Judul Buku: Trash
Penulis: Andy Mulligan (2011)
Penerjemah: Nina Andiana
Tebal: 256 hlm, 20 cm
Cetakan: 1, Juli 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Andy Mulligan dalam novelnya Trash (Anak-Anak Pemulung) menciptakan tiga remaja kencur sebagai karakter utama. Ketiganya adalah pemulung di sebuah tempat pembuangan sampah bernama Behala yang sekaligus menjadi tempat tinggal mereka. Sebagai pemulung, mereka memilah-milah sampah untuk mendapatkan barang seperti plastik, kertas, ban bekas, kaleng, atau kaca yang masih bisa dijual. Menurut Mulligan, Behala didasarkan pada sebuah lokasi pembuangan sampah di Manila, Filipina. Di lokasi pembuangan sampah ini, terdapat sekolah dan anak-anak yang merangkak di antara tumpukan sampah.
"Behala memang
tempat pembuangan sampah akhir yang sangat luas, mengerikan, kotor, dan penuh
sampah, tempat yang kau takkan percaya boleh dijadikan tempat kerja banyak
orang, apalagi tempat tinggal. Behala juga membuatmu ingin menangis, karena
tempat itu tampak seperti hukuman abadi yang mengerikan. Kalau kau punya
sedikit imajinasi, kau bisa melihat seorang anak dan kutukan pekerjaan apa yang
akan dilakukannya seumur hidup." (hlm. 99).
Karakter pertama adalah
Raphael Fernández, empat belas tahun, yatim-piatu, tinggal di Behala bersama
bibinya yang juga seorang pemulung. Ia telah mengacak-acak sampah semenjak berumur tiga tahun. Suatu hari, saat sedang menggerayangi timbunan sampah,
ia menemukan sebuah tas kulit kecil berisi dompet. Di dalam dompet terdapat peta yang terlipat, sebuah kunci dengan gantungan bertuliskan angka 101,
uang sebesar 1100 peso, foto seorang anak perempuan memakai seragam sekolah,
dan sebuah KTP atas nama José Angelico.
Raphael memberitahukan penemuannya sekaligus membagi uang dalam dompet kepada Gardo. Karakter kedua yang
juga berusia empat belas tahun ini adalah sahabat dan rekan kerja Raphael.
Keduanya mengetahui kemudian, tas kecil yang ditemukan Raphael adalah barang
yang sedang dicari-cari polisi. Polisi mendatangi Behala dan menjanjikan uang
kepada yang menemukan dan mengembalikan tas itu. Tidak hanya yang menemukan,
setiap keluarga di Behala pun akan diberikan uang. Raphael tidak mau mengaku
lantaran ia curiga motif di balik tindakan para polisi itu. Bersama Gardo, ia
menyimpan tas kecil itu di tempat tinggal Jun-Jun, karakter ketiga yang berusia
lebih muda dari mereka. Jun-Jun lebih sering dipanggil Tikus karena ia tinggal
di lubang yang penuh tikus.
Setelah
berembuk, diputuskan mereka akan mengadakan penyelidikan. Tindakan pertama yang dilakukan adalah membuka loker bernomor 101 di
stasiun kereta api (Tikus yang pernah tinggal di stasiun kereta api yang
mengidentifikasikan kunci itu). Di dalam loker milik José Angelico, mereka
menemukan sebuah amplop cokelat berisi surat yang siap diposkan, barisan angka
yang tidak mereka pahami artinya, dan nama Gabriel Olondriz, seorang tahanan di
Penjara Colva.
Penyelidikan lebih jauh
mengungkapkan kalau sebenarnya Angelico telah tewas selagi diinterogasi di
kantor polisi. Angelico ditahan karena diduga mencuri enam juta dolar dari
rumah majikannya, Senator Regis Zapanta, yang sedang menjabat sebagai wakil
presiden. Ketiga anak miskin yang pintar itu kemudian menemukan bahwa Angelico adalah anak adopsi dari putra Gabriel Olondriz. Gabriel
Olondriz telah mendekam selama 35 tahun di Penjara Colva, dipenjarakan seumur
hidup karena pernah mengajukan tuntuan korupsi atas Senator Zapanta. Lima tahun
sebelum dipenjarakan, ia menemukan fakta penggelapan uang
sebesar tiga puluh juta dolar yang dilakukan Zapanta. Uang itu merupakan uang bantuan
internasional, paket hibah yang diorganisir Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
akan dipakai membangun rumah sakit dan sekolah. Sebagai balas
dendam atas dipenjarakannya Gabriel Olondriz, Angelico mencuri uang dari
Zapanta. Sekarang ia telah mati, dan Zapanta menggunakan para polisi untuk mendapatkan kembali uang itu.
Pertanyaan besar dalam novel yang sedang dalam proses adaptasi ke dalam film oleh
sutradara Stephen Daldry ini adalah: di manakah José Angelico menyembunyikan uang
yang dicurinya? Jawabannya berada di barisan angka yang ditemukan bersama
surat yang ditulis José Angelico untuk Gabriel Olondriz. Barisan angka itu
adalah kode-buku, kode yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang memiliki
buku yang sama dengan edisi yang sama persis pula. Angelico mengirimkan kode-buku itu kepada Gabriel Olondriz
karena Gabriel Olondriz bisa memecahkannya. Sayangnya, sebelum berhasil
dipecahkan, lelaki tua itu ditemukan mati dalam penjara. Maka menjadi tugas
ketiga remaja kencur itu untuk memecahkan kode-buku Angelico dan menemukan
lokasi penyembunyian uang curiannya.
Berlatarkan negara Dunia Ketiga
dengan plot yang bergerak cepat, Trash dikisahkan oleh banyak narator. Setiap
narator seolah-olah sedang memberikan pengakuan kepada para pembaca secara bergantian, dengan Raphael sebagai narator utama. Dari apa yang disebutkan
beberapa narator, pergantian narator ini tampaknya sengaja dilakukan penulis agar bisa
mengisahkan, tetap dengan sudut pandang orang pertama, peristiwa yang tidak bisa
dikisahkan sendiri oleh Raphael. Maka Gardo dan Tikus juga mengambil bagian sebagai
narator. Selain mereka ada narator lain yaitu Pastor
Juilliard, pengelola Sekolah Misi Behala, dan Olivia Weston, rekan kerjanya; Grace,
rekan pelayan Angelico, dan Frederico Gonz, pembuat batu nisan.
Trash yang telah
diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa ini tergolong unik karena hadir sebagai novel thriller dengan remaja kencur sebagai
karakter utama. Mereka masih kekanak-kanakan tapi berani menghadang tantangan yang
melibatkan hal-hal seperti korupsi, pembunuhan karakter, dan pembunuhan manusia.
Kendati tinggal di tempat pembuangan sampah dan tidak betah sekolah, mereka
dikaruniakan kecerdasan alamiah oleh penulis. Kecerdasan yang membuat mereka kritis
dan skeptis, membuat mereka tergelitik melakukan investigasi layaknya detektif
sambil menyongsong bahaya sampai semua misteri yang melingkupi kematian
Angelico bisa dipecahkan. Ini adalah kisah para remaja kencur yang cerdas,
disuguhkan secara cerdas, ditujukan terutama untuk pembaca muda, yang
cerdas pula.
Beberapa tahun sebelum
menulis novel ini, Andy Mulligan pernah menjadi pengajar bahasa Inggris dan
drama di negara-negara seperti India, Brazil, Vietnam, dan Filipina. Saat berada di Filipina dan mengunjungi sebuah lokasi pembuangan sampah, ia mengaku
merasa jatuh cinta. Persis seperti yang dialami kedua karakter dewasa dalam novel ini,
Pastor Juilliard dan Olivia Weston. Bisa dikatakan novel ini merupakan wujud
cinta sekaligus bentuk keprihatinannya dengan apa yang terjadi, khususnya pada
anak-anak, di negara-negara Dunia Ketiga. Bukannya mengenyam pendidikan di sekolah,
anak-anak 'dipaksa' bekerja untuk bisa hidup. Sekolah tidak menjadi fokus utama
mereka, dan pemerintah tidak menunjukkan kepedulian. Bahkan, bantuan pendidikan untuk anak-anak
seperti ini dikorupsi demi kepentingan pribadi.
"Namaku Pastor
Juilliard, dan akulah yang mengumpulkan semua catatan ini -semua nama sudah
diganti, karena alasan-alasan yang jelas. Kau akan mengerti betapa pentingnya
urusan ini pada akhirnya, tapi kisah lengkapnya harus diceritakan," kata
Pastor Juilliard (hlm. 55). Dengan kalimat ini, kita bisa menyimpulkan bahwa karakter
Pastor Juilliard adalah penjelmaan penulis dalam kisah ini.
Selain Trash, Andy
Mulligan telah menerbitkan novel trilogi Ribblestrop yang terdiri dari
Ribblestrop, Return to Ribblestrop dan
Ribblestrop Forever!. Novel berikutnya, The Boy with Two Heads, rencananya akan
diterbitkan pada musim semi 2013.
0 comments:
Post a Comment