Judul Buku: Lara Kusapa
Diterjemahkan dari: Bonjour Tristesse (1954)
Penulis: Françoise Sagan
Penerjemah: Ken Nadya
Tebal: 164 hlm; 13 x 20,5 cm
Cetakan: 1, Februari 2009
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Bonjour Tristesse adalah novel debutan Françoise Sagan (1935-2004), seorang penulis Prancis, yang diterbitkan ketika ia berusia delapan belas tahun. Diterbitkan pertama kali pada 1954 di Prancis, buku ini segera menjadi best-seller, dianugerahi Prix Des Critiques, dan membuat heboh: ditulis seorang remaja, tetapi secara terbuka bertutur tentang seksualitas. Berkat novel ini, nama Sagan melejit sebagai sosok terkemuka dalam sastra Prancis. Novel ini diedisi-indonesiakan oleh Penerbit Serambi dengan judul Lara Kusapa dan merupakan karya penerjemahan Ken Nadya.
Lara Kusapa
dikisahkan menggunakan perspektif orang pertama. Naratornya seorang
perempuan bernama Cécile, yang menceritakan pengalamannya pada usia
tujuh belas tahun. Kisah utamanya terjadi di pesisir Laut Tengah,
ketika Cécile sedang menikmati liburan musim panas bersama ayahnya,
Raymond. Ikut dengan mereka Elsa Mackenbourg, kekasih Raymond, yang
berusia dua belas tahun tahun lebih tua dari Cécile. Dalam usia empat
puluh tahun, di mata Cécile, Raymond hanyalah seorang bocah besar yang
hidup tanpa beban. Sepeninggal ibu Cécile, meski menjalin hubungan
dengan banyak wanita, Raymond tidak berniat menikah. Dan karena inilah,
ia menjalin hubungan dengan Elsa, yang juga tidak pernah berniat
menikah.
Pada
hari keenam liburan musim panas itu, Raymond mengumumkan kedatangan
Anne Larsen, teman lama mendiang ibu Cécile yang meninggal lima belas
tahun silam. Perempuan rupawan inilah yang telah menerima Cécile,
ketika dua tahun silam (atau tiga?) Cécile keluar dari asrama pedesaan
dan menetap di Paris. Ia yang mengajari Cécile sehingga bisa berdandan
dan bergaul. Namun, setelah tinggal dengan Raymond, Cécile menyadari
jika gaya hidup mereka tidak selaras dengan gaya hidup Anne.
Ketika
Anne hadir memenuhi undangan Raymond, dalam tempo singkat, Raymond
menyerah dan mau menerima gagasan pernikahan. Tentu saja, perubahan ini
mengejutkan Cécile dan Elsa. Keputusan Raymond menikahi Anne bagi
Elsa, pasti disebabkan karena Raymond benar-benar mencintai Anne. Bagi
Cécile, keputusan Raymond untuk menikahi Anne adalah ancaman. Menurut
Cécile, ayahnya sama sekali bukan tipe Anne, mereka memiliki kehidupan
yang bertolak belakang. Jika Raymond menikahi Anne, baik Cécile maupun
ayahnya akan kehilangan kebebasan dan hidup dalam aturan-aturan Anne.
Maka, Cécile pun memutuskan untuk menggagalkan pernikahan mereka.
Novel
ini mengetengahkan kebingungan seorang anak remaja dalam sosok Cécile.
Ia bingung dengan perlakuan orang dewasa yang berpengaruh dalam
hidupnya. Ia kehilangan sosok ibunya dan setelah hidup di asrama
belasan tahun, ia mencari sosok ibunya dalam diri Anne. Perempuan empat
puluh dua tahun ini (atau empat puluh tahun?)
mencoba mengisi peran ibu dalam diri Cécile dan memperlakukan Cécile
sebagai anak kecil. Tetapi, ketika tinggal dengan ayahnya, Cécile
diperlakukan seperti orang dewasa, dibawa larut dalam pergaulan sang
ayah. Tentu saja perlakuan mereka membuat Cécile bingung bagaimana
mesti bersikap. Kebingungan Cécile tampak jelas pada responsnya atas
kehadiran Cyril, pemuda berparas Latin yang menawarkan gairah. Cécile
mengaku tidak suka pada anak muda karena terbiasa bergaul dengan
teman-teman ayahnya. Namun, pesona dan sensualitas yang dimiliki Cyril
tidak bisa ditampiknya. Maka wajarlah, ketika Anne mulai menguasai
Raymond, Cécile tidak bisa menentukan sikap. Keadaan ini bahkan
mengantarnya pada rencana untuk mempertahankan status quo yang telah lama dikokohkannya bersama sang ayah.
Sagan
menjalin perkembangan kejiwaan Cécile ke dalam dua bagian novel.
Sebagai penulis yang saat itu masih berusia remaja, ia terkesan cukup
dewasa. Dengan baik, ia bisa mengantar pembaca memahami kondisi
kejiwaan Cécile yang labil. Di dalam perkembangan karakter Cécile, Sagan
juga mampu membangun dengan baik karakter seperti Anne dan Elsa.
Karakter Raymond sebenarnya telah dikemas cukup apik, sayang kurang
menggigit pada bagian yang menentukan. Meski perangainya yang tidak
pernah dewasa menjadi pemicu konflik tragis di penghujung novel, namun
Sagan tidak mengolah dengan logis proses metamorfosis Raymond dari
lelaki yang tak ingin berkomitmen menjadi seorang lelaki yang ingin
menikah dalam tempo singkat. Padahal, dari sinilah benih konflik ditabur
oleh Sagan.
Apakah
Anne memiliki daya sihir yang sanggup mengubah prinsip hidup Raymond?
Ataukah Raymond baru sadar setelah 15 tahun istrinya meninggal jika ia
sesungguhnya mencintai Anne? Ataukah udara pesisir Laut Tengah berhasil
menghamburkan rangsangan kimiawi tersendiri dengan kedatangan Anne
yang membuat Raymond bertekuk lutut? Tentu saja, tidak satu pun dari
jawaban ketiga pertanyaan ini bisa ditemukan dalam novel (apalagi untuk
pertanyaan ketiga).
Bagi
yang suka membaca fiksi klasik, novel yang judulnya dipetik dari puisi
karya Paul Eluard (bisa dibaca pada bagian awal buku) ini, akan
menjadi bacaan pembuka untuk karya-karya Sagan atau penelusuran jejak
awal karya Sagan bagi yang telah membaca buku-buku sesudahnya. Penulis
kelahiran 21 Juni 1935 ini telah menulis hingga 30-an novel dan telah
menerima Prix La Fondation dari Pangeran Pierre de Monaco untuk
keseluruhan karyanya (1985).
Edisi
Indonesia novel yang telah difilmkan pada tahun 1958 ini tergolong
enak dibaca. Pada beberapa bagian terasa puitis, namun tidak terpuruk
membosankan seperti novel yang ditulis bergaya puisi. Kekurangtelitian
pada angka sepertinya berasal dari Sagan. Sebagai contoh, pada halaman
12, disebutkan Cécile keluar dari asrama dua tahun sebelumnya, namun
pada halaman 28, disebutkan Cécile keluar asrama tiga tahun silam.
Demikian juga usia Anne. Pada halaman 62, ditulis jika Anne berusia 40
tahun (sama dengan pada halaman 154), sedangkan pada halaman 16 berusia
42 tahun. Sedangkan dari segi judul, boleh dikata, Lara Kusapa
adalah pilihan yang bagus, diselaraskan dengan hasil terjemahan puisi
Paul Eluard (hlm. 7) yang menjadi sumber judul, dan sesuai dengan selera
puitis Sagan (jika dilihat dari hasil terjemahannya).
Lara Kulupa
Lara Kusapa
Engkau terukir pada garis-garis pagu
Engkau terukir dalam sepasang mata
yang kucinta
Engkau bukan sengsara telak
Karena bibir yang termalang mengungkapmu
Dengan seulas senyum
Lara kusapa
Asmara raga-raga hangat
Daya asmara
Yang mencari kehangatan
Laksana monster tanpa tubuh
Kandas akalnya
Lara elok paras.
1 comments:
Boidata ken nadya kenapa tidak ad ?
Tolong bantu. Untuk skripsi saya
Terimakaih
Post a Comment