12 February 2012

The Lost Symbol



Judul Buku: The Lost Symbol
Pengarang: Dan Brown (2009)
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Tebal: 712 hlm; 23,5 cm
Terbit: Cetakan 1, Januari 2010
Penerbit: Bentang Pustaka





The Lost Symbol adalah novel ketiga Dan Brown yang mengisahkan petualangan simbolog Harvard terkenal, Robert Langdon setelah Angels & Demons dan The Da Vinci Code. Jika dalam Angels & Demons, Gereja Vatican dan Illuminati menjadi bulan-bulanan Dan Brown, dalam The Da Vinci Code tentang Opus Dei dan Priority Sion yang dihubungkan dengan sejarah kekristenan, maka dalam novel bertajuk awal The Solomon Key ini, ia mengangkat tentang Freemasonry, sebuah kelompok persaudaraan yang keberadaannya penuh kontroversi. Berbagai tuduhan dan prasangka pernah dilemparkan kepada kelompok ini: bahwa mereka memiliki hubungan dengan zionisme, sesat, anti-agama, mempraktikkan okultisme ataupun sihir dan hendak menguasai dunia serta menciptakan Tata Dunia Baru.

Dalam novel ini, Dan Brown mengemukakan legenda yang berkembang mengenai Freemasonry. Disebutkan bahwa Freemasonry adalah kelompok persaudaraan yang menjaga harta karun tersuci umat manusia, kebijakan berabad-abad yang masih bertahan yang disebut-sebut sebagai Misteri Kuno. Kabarnya, kebijakan kuno ini mampu memberdayakan umat manusia sampai pada potensi penuh mereka yaitu apa yang dikenal sebagai apotheosis. Mereka menjaga Misteri Kuno agar tidak jatuh ke tangan orang yang tidak tepat. Bahkan untuk itu, kelompok ini mendirikan benteng besar yang tidak bisa ditembus, Piramida Mason yang dimakhotai batu-puncak berkilau dari emas-padat sebagai simbol harta karun berharga di dalamnya.

Sudah tidak menjadi rahasia lagi bahwa Washington DC, ibukota Amerika Serikat, memiliki sejarah Mason yang kaya. Batu pertama Gedung Capitol diletakkan dengan diiringi ritual lengkap Mason oleh George Washington yang adalah anggota Mason. Bahkan kota ini direncanakan dan dirancang oleh para Master Mason, George Washington, Ben Fraklin, dan Pierre L'Enfant. Mereka menghiasi Washington dengan simbolisme, arsitektur, dan seni Mason.

Peter Solomon, lelaki 59 tahun, dari sebuah keluarga mahakaya di Amerika Serikat, adalah salah satu tokoh terkemuka Kaum Mason. Ketika cerita dalam novel ini dimulai, ia baru saja diangkat menjadi kepala Smithsonian Institution. Ia mengundang Robert Langdon, sahabat yang menganggap dirinya sebagai mentor untuk datang membawakan ceramah yang akan dilaksanakan dalam perjamuan makan malam di National Statuary Hall, di Gedung Capitol.

Namun, setibanya di Washington, Langdon mengetahui bahwa sebenarnya Peter Solomon tidak pernah mengundangnya. Bukannya membawakan ceramah, Langdon malah dikejutkan dengan Tangan Misteri yang dibuat dari tangan kanan Peter Solomon. Jelaslah Peter Solomon telah diculik, berada dalam bahaya, dan si penculiklah yang 'mengundang' Langdon.

Tangan Misteri adalah ikon dunia kuno yang menyimbolkan panggilan kuat untuk bertindak, undangan untuk menerima Misteri Kuno. Langdon harus bertindak atau Peter Solomon benar-benar kehilangan nyawa. Padahal bagi Langdon, Misteri Kuno hanyalah legenda, Kaum Mason tidak pernah melindungi kebijakan kuno tersebut. Namun, si penculik menegaskan bahwa di dalam kota Washington ada sebuah portal kuno. Langdon harus membuka portal kuno itu dan menemukan Misteri Kuno. Katanya, portal kuno itu tersembunyi di suatu tempat di Gedung Capitol.

Di balik jari-jari yang mengepal di Tangan Misteri yang dibuat dari tangan Peter Solomon memang terdapat  7 simbol mungil. Simbol ini mengarahkan Langdon ke ruangan bawah tanah Gedung Capitol yang memang menyimpan sebuah piramida, namun bukan piramida besar seperti yang disebut-sebut dalam legenda Mason. Piramida yang ditemukan dalam Bilik Perenungan milik Peter Solomon adalah piramida kecil yang tingginya kurang dari 30 cm, sebuah Piramida yang Belum Sempurna. Untuk menjadi Piramida Sejati dibutuhkan batu-puncak.

Langdon pun sadar alasan dirinya berada di DC. Bertahun-tahun lalu, Peter mengunjunginya di Cambridge dan memintanya menyimpan sebuah bungkusan yang disegel dengan segel Mason –segel lilin bergambar-timbul phoenix berkepala dua dengan angka 33 yang menghiasi dadanya. Sesuai permintaan orang yang mengaku asisten Peter Solomon, Langdon telah membawa bungkusan itu. Bungkusan itu tenyata berisi batu-puncak dari Piramida Mason yang akan membuat piramida yang ditemukan menjadi piramida sejati, menjadi peta menuju ke Misteri Kuno yang legendaris. Seusai instruksi si penculik, menjadi tugas Langdon untuk segera memecahkan kode yang terukir pada sisi piramida tersebut. Kode itu diyakini akan mengungkap lokasi rahasia tempat Misteri Kuno dikuburkan.

Ketika Langdon berusaha memecahkan kode itu, terungkaplah bahwa CIA juga memiliki tujuan yang sama. Hanya, mereka memiliki kepentingan yang berbeda. Jika pemecahan kode itu, bagi Langdon, sebagai tindakan penyelamatan sahabatnya, bagi CIA pemecahan kode ini penting untuk mencegah terjadinya masalah keamanan nasional. Baik Langdon maupun CIA berada di bawah kendali si penculik yang menamakan dirinya Mal'akh. Sementara itu nyawa Katherine Solomon, adik Peter juga sedang berada di ujung tanduk. Karena untuk mewujudkan rencananya, Mal'akh pun harus menyingkirkan anggota keluarga Solomon yang tersisa ini.

Pada Hari Natal sepuluh tahun silam, gara-gara menginginkan Piramida Mason, Mal'akh telah membunuh Isabel Solomon, ibu Peter dan Katherine. Ia juga mengaku telah membunuh putra semata wayang Peter, Zachary, yang baru berusia 21 tahun. Dan saat ini, hanya dalam satu malam, Mal'akh bertekad mendapatkan Misteri Kuno dengan cara memanfaatkan keahlian Langdon dan melenyapkan seisi keluarga Solomon. Misteri Kuno itu akan menyempurnakan Apotheosis-nya.

Hanya dalam waktu sehari, The Lost Symbol dikabarkan telah terjual lebih dari 1 juta kopi dan tercatat sebagai novel dewasa dengan penjual tercepat sepanjang sejarah. Seminggu kemudian, 2 juta kopi novel ini telah terjual di AS, Kanada, dan Inggris. Sekalipun pamor novel bergenre thriller sempat memudar, Dan Brown menunjukkan bahwa dirinya tetap akan menarik perhatian di lahan yang sama. 
 
Dan Brown adalah pengarang yang memiliki kecerdasan dan keberanian dalam mengangkat tema kontroversi yang bersifat mengguncang. Ia sangat memahami betapa kontroversi mengenai Kaum Mason merupakan hal yang menarik perhatian khayalak. Maka diramunya kontroversi ini dengan sejarah Amerika Serikat yang tidak terduga dalam adonan konflik yang memukau. Misteri Kuno Kaum Mason yang legendaris menjadi  sumber konflik yang berdaya suspens tinggi.

Seperti biasa, dalam tradisi Brown, ada tokoh antagonis yang bertindak tidak lazim dan ada tokoh perempuan dengan dengan tingkat intelektual yang tidak rendah. Langdon tidak hanya akan melenggang sendiri dalam upayanya memecahkan kode-kode. Terancam sekaligus didukung dalam kesempatan yang sama.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan