30 June 2013

Me Before You


 
Judul Buku: Me Before You
Pengarang: Jojo Moyes 
Penerjemah: Tanti Lesmana
Tebal: 656 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Mei 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama







Will Traynor sangat menyukai hidupnya. Ia mencintai pekerjaan dan perjalanan-perjalanannya sebagai pengusaha muda di sebuah firma di London. Ia melakukan berbagai kegiatan fisik seperti bungee jumping dari tebing karang, bermain ski, dan mendaki gunung Kilimanjaro. Dan sebagai lelaki muda, ia pun sangat menyukai seks. Tapi itu gambaran Will sebelum terjadinya kecelakaan lalu lintas yang membuatnya terpuruk di kursi roda sebagai penderita quadriplegia C5/6 (mengalami cedera di sumsum tulang belakang pada level C5 dan C6). Setelah kecelakaan lalu lintas, Will tidak lagi menyukai hidupnya. Terikat oleh keterbatasan dan kesakitan yang disandangnya sebagai quadriplegic, Will bertekad mengakhiri hidupnya. 

Menyusul usaha bunuh diri yang ia lakukan, Will mendapatkan persetujuan Camilla Traynor -ibunya- untuk melakukan eutanasia. Ia akan dibawa ke Swiss untuk mengakhiri hidup secara prematur di Dignitas. Organisasi yang didirikan oleh  seorang pengacara Swiss bernama Ludwig A. Minelli (1998) ini memberikan bantuan kepada orang-orang yang ingin mengakhiri hidup karena mengalami sakit fisik atau mental yang tidak bisa disembuhkan. Dosis letal serbuk pentobarbital yang dilarutkan dalam segelas air atau jus akan membawa orang-orang itu tidur abadi.

Will menunda keinginannya selama enam bulan. Dan selama itu ia mendapatkan perawatan di rumah orangtuanya di Stortfold, sebuah kota kecil yang terkenal dengan kastel yang dijadikan lokasi kunjungan wisatawan mancanegara. Selain dirawat oleh perawat laki-laki bernama Nathan, Will membutuhkan asisten perawat yang akan mendampingi dan merawatnya selama Nathan tidak ada. 

Berkebalikan dengan Will, Louisa Clark -gadis menjelang 27 tahun- berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ia tinggal di rumah orangtuanya yang dipisahkan oleh Kastel Stortfold dari Granta House, kediaman keluarga Traynor. Dengan pekerjaannya di kafe The Buttered Bun, Lou membantu menopang kehidupan keluarga. Tapi ketika kafe itu mesti ditutup oleh pemiliknya, terpaksa ia mencari pekerjaan lain. Setelah tiga kali menekuni pekerjaan berbeda, ia pun diterima bekerja sebagai asisten perawat untuk Will Traynor. Padahal, ia sama sekali tidak memiliki pengalaman merawat quadriplegic. Dan Will yang akan dirawatnya, tidak bisa menggunakan kedua kaki dan hanya sedikit sekali bisa menggerakkan tangan dan lengannya. Selain mendampingi dan merawat Will, tugas Lou adalah memastikan Will tidak mencoba bunuh diri lagi. Lou akan bekerja selama enam bulan sesuai kesepakatan Will dan ibunya.

Awalnya Lou mengira tidak akan bertahan karena Will menunjukkan sikap yang kurang menyenangkan, sinis dan ketus. Tapi lama kelamaan ia mencoba mengenal Will, mengobrol dengannya, dan mulai berempati dengan penderitaan laki-laki yang hidupnya terperangkap di kursi roda itu. Will tidak hanya tidak bisa bergerak bebas, ia mesti hidup bergantung pada orang lain. Belum lagi masalah kesehatan yang tidak pernah berhenti menyerangnya. Dalam kondisi terpuruk, ia pun harus menahan perasaan, ditinggalkan kekasihnya untuk menikah dengan sahabatnya sendiri. Sementara ayahnya menunggu kematiannya untuk bercerai karena hendak menikahi wanita lain. Lou mencoba terus bertahan kendati akhirnya ia mengetahui kalau Will akan dibawa ke Dignitas. Tugasnya pun bertambah, berusaha membuat Will membatalkan keinginannya. 

Keberadaan Lou di dekatnya ternyata membuat Will mengalami perubahan. Lou memang bukan gadis yang menarik. Ia tidak anggun dan luwes, posturnya pun agak pendek dan selera berpakaiannya aneh. Tapi ia mampu membuat Will tertawa, membuat Will lebih banyak bicara, dan merasakan sedikit kebahagiaan. 

Will sendiri sebenarnya seorang yang sangat baik. Ia menumbuhkan semangat Lou untuk memperbaiki kehidupannya. Ia mendorong Lou kuliah lagi, memperluas cakrawala, melampaui kota kecil mereka. Ia menyadarkan Lou kalau dirinya berbakat, cerdas, dan punya potensi. Bahkan, dalam keterbatasannya, ia membawa Lou keluar dari trauma karena pelecehan yang pernah dialaminya di labirin kastel.

Usaha Lou untuk mengubah keinginan Will semakin intens. Ia mencari tahu dan mempelajari semua permasalahan penderita quadriplegia untuk lebih memahami kebutuhan Will dan melakukan hal-hal yang bisa mengalihkan Will dari keinginan untuk mati. Sungguh bukan hal yang mudah karena Will tidak selalu berada dalam kondisi baik. Dan sementara waktu terus bergulir mengikis enam bulan yang ditetapkan, Lou mulai merasakan cinta kepada Will. Perasaan ini kian membuatnya bertekad membuat Will tetap hidup. 

Dari sudut pandang agama, mengakhiri hidup secara prematur adalah dosa. Seperti respons yang diterima Lou di chat room untuk orang-orang yang mengalami cedera tulang belakang:

... Bukan pada tempatnya memutuskan kapan kita dilahirkan dan kapan kita akan meninggalkan dunia ini; hanya Tuhan yang berhak. Tuhan memutuskan untuk mengubah kehidupan temanmu, dalam kasih kebijaksanaanNya, dan mungkin ada suatu pelajaran yang ingin disampaikan Tuhan kepadanya... (hlm. 359).

Tapi dengan keterbatasan, penderitaan, dan kesakitan yang dialami penderita quadriplegia -sehingga menghapus keinginan hidup mereka, eutanasia menjadi solusi terbaik. Sehingga, keinginan Will untuk mengakhiri hidupnya bisa dimengerti dan diterima. Seperti respons lain di chat room itu:

Apa hak orang-orang yang mampu dan berbadan sehat untuk memutuskan seperti apa seharusnya kehidupan kami? Seandainya ini bukan kehidupan yang tepat untuk temanmu, bukankah pertanyaanmu seharusnya: Bagaimana aku bisa membantu dia untuk mengakhirinya? (hlm. 361-362).

Atau ucapan Nathan kepada Lou mengenai Will:

Tapi aku ingin dia hidup kalau dia sendiri ingin hidup. Tapi kalau dia tidak ingin, maka dengan memaksa dia untuk terus menjalani hidupnya, berarti kau, aku -seberapa sayang pun kita padanya- berarti kita menjadi orang-orang brengsek lain yang merampas kebebasannya untuk menentukan pilihan." (hlm. 536)

Kesediaan Camilla membawa Will ke Dignitas bukannya mudah diputuskan. Agama menentang, demikian pula hatinya sebagai seorang ibu. Kariernya sebagai hakim pun sebenarnya terancam dengan persetujuannya ini. Lou sempat merasa syok, Georgina -adik perempuan Will- mengecamnya, begitu pula Josie, ibu Lou. Camilla bersedia membawa Will ke Dignitas setelah usaha bunuh diri yang dilakukan Will. Tapi dengan persetujuannya ini bukan berarti ia tidak berusaha mengubah keinginan putranya. Bahkan, keputusannya mempekerjakan Lou karena ia berharap dalam waktu enam bulan gadis ceria ini bisa mencegah Will menggunakan haknya untuk mati.

Dari sisi Lou, kita akan melihat usaha tak kenal lelah -yang tidak terpicu sekadar karena ingin menolong Camilla melainkan juga karena perasaan cinta yang perlahan muncul- untuk membuat Will kembali bersemangat menikmati kehidupan. Sungguh mengharukan membaca segala upaya yang dilakukannya bahkan sampai tahap persuasi yang bersifat intim. Tapi apakah segala upaya Lou mampu mengubah keputusan Will dalam waktu yang tersisa? Apakah cintanya akan membatalkan keinginan Will menggunakan haknya untuk mati? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang terus berkelebat sementara kita membaca novel Me Before You (Sebelum Mengenalmu) karya Jojo Moyes sampai kesimpulan diungkapkan.  

Apa yang dipilih oleh Jojo Moyes untuk menyimpulkan novelnya ini, saya kira merupakan keputusan yang tepat. Bagi saya, yang paling penting dalam keseluruhan novel ini bukanlah pada berhasil atau tidak Lou mengubah keinginan Will, melainkan pada pertemuan mereka. Karena, pertemuan dan juga interaksi di antara mereka, memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam kehidupan satu sama lain, membuat hidup mereka berbeda dengan saat sebelum saling mengenal. Terutama bagi Lou, pertemuannya dengan Will akan mengubah hidupnya selamanya. 

Secara keseluruhan, meskipun dengan jumlah halaman yang banyak, Me Before You tidaklah sulit ditamatkan. Hasil terjemahannya cukup bagus dan enak dibaca. Yang agak mengganggu justru adalah keputusan Moyes menambah-nambahkan narator orang pertama selain Lou dan kemunculan mereka yang tiba-tiba. Apalagi, apa yang disampaikan Camilla, Steven (ayah Will), Nathan, dan Katrina, sebenarnya bisa diungkapkan melalui penuturan Lou. Ada inkonsistensi mengenai informasi waktu saat Will mencoba bunuh diri. Saat Camilla menceritakan pada Georgina, Camilla menyebut terjadi bulan Desember (hlm. 177), tapi saat Camilla menjadi narator orang pertama ia mengatakan terjadi pada 22 Januari (hlm. 189).

Meskipun bermuatan kisah cinta, sepertinya tidak tepat menyebut Me Before You sebagai novel romansa. 



         Tentang Pengarang


JojoMoyes, pengarang Me Before You (2012) dilahirkan di London, Inggris, pada tahun 1969. Ia menjadi novelis penuh waktu pada 2002, ketika novel perdananya, Sheltering Rain, diterbitkan. Moyes adalah pemenang dua kali Romantic Novel of the Year Awad dari Romantic Novelists' Association yaitu untuk novelnya, Foreign Fruit (2002) pada 2004 dan The Last Letter From Your Lover (2010) pada 2011. Karya lain Moyes adalah The Peacock Emporium (2004), The Ship of Brides (2005), Silver Bay (2007), Night Music (2008), The Horse Dancer (2009), dan The Girl You Left Behind (2012).

11 comments:

utin anya said... Reply Comment

Sampai mereka liburan di mauritius aku mengharapkan will mengubah keinginannya untuk ke dignitas tetapi saat malam lou mengungkapkan segalanya,baru aku sadar will ga akan mengubah apa yang inginkan. Novel yang luar biasa

IchinXtwo Film said... Reply Comment

Nyari sinopsis film ini, nyasar dimari jadi pengen baca bukunya.. Hikss

Ayida Mawarda said... Reply Comment

Jadi pengen baca novelnya, kira" masih ada ga yah

Ayida Mawarda said... Reply Comment

Jadi pengen baca novelnya, kira" masih ada ga yah

ukhtiTimas said... Reply Comment

Ada link downloadnya pdf terjemahannua gak y? 😟

Jessica Movie said... Reply Comment

sumpeh terharu banget filmnya

Nadia Ellya Pramesti said... Reply Comment

Ada yanh punya ebook indonesia nya gak? Saya adanya english version

Maulida Althafunnisa said... Reply Comment

Saya jg nemu tapi bahasa inggris. Kalu ada yg punya pliss kirim k email yaa srmaulida@gmail.com. thx

Maulida Althafunnisa said... Reply Comment

Saya jg nemu tapi bahasa inggris. Kalu ada yg punya pliss kirim k email yaa srmaulida@gmail.com. thx

Unknown said... Reply Comment

Sebenarnya paling ilfil baca novel yang endingnya tragis... me before you, if i stay, dll. Bikin kita down, sedih berkepanjangan sehabis baca novelnya. But... terlepas dari semua itu... novel ini bagus banget.

Rhya dong said... Reply Comment

Saya malah merasa menyesal membacanya membuatku menangis bawang bombai. Hatiku sakit kenapa penulis tega jadi sad ending 😭😭

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan