Liesl & Po. Tapi lama kelamaan, saya ternyata menyukai novel
ini, dan agak sulit melepaskan sebelum tamat. Oliver berhasil meracik sebuah kisah fantasi dengan elemen petualangan untuk segala usia dalam nuansa
klasik yang imajinatif. Petualangan mendebarkan dalam novel
ini berjalan bersama dengan kisah persahabatan, cinta seorang anak kepada
orangtuanya, kebaikan hati, ketamakan, ambisi sesat, kenangan, kebebasan, dan
kematian. Mendekati bagian pamungkas, berbagai kejutan diungkapkan untuk
melengkapi apa yang sedikit demi sedikit dimunculkan pada bagian-bagian
sebelumnya. Kejutan paling keren tentu saja adalah efek yang ditimbulkan oleh
sihir yang diramu sang Alkemis. Tidak ketinggalan adegan-adegan yang sengaja
dirancang untuk melahirkan senyum dan tawa. Meskipun sudah bisa ditebak apa
yang akan terjadi di bagian pamungkas, cara Oliver menuntaskan kisahnya
sangat memikat dengan tetap meninggalkan pertanyaan yang jawabannya mesti diimajinasikan sendiri oleh pembaca. Bagaimanapun, akhir bahagia tetap tidak akan menjadi milik
para tokoh antagonis.
Seting
tempat dan waktu novel ini tidak dijelaskan dengan gamblang. Agaknya
dimaksudkan berlokasi di negara Eropa seperti Inggris. Sedangkan waktu
kejadiannya adalah akhir 1880 sampai awal 1900, kalau berpedoman pada Studio
Gray yang dimulai sejak 1885 (hlm. 34). Yang jelas digambarkan Oliver adalah kondisi
alam saat kejadian dalam novel berlangsung. Saat itu matahari sudah tidak
muncul hampir lima tahun, dunia berwarna kelabu monoton diliputi awan-awan
abadi, dan musim dingin berkepanjangan. Kondisi alam yang menyedihkan ini bisa
dihubungkan dengan apa yang dialami Liesl semenjak meninggalkan Pondok Merah
dengan kolam dan pohon dedalunya. Itulah sebabnya, perubahan signifikan dalam
hidup Liesl setelah meninggalkan loteng akan terjadi bersamaan dengan perubahan
kondisi alam (yang tidak akan saya jabarkan di sini).
Semua
karakter (manusia) utama dirancang dengan baik, hitam-putih, sesuai dengan
tuntutan kisah fantasi yang mengandalkan karakter anak-anak. Yang jahat seperti
Augusta dan sang Alkemis akan membuat gemas (dan tentu saja akan mendapatkan
ganjarannya) dan yang baik seperti Liesl dan Will membuat kita berpihak (dan
akhirnya mengalami kebahagiaan). Karakter Po yang suka menggerutu dan mudah
tersinggung paling mengundang perhatian karena ia adalah sesosok hantu. Meskipun
akhirnya mengungkapkan nama asli dan gendernya di bagian pamungkas, kehidupan
Po sebelum memasuki Dunia Lain tidak banyak diungkap Oliver. Masa lalu Po hanya dimunculkan
sekelebatan lewat memori yang tiba-tiba mengambang dalam permukaan ingatannya
(hlm. 88 dan 99). Selain Po, karakter menarik lainnya adalah Mo yang dikisahkan
memiliki hati yang besar dan luas tapi berotak kecil dan lembek. Agak bodoh
tapi sangat baik hati. Ia mudah tergerak untuk membantu orang lain sekalipun
baru saja dijumpainya. Terseretnya Mo dalam petualangan Liesl, Po, dan Will
disebabkan ia ingin mencari Will untuk memberikan topi dengan penutup telinga
kepada anak itu. Kebesaran dan keluasan hati inilah yang menjadi salah satu
pesan indah dalam novel ini sehingga Oliver harus menyatakan:
(Dan sungguh, inilah inti dari
segalanya, karena jika kau tak percaya bahwa hati bisa mengembang secara
tiba-tiba, dan cinta bisa merekah layaknya bunga bahkan di tempat yang paling
keras, aku takut kau akan mendapati jalan yang panjang, gersang, dan tandus,
dan kau akan kesulitan menemukan cahaya.
Tapi jika kau percaya, berarti kau
telah memahami segalanya tentang sihir.) (hlm. 315).
Tentang Pengarang
Lauren Oliver dalam Catatan Penulis (hlm. 318) menyatakan kalau Liesl
& Po adalah buku paling personal yang telah ditulisnya. Liesl
& Po telah mendapatkan penghargaan seperti ABC Best Book for
Children (2011), Kirkus Best Books of the Year (2011), Washington
DC's Capitol Choices 2012 Noteworthy Book for Children and Teens, dan Amazon
Best Book of the Month pada Oktober 2011. Selain Liesl & Po
(2011), Lauren Oliver yang terlahir dengan nama Lauren Schechter telah
menerbitkan Before I Fall (2010), trilogi Delirium -yang terdiri dari Delirium
(2011), Pandemonium (2012), dan Requiem (2013)- dan The
Spindlers (2012). Ia juga menulis novela untuk melengkapi trilogi Delirium-nya
yaitu Hana (2012), Annabel (2012), dan Raven (2013).
0 comments:
Post a Comment