12 February 2012

Malaikat Jatuh


Judul Buku: Malaikat Jatuh dan Cerita-cerita Lainnya
Pengarang: Clara Ng
Tebal: 176 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Agustus 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama







Louissa Manna telah hidup di dunia selama tujuh ratus lima puluh tahun. Ia telah menyaksikan berkali-kali kematian anggota keluarganya selama itu. Ketika Mae, anak perempuannya yang berumur tujuh tahun terancam mati, Manna meminumkan darah manusia bersayap kepadanya. Secara kebetulan, Beppu, manusia bersayap cacat –hanya memiliki sayap sebelah kiri, sedang berada di kota (di akhir cerita disebut dusun) tempat mereka tinggal. Beppu diserang perampok, sayapnya terluka dan Manna yang berada di tempat kejadian menyerap darah Beppu yang tergenang di tanah. Sebagai ibu, Manna hanya ingin menyelamatkan anaknya walaupun ia mengabaikan kenyataan bahwa darah dan jantung manusia bersayap memiliki efek yang berbeda. Ratusan tahun silam, Manna jatuh sakit setelah melahirkan seorang bayi lelaki. Mencegah anaknya terlantar karena kematiannya, Manna memakan jantung manusia bersayap. Ia mendapatkan kebeliaan dan kehidupan abadi, namun juga merasakan sendiri kebenaran kata Beppu, "... keabadian bukanlah rahmat. Keabadian adalah kutukan."(hlm. 40).

Setelah mereguk darah Beppu, Mae menjelma serupa drakula. Seumur hidup ia akan membutuhkan darah segar, dan ini berarti Mae akan selalu membunuh. Tidak sanggup melihat penderitaan Mae, kakeknya memutuskan membakar Mae, karena hanya api yang bisa menamatkan hidupnya.

Kisah di atas, Malaikat Jatuh, menjadi sajian pembuka sekaligus judul buku kumcer perdana Clara Ng, yang lebih dikenal sebagai novelis metropop. Cerita yang merupakan bagian terpanjang dalam buku ini menjadi satu-satunya cerita yang dengan intens membabarkan cinta seorang ibu kepada anaknya dan anak kepada ibunya. Pada cerita-cerita lain, ibu bisa menjelma menjadi contoh yang merusak.

Seperti pada cerita pendek berikutnya, Negeri Debu, ibu bukanlah sosok yang pantas diteladani. Lucinda menyaksikan ibunya, seorang pelacur, memuaskan syahwat para lelaki, di ranjang yang biasa mereka tiduri. Saat ranjang dipakai ibunya bergumul, Lucinda disembunyikan di kolong ranjang. Ketimbang tercekat dengan apa yang terjadi di atas ranjang, Lucinda mengkhayalkan negeri debu, tempat ia bertemu Pono dan Bunda Debu.

Neni (Makam) dilahirkan untuk dibuang ibunya. Ia ditemukan di lokasi pemakaman hewan di belakang rumah singgah bagi hewan-hewan yang terbuang. Tumbuh remaja, Neni menjadi salah satu perawat di rumah singgah tersebut. Ia tidak tahu siapa perempuan yang telah melahirkannya ke dunia. Dan memang ia tidak perlu mencari. Ia sudah memiliki ibu yang ia sayangi.

Lelaba menampilkan ibu dalam gambaran yang menyeramkan. Ibu di sini memiliki anak perempuan dari lelaki yang tidak jelas, kerap gonta-ganti pacar, tidak ada yang bertahan lebih dari tiga bulan. Pada usia dua belas tahun, saat Linga pertama kali mendapatkan menstruasi, ia memutuskan memberikan anaknya itu sebuah hadiah yang tidak biasa: seorang lelaki yang terperangkap jaring-jaring yang ditenunnya.

Keabadian adalah kutukan, muncul kembali dari mulut seorang ibu dalam cerpen Di Uluwatu Hanya saja, ibu tidak menjadi karakter penting di sini. Ia muncul dalam ingatan Sergio seiring dengan kisah leluhur yang pernah diceritakan ibunya, saat berdiri di tebing Uluwatu, Bali. Sergio sedang menikmati bulan madu bersama Puspa, istrinya, tetapi ia seolah didorong melewati gerbang setipis benang yang akan membuatnya mengulang pengalaman seorang perompak yang menjadi kakek buyutnya.

Adalah Maudi (Hutan Sehabis Hujan) yang mengunjungi perempuan tua bernama Sofia di sebuah sanatorium. Sofia suka berkisah tentang pohon bernyanyi yang hidup di jantung hutan, tempat para peri berkumpul dan bekerja mengumpulkan embun. Dari perbincangan mereka, terungkap bahwa perempuan tua itu adalah ibu Maudi. Ia pernah jatuh cinta dan menyerahkan tubuhnya kepada keturunan peri, sebelum menikahi ayah Maudi.

Meskipun bukan elemen utama, ibu masih muncul dalam Akhir dan Istri Paling Sempurna. Yang pertama berkisah tentang penghuni rumah tua dari zaman kolonial -seorang ayah, ibu, dan anak perempuan mereka, Nissa. Beberapa tahun lalu terjadi pembunuhan di rumah itu, tetapi ketiga penghuninya tidak pernah pindah dari sana. Cerpen ini akan mengingatkan pada The Others, film yang dibintangi Nicole Kidman. Yang kedua –merupakan cerpen terakhir, berkisah seorang ibu yang ingin merayakan ulang tahun ke-17 sepasang anak kembarnya di ballroom terbesar di sebuah hotel mewah. Suaminya, yang sangat mencintainya, keberatan. Ia tahu, perayaan ini adalah sesuatu yang mubazir.

Semua cerpen yang ada memang tidak bisa dilepaskan dari perempuan, sesuai gender pengarangnya. Cerpen Barbie dan Bengkel Las Bu Ijah masih bertutur tentang perempuan walaupun bukan dalam posisi sebagai ibu. Barbie mengambil seting tak terduga, sebuah toko mainan. Jika siang hari tempat itu dikerubungi anak-anak, malam hari menjadi tempat pelampiasan hasrat seorang lelaki sakit jiwa. Bengkel Las Bu Ijah –di dalamnya Ijah tidak dilukiskan sebagai ibu- berkisah tentang Ijah, seorang perempuan yang bisa merapikan kembali hati yang patah, rusak, atau penyok. Saat ayah yang dicintainya meninggal, hati Ijah patah. Ia masuk ke dalam bengkel lasnya, merapikan kembali hatinya dengan mesin las. Setelah itu, Ijah berhasil merapikan banyak hati milik orang lain. Apa yang dilakukan Ijah tidak bisa ditolerir sementara orang.

Kumcer Malaikat Jatuh dan Cerita-cerita Lainnya ini menunjukkan kecintaan pengarangnya pada dunia fantasi. Beberapa cerita yang ada kontan mengingatkan pada cerita-cerita dalam kumpulan cerpen karya Ucu Agustin, Dunia di Kepala Alice (2006). Seperti Ucu Agustin, Clara Ng berhasil membaurkan dunia nyata dan khayal untuk menghasilkan dongeng yang hanya patut dikonsumsi pembaca dewasa. Kemampuan ini pernah ditampilkan Clara dalam novel Utuki: Sayap Para Dewa (2006). Malaikat Jatuh dan Negeri Debu mengangsurkan tokoh anak-anak, tetapi terlalu berat untuk menjadi perenungan pembaca anak-anak. Apalagi cerita Negeri Debu yang bermuatan skandal. Demikian juga Lelaba, meskipun digulirkan dari perspektif anak perempuan berumur 12 tahun, sama sekali tidak layak dikonsumsi pembaca remaja.

Cerpen Di Uluwatu dan Hutan Sehabis Hujan diceritakan dari perspektif Sergio dan Maudi, yang bukan anak-anak atau remaja lagi. Namun, kedua cerpen ini sangat kental aroma dongengnya. Sergio menceritakan dunia bayangan dengan Dewi Laut yang bisa hamil oleh benih lelaki dunia matahari, Maudi mengisahkan dunia peri yang bisa bercinta dengan manusia.

Kecuali Di Uluwatu, cerpen-cerpen dalam kumcer ini selalu bersinggungan dengan kematian. Kematian tokoh utamanya atau tokoh penting dalam kehidupan tokoh utamanya. Alhasil, kesembilan cerita yang ada terkesan gelap. Bahkan ada yang sampai menyeramkan yaitu Lelaba dan Barbie. Kendati demikian, di dalam kekelaman yang dibentangkan Clara, kita harus akui bahwa ia adalah penulis yang tangkas menguntai kalimat evokatif, sekalipun cerita yang disampaikan mungkin kurang istimewa.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan