07 February 2012

Cinta Andromeda


Judul Buku: Cinta Andromeda
Penulis: Tria Barmawi
Tebal: 336 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Januari 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama




Setelah menghasilkan 2 buku yang oleh Gramedia Pustaka Utama dimasukkan dalam kelompok novel Metropop, yaitu Lost In Teleporter dan Siapa Bilang Kawin itu Enak?, Tria Barmawi kembali menyapa pembaca buku dengan metropop berjudul Cinta Andromeda. Seperti halnya Lost In Teleporter, Cinta Andromeda, dilihat dari tema dan seting yang digunakan, bisa digolongkan sebagai novel sains fiksi populer.

Kendati tema sains fiksi sudah sering dilayarlebarkan, tema yang diangkat Tria ini tidak termasuk tema pasaran di dunia buku Indonesia. Hal itu disebabkan karena tema sejenis jarang dieksplorasi oleh penulis-penulis kita. Penulis yang pernah menggarap tema ini antara lain Marga T. Marga T menulis novelet sains fiksi, Si Jelita dari Chiyodaku yang dapat dijumpai dalam kumpulan novelet dan cerpen berjudul Ketika Lonceng Berdentang (Alam Budaya, 1986) serta novel berjudul Manusia Asap dari Pattaya (GPU, 1990). Sehingga boleh dikata, apa yang diangkat Tria Barmawi bukanlah tema yang baru.

Tapi tentu saja Tria Barmawi memiliki keistimewaan yang membuat novelnya memiliki daya tarik.Tria berhasil membangun novel sains fiksi dengan aroma populer yang sangat kental menggunakan karakter-karakter ala chiklit tanpa mengabaikan kenyataan perkembangan teknologi. Semua diraciknya dengan cerdas.

Kelebihan Tria yang lain adalah kemahirannya membangun plot, meletakkan suspens pada tempat-tempat tertentu, bahkan menyudahi novelnya dengan menggoda.Tria juga bisa disebut sebagai pencerita yang kocak. Dialog-dialognya yang menggelitik tawa bertaburan di sela-sela ketegangan yang dirancangnya.

Dari segi karakter-karakter ciptaannya, Tria memiliki kemampuan deskripsi yang tangguh sehingga tokoh-tokohnya terkesan meyakinkan dan tidak membingungkan.

Cinta Andromeda berseting Indonesia tahun 2070. Konon, saat itu, mobil yang digunakan sudah sangat canggih sehingga ada mobil yang doyan ngerumpi. Tapi meskipun sudah tahun 2070, kata-kata seperti 'matre' atau 'ember' ternyata tidak menjadi kuno (hahaha....). Yang menjadi kuno adalah film-film seperti A.I. dan Stepford Wives serta novel Sophie Kinsella. Tapi yang mencengangkan adalah penggunaan robot yang sudah biasa untuk berbagai kebutuhan. Produsen robot berlomba-lomba menciptakan robot yang lama kelamaan semakin menyerupai manusia. Teknologi terus dikembangkan untuk menghasilkan robot yang bukan hanya secara fisik seperti manusia, tapi juga secara emosional. Sehingga, pada gilirannya, dapat ditebak, akan sulit sekali nanti membedakan manusia asli dan robot. Robot ala manusia ini dikenal sebagai android atau humanoid. Sebagai bayangannya bagi yang pernah nonton Stepford Wives, kira-kira akan tampak manusiawi seperti karakter yang diperankan Glenn Close dan Christopher Walken.

Adalah Andromeda, humanoid yang akan dijadikan prototipe untuk calon-calon manusia tetiron lainnya seperti "nanny-noid" dan "teacher-noid". Gerakannya sangat natural seperti ekspresi wajahnya. Teknologi canggih memberikannya kulit yang begitu halus, tingkat intelejensia yang yahud, kemampuan berbahasa asing, bermain biola, dan bela diri. Semuanya menyatu dalam fisik yang tak mengenal lelah. Andromeda adalah proyek ambisius Vinidici Technology yang ditujukan untuk mewujudkan impian setiap pembuat robot yaitu menciptakan android yang memiliki emosi, bisa mengasihi dan dikasihi. Untuk itu Andromeda digiring keluar Vinidici guna mendapatkan pembelajaran cinta dari manusia yang bisa menyayanginya dengan tulus tanpa mengetahui dia adalah mesin. Tim sukses Andromeda adalah Nunoid Project di bawah kepemimpinan Harrison dengan 5 supervisor yang terdiri atas Erik, Mariska, Ramon, Sonya, dan Melati.

Salsa -dua puluh empat tahun, gadis cerdas dan baik hati- seorang perencana keuangan, dijadikan target untuk proyek edukasi cinta Andromeda. Salsa adalah satu dari 3 sekawan; lainnya adalah Kika, pakar komputer yang anggun, dan Wina, jurnalis fashion majalah nan cantik dan modis. Andromeda diperkenalkan kepada Salsa sebagai cowok impian yang memiliki karakter berbeda dengan cowok umumnya pada tahun 2070. Pada tahun 2070 diceritakan bahwa cowok-cowok semakin tidak punya rasa malu, dalam angkutan umum seperti monorail, mereka akan tetap duduk, meskipun di dekat mereka ada wanita hamil atau wanita yang kerepotan menggendong bayi. Andromeda memberikan tempat duduknya kepada Salsa, sehingga Salsa terpesona padanya. Apalagi Andromeda begitu tampan dan sempurna. Mereka pun menjalin hubungan.

Salsa memperkenalkan cowok impiannya kepada Kika dan Wina. Dan karena Andro itu android, ada saja keanehan yang dibuatnya. Misalnya jika fitur deteksi irisnya sedang aktif atau ketika dia menggunakan kalimat-kalimat khas robot. Naluri jurnalis Wina terusik mengamati keanehan-keanehan Andromeda. Wina melakukan penyelidikan untuk menyingkap jati diri Andromeda.Tanpa disadarinya, semua gerak-geriknya diamati oleh tim Nunoid Project. Akibatnya Wina dibunuh untuk mencegah kegagalan proyek Andromeda gara-gara ulahnya.

Sebuah perusahaan robot terkenal, Robotech Corporation tertarik dengan tawaran Nunoid Project. Perusahaan ini menginginkan Andromeda tidak sekadar android yang bisa dijadikan teman atau kekasih yang baik, tapi juga bisa berkeluarga dan memiliki anak. Oleh karena itu diatur supaya Salsa bisa menikah dengan Andromeda. Mereka bisa saling mencintai, berhubungan suami-istri dan bisa punya anak dengan memanfaatkan sperma dari bank sperma karena Andromeda tidak bisa memproduksi sperma sendiri. Kenyataan ini menggoyahkan Erik, kemudian Mariska. Mereka harus menyelamatkan Salsa sekalipun mesti menghancurkan kebahagiaan Salsa pada hari pernikahannya.

Secara keseluruhan, Cinta Andromeda adalah novel populer yang memikat. Gerak cerita diayun sang penulis dengan lepas. Tria sukses menggeliatkan kisah dengan cerdas dan kocak. Ada saat menegangkan. Ada saat menggelitik tawa. Ada saat pembaca digiring dalam irama kontemplatif ala Tria Barmawi. Kita akan dibawa Tria dalam kondisi seperti sedang menonton sebuah film berseting futuristik.

Walaupun tidak lepas dari kisah seputar cinta-cintaan, Cinta Andromeda mengusung pesan moral yang kuat dan jelas. Bahwa sudah selayaknya teknologi dikembangkan untuk kebutuhan manusia, tapi jangan sampai teknologi melecehkan dan merusak nilai-nilai kemanusiaan, agama dan norma-norma yang ada.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan Tria dalam menyajikan ceritanya. Pertama, ketika Tria menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan filter dari satu karakter sebaiknya tuturan hati sang karakter dibedakan dengan tuturan narator. Sebagai contoh (hal. 169):

Hmm…benar dugaanku. Dia baru membuat gambar di saat-saat terakhir. Sejak tadi dia hanya mengamati orang lewat. Apa yang dia lakukan? Apa… Mariska tiba-tiba terhenyak. Apa dia mengikuti Andromeda tadi?

Jika membaca kalimat sebelum dan sesudahnya, kalimat ini tampak dituturkan oleh tokoh "aku", padahal Tria sedang memakai sudut pandang orang ketiga yang dibidik dari karakter Mariska.

Kedua, pada halaman 150 Tria menceritakan bahwa Wina dan Salsa sedang duduk-duduk di ruang keluarga rumah Salsa sambil ngemil. Pada halaman 155, setelah Salsa marah-marah, diceritakan bahwa, Wina berdiri dan melangkah keluar kamar. Padahal tidak diceritakan mereka pindah dari ruang keluarga ke kamar sembari bercakap-cakap. Dalam hal ini dibutuhkan ketelitian terutama dari pihak Tria sebagai penulis.

Ketiga, mungkin sebaiknya Tria menghindari dialog-dialog yang membingungkan. Baca halaman 186 ketika Salsa menanyai Kika apakah Wina meneleponnya. Kika berbohong dengan menyatakan bahwa Wina tidak meneleponnya. Tapi Kika juga menyebutkan bahwa Wina mengatakan padanya Wina mau lembur hari itu. Kika terus mengatakan soal lembur sampai halaman 191. Anehnya Salsa yang cerdas tidak menangkap ketidaklogisan kata-kata Kika, jika memang itu dimaksudkan penulis.

Tapi, untuk genre metropop ala Gramedia, jelas Cinta Andromeda adalah novel yang unik dan menarik untuk dibaca.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan