07 February 2012

Kekasih Gelap


Judul Buku : Kekasih Gelap
Penulis : Sanie B. Kuncoro
Penyunting : Imam Risdiyanto

Cetakan: 1, Desember 2006
Penerbit : C| Publishing




Cinta adalah ladang tema yang sering dibajak dan digarap oleh banyak penulis di seluruh dunia. Pengaruhnya terhadap kehidupan manusia memang dahsyat. Cinta bisa membuat dunia lebih berwarna karena cinta bukan saja menawarkan kebahagiaan, tapi juga menawarkan torehan luka di hati manusia. Sekalipun bisa menyebabkan luka, manusia tetap tidak kapok-kapok untuk bercinta, dengan berbagai cara, terang-terangan, atau gelap-gelapan. Karena itu lahirlah buku dengan judul menantang Kekasih Gelap.

Namun, jangan dulu buru-buru berpikir yang tidak-tidak. Jangan berharap akan menemukan eksplorasi seksual yang intens dalam buku ini seperti novel-novel Sandra Brown. Jangan juga menuduhnya sebagai chicklit yang cenderung memanfaatkan gaya tutur dan ide cerita yang senada seirama.

Kekasih Gelap karya Sanie B. Kuncoro adalah satu dari 2 novelet yang ada dalam buku ini. Novelet lain diberi judul Jalan Sunyi. Kekasih Gelap mungkin ditonjolkan sebagai judul karena memenangkan Juara II Lomba Cerber Femina tahun 2003. Meskipun demikian, 2 novelet ini sesungguhnya memiliki kekuatan yang sama.

Apa pun yang Sanie tawarkan dalam ceritanya, ada benang merah yang menyejajarkan 2 novelet ini pada wilayah yang sama. Bahwa cinta, bagaimanapun rumitnya, bisa tercipta secara mendadak. Dan juga bisa terbelah kepada lebih dari satu orang.Itu lah yang dialami tokoh-tokoh Sanie dalam karyanya ini.

Dalam Jalan Sunyi Sanie menghadirkan karakter perempuan bernama Puan. Di tengah-tengah persiapan acara pernikahannya, mendadak Puan dihadapkan dengan pertanyaan ciptaannya sendiri. "Apakah aku siap?" (hal. 13). Puan mengalami depresi. Menjadi waswas dan takut dengan apa yang akan terjadi setelah menikah. Ketakutan yang menurut Jingga, sahabatnya (hal. 17) hanya terjadi pada pasangan yang dijodohkan. Padahal sebelum memutuskan menikah Puan dan calon suaminya, Limar, telah menjalin hubungan bertahun-tahun.

Jingga menyarankan Puan untuk berlibur. Sebagai tujuan liburan ditetapkan desa nenek Jingga, Tanah Bumi, yang secara geografis, tidak jelas ada di belahan mana di Indonesia. Puan menginap di rumah nenek Jingga, Umi. Tidak dijelaskan rinci, tapi rupanya nenek Umi bukan sembarangan nenek. Walau berdomisili di desa yang stasiun kereta apinya kecil, kusam, dan sunyi serta listrik menyala hanya sampai pukul 9 malam, nenek Umi membaca novel seperti Va' dove ti porta il cuore (Pergilah Ke mana Hati Membawamu) karya Susana Tamaro. Cara bicara nenek Umi juga cerdas menggunakan kata-kata seperti "menolerir", "filosofi air" dan "pengaruh hormon". Rupanya nenek Umi bukan nenek-nenek desa stereotipikal novel-novel kebanyakan.

Di Tanah Bumi, Puan bertemu Darga, seorang arsitek muda yang sedang menangani proyek resort di desa antah-berantah nan sepi itu. Cinta menyelip secara mendadak dalam hati masing-masing. Puan menampik gelora cintanya karena dia sudah menjadi calon pengantin. Meskipun berprinsip cinta masih bisa diperebutkan selama janur belum melengkung dan rumah belum berhias bunga pengantin, Darga mencoba mengalah. Justru Puan yang tidak bisa melupakan Darga bahkan setelah terpisah jauh dengan laki-laki itu. Kegelisahan Puan membuat Limar mengetahui ada orang lain selain dia dalam benak Puan. Limar menyerahkan keputusan masa depan hubungan mereka kepada Puan.

Sanie mengolah Jalan Sunyi dengan nada-nada manis dan sendu. Dia menunjukkan bahwa ada kalanya perempuan nekat mempertaruhkan kehidupannya untuk sesuatu yang sesungguhnya nihil. Cikal bakal kebahagiaan dirusakkan untuk pesona mendadak yang semu. Sekalipun menyadari cinta yang dimiliki Limar, tunangannya, begitu besar, Puan tidak cukup memiliki sikap untuk menghargainya. Akibatnya kelak, dia tidak punya pengampunan yang cukup untuk memaafkan dirinya sendiri.

Justru cinta Limar yang membebaskan mengetuk kesadaran Darga. Darga memutuskan untuk mengkhianati dirinya sendiri karena sadar tidak sanggup memberikan cinta sebesar cinta yang diberikan Limar pada Puan.

Keputusan yang kemudian diambil Puan tidak hanya menyakitkan hati satu orang saja, tapi sekaligus hati 3 orang.

Sanie menutup kisah Jalan Sunyi yang melodramatis dengan indah melalui proses batin tiga karakter utamanya yang sangsi dan kehilangan keyakinan diri.

Dalam Kekasih Gelap Sanie menghadirkan perempuan bernama Senja yang mau menjadi kekasih gelap Ruben. Ruben mengajak Senja ikut kapal pesiar karena Aline, istrinya yang tengah hamil ngidam naik kapal pesiar. Maksud Ruben, walaupun dia menemani istrinya, dia juga tetap bisa menikmati saat-saat indah di atas kapal pesiar bersama selingkuhannya.

Keikutsertaan Senja yang bak kerbau dicocok hidung diatur sedemikian rupa dengan memanfaatkan Benteng, laki-laki yang berutang judi pada Ruben. Benteng berperan sebagai pasangan Senja. Walaupun sempat bersitegang, mereka akhirnya bisa memahami diri masing-masing. Ketika kapal singgah di Bandar Melaka, keduanya mengunjungi gereja tua St. Paul dan benteng A Famosa. Di sana mereka bertemu Khalila yang mengubah paradigma dan visi mereka dan menciptakan impian untuk diwujudkan.

Sebenarnya ketika Senja bertemu Benteng pertama kali, arah cerita sudah bisa ditebak. Yang tidak bisa ditebak adalah peristiwa yang bakal mempersatukan mereka.

Sekali lagi Sanie menganyam sebuah kisah yang manis-sendu. Tapi dibandingkan dengan Jalan Sunyi, Kekasih Gelap disampul dengan akhir yang memberikan harapan.

Baca keindahan bertutur Sanie manakala Senja menyadari apa yang telah ia lakukan selama ini adalah kesia-siaan belaka (hal. 136).

Senja mengatakan pada Ruben, "Yang kaupunya adalah cinta yang terbelah. Dan itu tidak cukup untukku." (hal. 146).

Ketika Ruben ngotot mempertahankan hubungan yang keliru, Senja menambahkan mantap, "….sesungguhnya aku hanyalah sekedar tamu di teras hatimu. Sebagai tamu, tentulah kau perlakukan aku dengan istimewa. Dan sebagai tamu kubawa sesuatu yang indah bagimu, sebagai variasi penyegar kehidupanmu. Tapi tamu tetaplah tamu. Waktuku hanya sesaat, hakku sangat terbatas. Begitu kuambil lebih dari yang sepatutnya, maka jadilah aku sebagai duri dalam daging dalam hidupmu." (hal. 147).

Secara keseluruhan, isi buku Kekasih Gelap dituturkan secara ringan tanpa menimbulkan kerinyut di wajah pembaca. Apalagi Sanie mengalirkan cerita tanpa bertele-tele, menderas pada lautan akhir yang menyentuh. Keduanya terasa indah dan bening. Dengan penuturan yang lebih intens, mengingat pengalaman menulis Sanie yang banyak, Sanie bisa hadir menjadi satu penulis yang meramaikan belantika sastra Indonesia. Sanie bisa mengembangkan wilayah ceritanya untuk tidak sekedar berkutat pada masalah cinta semata-mata.

Tapi untuk penggemar kisah cinta yang diracik manis dan indah, Kekasih Gelap bisa dijadikan alternatif bacaan.


0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan