Judul : New Moon
Penulis: Stephenie Meyer
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penyunting: Rosi L. Simamora
Penulis: Stephenie Meyer
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penyunting: Rosi L. Simamora
Tebal: 600 hlm; 13,5 x 20 cm
Cetakan: I, Juni 2008
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
"Darahmu Menyanyi Untukku ...."
Setelah mengenal Edward, tanggal 13 September menjadi hal menggundahkan bagi Isabella Marie Swan. Setiap tanggal itu, Bella akan bertambah usia, sedangkan Edward, si manusia abadi, tidak beranjak dari usianya, 17 tahun. Pada ulang tahun ke-18, Bella menyadari dia menjadi lebih tua dari Edward. Karenanya, Bella tidak ingin merayakan ulang tahunnya. Hanya satu yang ia inginkan, Edward mengabulkan keinginannya, mengubahnya menjadi vampir.
Tetapi,
oleh bujukan Edward, Bella mau merayakan ulang tahunnya di rumah
keluarga Edward, Keluarga Cullen. Seolah-olah hendak memperkuat citra
Bella sebagai 'danger magnet' (magnet yang menarik bahaya), sebuah
insiden terjadi membuat Bella terluka. Seketika naluri asli keluarga
Cullen bagai dirangsang. Selama ini, mereka telah bertahan hidup dengan
melakukan 'diet' darah manusia. Melihat darah Bella menetes, mereka
nyaris kalap. Jasper yang paling terangsang dan beringas membuat Edward harus mati-matian menyelamatkan Bella.
Insiden
itu membuat Bella memahami kenapa Edward tidak mau mengabulkan
keinginannya menjadi vampir. Seperti Carlisle, ayah angkat Edward,
Edward ternyata percaya adanya Tuhan dan neraka. Edward percaya ada
kehidupan setelah kematian. Dia juga percaya dia tidak akan
mengalaminya. Sebagai vampir, Edward adalah makhluk terkutuk. Surga
hanyalah impian yang tidak akan pernah menjadi nyata. Hingga, saking
cintanya pada Bella, Edward tidak ingin membuat hidup Bella menjadi
terkutuk seperti dirinya.
Insiden
itu juga berujung pada kehancuran hati Bella. Keluarga Cullen, juga
Edward, memutuskan meninggalkan Forks dan pindah ke Los Angeles.
Padahal, di mana lagi tempat terbaik bagi keluarga Cullen untuk hidup
dengan sedikit lebih wajar? Forks, kota dengan curah hujan tertinggi di
dunia adalah satu-satunya tempat terbaik bagi keluarga vampir ini.
Kondisi basah kota ini membuat mereka bisa berada di luar rumah tanpa
takut rahasia mereka terbongkar. Maka, setelah kepergian Edward, Bella
melihat kegelapan menyelimuti hidupnya. Baginya, telah tiba fase bulan
baru (new moon) yang berarti hidup dalam kegelapan.
Empat
bulan hidup dalam depresi bagaikan zombi, Bella melihat, ternyata,
waktu terus bergulir tidak mengacuhkan kemeranaannya. Kendati sudah
punya pekerjaan, pekerjaan itu tidak bisa menangggulangi kesedihannya.
Edward tidak mungkin akan kembali. Hanya suara indah selembut beledunya
yang mendatangi Bella ketika secara magnetis Bella berhubungan dengan
bahaya.
Charlie
Swan, ayah Bella, tidak dapat menerima berantakannya hidup Bella. Dia
bermaksud mengirim putrinya ke Jacksonville (Florida), untuk tinggal
dengan mantan istrinya dan suaminya. Tetapi, Bella tidak ingin
meninggalkan Forks. Sekalipun setiap malam, di Forks, tidur Bella
dikuasai mimpi buruk.
Dari
pekerjaan memperbaiki sepeda-sepeda motor rongsokan karatan yang
diperoleh Bella hingga latihan menungganginya, Bella menjadi akrab
dengan Jacob Black yang berusia 16 tahun. Bagaikan obat, Jacob membuat
episode bulan baru dalam hidup Bella mulai bergeser. Dia membuat Bella
tertawa. Dia ada manakala Bella membutuhkannya. Sayang, walaupun Jacob
mulai tampak terpikat olehnya, Bella tetap tidak bisa melupakan Edward.
Bella masih mencintai Edward.
Suatu
hari Jacob menghilang, tidak ingin bertemu Bella. Dan pada saat
bersamaan, di Forks, beredar kabar munculnya binatang hitam raksasa yang
diduga sebagai beruang. Kemunculan binatang ini disusul dengan
menghilangnya beberapa orang. Secara mengejutkan, Bella mengetahui apa
yang sedang terjadi. Apa yang terjadi pada sahabatnya sebagai bagian
dari suku Quileute dan siapa yang menjadi penyebab hilangnya
orang-orang di Forks. Kemudian, tidak dapat dihindarkan lagi, hidupnya
kembali bersinggungan dengan hidup Edward dan dunia vampir yang memang
tidak dapat ia lupakan.
New Moon (Dua Cinta) adalah sekuel Twilight dan buku kedua dari Twilight Saga
karya Stephenie Meyer, pendiri The Young Authors Foundation (penerbit
majalah bulanan TeenInk). Terbit pertama kali pada September 2006, New Moon sempat mencapai posisi nomor satu di daftar bestseller New York Times. Judul New Moon atau Bulan Baru mengacu pada fase tergelap dalam siklus bulan (new moon-full moon-new moon) yang merefleksikan fase tergelap dalam kehidupan Bella setelah ditinggal pergi Edward.
Dari segi penulisan, New Moon memiliki gaya penulisan yang persis sama dengan Twilight.
Alurnya lambat, terlalu gemulai, persis seperti air sungai yang
mengalir lambat, begitu lama mencapai jeram. Ketika tiba pada jeram
yang diharapkan, efeknya tidak cukup menghenyak. Mungkin, karena isi
utama novel ini adalah drama romantis remaja, oleh penulis, ketegangan
tidak dijadikan bagian yang menonjol. Padahal, ada peluang yang cukup
potensial untuk lebih menggedor perasaan pembaca.
Bagi
yang belum pernah merasakan pedihnya ditinggalkan seorang kekasih atau
orang yang disayangi memang akan kurang bisa memahami perasaan Bella.
Karenanya, bisa saja menganggap kesedihan Bella yang berlarut merupakan
sesuatu yang berlebihan dan menjemukan. Tetapi jika pembaca pernah
mengalami hal yang sama dengan Bella, akan lebih mudah untuk membaca
kisah sedih Bella, akan lebih tergerak untuk menggerogoti plot yang
bergerak lambat, akan lebih enteng menyelesaikan keseluruhan buku. Meskipun
harus diakui, gaya beralur lambat yang terus-menerus diterapkan dalam
novel serial akan membahayakan nasib novel-novel selanjutnya.
Untuk mengatasi kekosongan karakter remaja lelaki yang menarik setelah Edward pupus di bagian-bagian awal novel, Stephenie Meyer memutuskan mengangkat Jacob Black, karakter yang hanya mendapatkan porsi penceritaan yang kecil dalam buku terdahulu, Twilight. Hanya, karena tidak ada perasaan yang setara di antara keduanya, kisah Bella dan Jacob tidak cukup kuat membuat pembaca penasaran. Dengan absennya Edward dari halaman-halaman buku, tegangan seksual masa remaja yang sangat kentara dalam Twilight, seolah-olah bersembunyi bersama kepergian Edward.
Selain Forks, dalam New Moon,
Stephenie Meyer juga menggunakan seting Italia, tepatnya Volterra,
sebuah kota di Tuscany (Pisa), untuk menuntaskan konflik novel. Oleh
Stephenie Meyer, Volterra dijadikan tempat kediaman Volturi, keluarga
bangsawan vampir yang telah menguasai kota selama 3000 tahun sejak
zaman Etruria. Menggunakan sebuah bangunan kuno yang indah, kelompok
vampir ini memancing para turis untuk menemui ajal. Di sinilah Edward
datang setelah mendengar kabar meninggalnya Bella karena bunuh diri.
Bak Romeo, Edward memutuskan hendak menghabisi dirinya karena tidak
bisa terus eksis bila Bella dijemput ajal. Di sini juga Bella
mengetahui bahwa dengan aroma seperti yang ia miliki, darahnya menyanyi
untuk Edward, la tua catante.
Sebagaimana Twilight, New Moon
juga termasuk YA Books (yang di Indonesia masuk kategori buku remaja)
yang menawarkan cinta remaja kepada pembacanya. Jadi, menurut saya,
untuk bisa menikmati novel ini, pembaca harus benar-benar
memosisikannya sebagai novel cinta remaja sehingga tidak mengharapkan
sesuatu yang tidak bisa ditawarkan novel ini. Terbukti, saya hanya memerlukan 2 hari untuk melahap habis isi novel ini.
Setelah membaca Twilight, rasanya tidak lengkap jika tidak membaca seri ke-2 ini. Tidak ada pembaca yang telah menikmati Twilight,
tidak rindu mengetahui perkembangan yang terjadi pada cinta Bella dan
Edward. Saat ini untuk edisi asli (bahasa Inggris), telah terbit hingga
buku ke-4, dan masih belum ditamatkan. Kesuksesan buku serial
terkadang bisa membuat penulisnya tidak rela segera menyudahinya. Bukan
sekedar karena buku serial bisa terus membengkakkan pundi-pundi
uangnya, tetapi juga kerap penulisnya merasa sayang untuk meninggalkan
tokoh-tokoh rekaannya.
Jadi tugas Stephenie Meyer, jika masih akan melanjutkan Twilight Saga, untuk memperhitungkan sebaik-baiknya bagaimana melanjutkan ceritanya agar tidak memangkas minat pembaca. Tidak mustahil, lama kelamaan, pembaca akan jemu membacanya jika ceritanya begitu-begitu saja.
Twilight Saga memang memiliki pengikat untuk semua judul yaitu kisah cinta Bella dan Edward yang belum ketahuan akhirnya. Tetapi, Twilight Saga
bukanlah serial fantasi seperti Harry Potter yang setiap judulnya
menyediakan kisah memikat dengan konflik-konflik yang diracik baik dan
penuh perhitungan.
Pertanyaan
banyak tak tercegah memenuhi benak saya. Sampai kapan Stephenie Meyer
akan menyerah dan memberikan ketegasan pada konflik cinta yang ada
dalam serialnya ini? Sampai kapan Edward akan bertahan untuk tidak
menancapkan giginya di tubuh Bella? Atau, jika Bella akhirnya
menyayangkan hidupnya sebagai manusia, kapan Bella akhirnya memahami
dengan cerdas perasaan dan pikiran Edward? Jika untuk itu Stephenie
Meyer membutuhkan jalan yang panjang (dalam arti jumlah buku yang lebih
banyak), sampai kapan juga para pembaca akan bertahan untuk terus
membacanya?
Dibandingkan dengan sampul Twilight
edisi Indonesia, saya lebih suka dengan sampul buku kedua terbitan
Gramedia ini. Komposisi warna dan makna yang disiratkan sampul ini
cukup mewakili isi novel. Demikian juga bila dibandingkan dengan sampul
asli berupa sekuntum bunga putih semburat merah darah yang entah apa
hubungannya dengan isi novel.
Bagaimanakah
nasib cinta Bella dan Edward? Bagaimana pula dendam atas kehilangan
James yang belum bisa dituntaskan Victoria, sang kekasih, kepada Edward
dan Bella? Tak sabar rasanya membaca seri ketiga novel ini, Eclipse.
0 comments:
Post a Comment