Judul Buku: Cemburu itu Peluru
Pengarang: Erdian Aji, Novita Poerwanto, Kika Dhersy Putri, Andy Tantono, Oddie Frente
Tebal: 160 hlm, 20 cm
Cetakan: 1, Maret 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Fiksimini atau sering disebut juga cerita kilat (flash fiction) adalah jenis fiksi berisikan cerita yang lebih pendek durasinya dari cerita pendek (cerpen). Gloria Watts dalam The Art of Flash Fiction mengatakan bahwa fiksimini adalah cerita superpendek yang biasanya terdiri dari 50 sampai 1000 kata. Menulis fiksimini terkesan gampang, tetapi untuk merangkainya penulis harus mampu mempergunakan keringkasannya untuk menciptakan sengatan yang bermakna bagi pembaca. Keuntungan yang bisa ditangguk dalam penulisan fiksimini adalah penulis akan terlatih memperkuat kemampuan menulisnya menggunakan kata-kata yang terbatas untuk menghasilkan kalimat-kalimat efektif. Dalam durasinya yang ketat, fiksimini seharusnya tetap memiliki elemen dasar sebuah fiksi: karakter, konflik, dan tentu saja, resolusi.
Twitter, jejaring sosial dunia maya, menjerat sejumlah individu untuk menulis fiksimini, antara lain dalam komunitas @fiksimini. Oddie Frente, Kika Dhersy Putri, Andy Tantono, Novita Poerwanto, dan Erdian Aji Prihartanto adalah penulis fiksimini dalam komunitas ini. Seperti yang diungkapkan Clara Ng dalam bagian Catatan Rehat, mereka menjadikan fiksi sebagai ruang rehat dalam kesibukan pekerjaan dan oase untuk pemulihan diri. Mereka memulai dengan 140 karakter yang kemudian dibentuk ulang menjadi kumpulan fiksimini. Selanjutnya bahkan, enam dari fiksimini ini dialihkan menjadi film pendek, yang menjadi bonus buku kumpulan fiksi mini bertajuk Cemburu itu Peluru.
Oddie Frente, seorang karyawan swasta, menyumbangkan 20 fiksimini. Kika Dhersy Putri, creative director, mempersembahkan 21 fiksimini. Judul kumpulan ini diambil dari salah satu judul fiksimininya. Andy Tantono, pengusaha plastik daur ulang dan pemilik warnet, hadir dengan 19 fiksimini. Novita Poerwanto, pekerja dunia perbankan, menyuguhkan 19 fiksimini, sedangkan Erdian Aji Prihartanto, mantan guru bahasa Mandarin dan musisi, menyertakan 18 fiksimini. Mereka bercerita dengan gaya masing-masing, berusaha membiuskan sihir melalui setiap rangkaian kalimat dan bentuk. Kita akan dibuat terlena untuk terus menyusur halaman demi halaman hingga semua isinya habis dibaca.
Fiksimini semestinya meninggalkan gegar pada kalimat-kalimat penghabisan. Dalam kumpulan ini, tidak semua cerita berdaya gegar, tetapi ketika penulis melakukan, efeknya sangat membekas. Coba nikmati dan rasakan dampak yang timbul manakala kalimat terakhir ditandaskan dari Cerita Sebingkai Jendela dan Istriku si Mesin Tanya (Oddie Frente). Atau dari Culik dan Cerita Tentang Aku dan Ibuku (Kika Dhersy Putri). Atau dari Di Doa Ibuku, Foto Di Atas Perapian, Kecupan Hangat Brandon, Kenangan Indah Dibalut Asap Rokok, Makan Malam Terakhir, Menunggu Yang Tercinta, Pak Nugroho, dan Pertunjukan Sirkus (Andy Tantono). Atau dari Dim Sum Bersama Suamiku, Memori Tembok Kapur, Perempuan Di Seberang Jalan, dan Sehari Saja (Novita Poerwanto). Atau dari Harga Sebuah Loyalitas (Erdian Aji Prihartanto). Dalam buku ini semua penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Andy Tantono adalah mayoritas.
Sekedar informasi, buku ini dijual bersama CD yang berisi sembilan film pendek. Dari sembilan film pendek yang ada, hanya enam yang ada versi fiksimininya dalam buku ini yaitu: Tangan Keduanya dan Sehari Saja (Novita Poerwanto), Foto di Atas Perapian (Andy Tantono), dan Detik. Tik. Dor!, Susi yang Tak Susi, dan Baby Blues (Kika). Tiga lainnya yaitu April Mop dan Aku Rindu Dada Montokmu (Erdian Aji Prihartanto) serta Taman (Oddie Frente) tidak ada versi fiksimininya.
Sehabis membaca semua fiksimini dalam buku Cemburu itu Peluru ini, kita akan disadarkan bahwa sesungguhnya fiksimini bisa menjadi candu yang tidak pernah membosankan dinikmati.
0 comments:
Post a Comment