12 February 2012

Waking Lazarus



Judul Buku: Waking Lazarus
Penulis: T. L. Hines
Penerjemah: Cahya Wiratama
Tebal: viii + 388 hlm; 20,5 cm
Cetakan: 1, November 2008
Penerbit: Bentang




'Lazarus' Yang Mati Tiga Kali



Lazarus adalah tokoh dalam Alkitab yang mati dan dibangkitkan oleh Yesus.  Boleh dikatakan, dalam hidup Lazarus, berdasarkan catatan yang ada, ia mengalami kematian dua kali. Kematian kedua tidak membuat ia dibangkitkan lagi. Tapi Jude Allman,  karakter utama novel Waking Lazarus, telah mati tiga kali sebelum ia diperkenalkan penciptanya –Tony  Lollapalooza Hines (T. L. Hines)- kepada pembaca.

Jude Allman pertama kali mati pada usia 8 tahun. Setelah seharian memancing ikan di danau es bersama ayahnya, William Allman, Jude terperosok ke dalam danau. Pada usia 16 tahun, Jude meninggal untuk yang kedua kali. Ia sedang berada di hutan Soldier Ridge, di Bingham, Nebraska, dengan temannya Kevin Burkhart, tatkala ia tersambar petir. Delapan tahun kemudian, Jude Allman tewas dalam mobil yang terperangkap badai salju, ketika ia mengadakan perjalanan dari South Dakota menuju Bingham, untuk merayakan Natal dengan orangtuanya. Ia kembali dari kematian setiap kali, dan mampu mengecap rasa kematian, rasa pahit tembaga yang memenuhi mulutnya ketika maut mengintai seseorang yang berada dekat dengannya. Ia juga bisa melihat hal-hal tentang orang lain kemudian menolong mereka menjauhi kematian dan putus asa.

Apakah Anda memperhatikan pada usia berapa saja Jude Allman meninggal, tetapi kemudian hidup kembali? Ya, Jude meninggal 8 tahun sekali. Menurut T. L. Hines, penulis Waking Lazarus, dalam Alkitab, angka 8 selalu melambangkan awal yang baru, suatu permulaan, suatu kebangkitan.  Dan jika Anda jeli, Anda akan menemukan angka 8 terserak dalam novel ini, yang antara lain menjadi jawaban bagi bagian novel yang enigmatis.

Setahun setelah kematian dan kebangkitan yang ke-3, Jude melarikan diri dari sorotan publik dan menyembunyikan dirinya di Red Lodge, Montana. Sekarang, ia telah berusia 32 tahun dan bekerja sebagai petugas kebersihan sekolah. Dia memilihkan nama untuk dirinya sendiri, Ron Gress.

Enam tahun yang lalu, di sebuah bar, ia bertemu Rachel Sanders. Menemukan kesamaan, mereka mabuk,dan tidur bersama. Hanya semalam, dan Rachel hamil. Setelah Nathan lahir, Rachel bertobat, menjadi seorang jemaat gereja yang rajin. Tapi, mereka tidak pernah menikah.

Pada suatu senja, Jude dikunjungi seorang perempuan yang mengaku bernama Kristina. Jude tak mengenal Kristina, namun Kristina tahu nama aslinya yang ingin disingkirkannya. Kristina bahkan membawa buku yang pernah ditulis Jude, Into the Lights. Menurut Kristina, ia datang bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Jude.

Sementara itu, penculikan anak-anak terjadi di berbagai tempat di Montana. Michael Odum, kepala kepolisian Red Lodge, menjadi waspada ketika ada dugaan penculikan akan terjadi di kotanya. Ketika Jude mencoba membebaskan 2 anak yang disiksa ayah mereka, Odum seolah-olah menemukan orang yang bisa dijadikan tersangka.

Rachel, yang mengira Jude mendapatkan penglihatan dan bisikan wahyu karena mengidap epilepsi, mencoba menyelidiki siapa ayah anaknya itu. Ia tidak menemukan seorang Jude Allman penderita temporal lobe epilepsy. Yang ia temukan adalah kenyataan jika Jude telah mencuri nama dari seorang bayi yang meninggal tiga hari setelah dilahirkan, 32 tahun lalu. Ia pun, tanpa sadar, menegaskan kecurigaan Odum terhadap Jude.

Jude tetap menjadi tersangka sampai saat Nathan dan Bradley –anak Nicole Whittaker, sahabat Rachel- diculik setelah si pelaku mencoba membunuh Nicole. Jude harus mencari tahu apa yang terjadi. Dan jalan satu-satunya adalah menyentuh Nicole yang tengah sekarat untuk mendapatkan penglihatan atau bisikan wahyu demi pengungkapan identitas sang penjahat. Jude menemukan kali ini ia tidak dengan gampang mendapatkan apa yang ia inginkan. Rachel mesti berdoa untuk mengatalis terjadinya penglihatan Jude.

Siapakah sebenarnya penculik anak-anak yang telah merambah hingga Red Lodge itu? Apakah Jude, tanpa disadarinya? Atau Kenneth Sohler, ayah Tiffany dan Joey yang ditolong Jude yang mendadak menghilang? Atau Frank Moran, pengawas pekerjaan Jude di sekolah yang memiliki proyek pribadi di bawah tanah rumahnya untuk merekam keajaiban masa kecil? Atau Kristina, si perempuan misterius yang tidak dapat Jude pahami?

Sementara berusaha menelanjangi wajah si penjahat yang ternyata berkepribadian ganda, Jude masih harus berusaha meraih kepingan-kepingan yang hilang dari kenangannya. Dan hanya ayahnya yang bisa memberikan kepingan-kepingan itu, menegaskan Jude bahwa ia dilahirkan bukan sekedar untuk menjadi manusia biasa.

"Kamu adalah seorang nabi, Jude. Seperti Musa. Atau Yunus. Seorang utusan. Tuhan mengutus Musa untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang, dan Musa hanya berkata, 'Saya tidak bisa'. Kurang lebih begitu. Yunus juga. Kamu tidak berbeda. Sampai akhir-akhir ini, kamu selalu berkata kamu tidak bisa. Tapi, kupikir kamu akhirnya tahu bahwa kamu bisa", demikianlah ucapan  Kristina mengenai siapa diri Jude Allman sesungguhnya (hlm. 342). Benarkah? Siapa Kristina sehingga berani mengatakan Jude seorang nabi seperti Musa dan Yunus? Kalau begitu, mengapa Jude harus mati dan bangkit berulang kali? Apakah, dalam usia ke-32 tahun, Jude akan mati sekali lagi?

Sampai kapan pun, mungkin, kematian tetap menjadi sebuah misteri yang tak terpecahkan secara gamblang oleh manusia. Namun satu hal yang dipahami manusia yang bukan ateis, kematian adalah salah satu cara Tuhan menyatakan siapa diri-Nya di mata manusia. Dalam hidup Jude Allman, kematian dipakai sebagai metode untuk mengantar Jude memahami panggilan Tuhan dalam hidupnya. Sebelum ia sadar jika dirinya seorang 'pembawa pesan' untuk menolong orang lain, ia harus dibuat mati berulang kali.

Membaca Waking Lazarus, kita bisa mengetahui jika penulisnya adalah seorang religius (Kristen). Bukan hanya karena ia tahu siapa Lazarus. Namun lewat novel ini ia hendak memberi tahu dengan tegas: Tuhan memiliki rencana untuk hidup setiap manusia; Tuhan juga punya rencana khusus bagi orang-orang pilihan-Nya. Apapun bisa dipakai-Nya, termasuk kejahatan, untuk membuat manusia paham hakekat dirinya yang sejati.  

Selain itu, melalui si penculik, meski tidak digembar-gembor, Hines juga hendak mengingatkan pembaca bagaimana memperlakukan anak-anak. Si penculik telah berubah dari anak-anak tak berdosa menjadi penjahat berkepribadian majemuk, karena tindakan ayahnya. Pada masa kecilnya, ayahnya, seorang pemabuk, telah menyakitinya. Tidak hanya dengan lecutan ikat pinggang. Tapi juga dengan sundutan rokok dan hantaman sekop. 

 Inilah sebuah novel yang berhasil mengasimilasikan drama kehidupan menggetarkan dengan elemen saspens yang mengejutkan. Hines, yang juga telah menulis novel The Dead Whisper On dan Unseen, dengan cekatan akan menggiring kita mengikuti kehidupan karakter-karakter seperti Jude, Kristina, Rachel, dan Michael Odum. Kemudian dengan berulang memperkenalkan kita kepada si penculik sambil menghantam kita dengan pertanyaan: siapakah orang ini?  Mungkin, pembaca yang sering membaca novel-novel thriller penculikan dan pembunuhan, akan segera menduga siapa orangnya, sebelum secara langsung diungkapkan penulis. Sebab, Hines masih menggunakan formula yang banyak digunakan penulis novel: sang penjahat  begitu dekat, ada di depan mata, namun tidak kentara.

Sekedar koreksi, bab tujuh yang diberi judul "Membaca"  (hlm. 60) sepertinya telah keliru ditambahkan keterangan '24 Tahun Lalu'. Jelas, apa yang dikisahkan dalam bab itu, Michael Odum yang tengah membaca berita penculikan seorang anak gadis di Big Timber, terjadi di masa kini.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan