10 November 2012

Wonder



Judul buku: Wonder
Pengarang: R.J. Palacio
Penerjemah: Harisa Permatasari
Penyunting: Ida Wajdi
Tebal: vi + 430 hlm; 13 x 20 cm
Cetakan: 1, September 2012
Penerbit: Atria
 



Mungkin Anda berwajah indah: tampan dan cantik. Orang-orang melihat Anda dengan tatapan menyiratkan pujian dan pujaan. Anda tidak takut berada di tengah-tengah keramaian, karena Anda biasa menjadi pusat perhatian. Tapi bagaimana jika Anda terlahir tidak tampan atau cantik? Bagaimana jika wajah Anda menakutkan, cacat, atau tidak sedap dipandang? Anda akan merasa gamang berada di keramaian, menyembunyikan wajah dan tidak berani bertatapan dengan orang lain. Seperti August Pullman, Anda mungkin akan melontarkan pertanyaan pada ibu Anda: "Kenapa aku harus sejelek ini, Mommy?" (hlm. 85).   

August Pullman -dipanggil Auggie- menderita kelainan genetik yang disebut Mandibulofacial Dystosis atau Treacher Collins Syndrome. Anda bisa meng-google kelainan genetik ini untuk melihat seperti apa tampang penderitanya. Bisa dipastikan, Anda akan tercekat. Nah, meskipun sudah melalui sejumlah operasi, wajah Auggie tidak menjadi senormal wajah Justin Bieber. 

"Mata August sekitar satu inci lebih rendah dari yang seharusnya, nyaris mencapai pipinya. Matanya melengkung turun dengan sudut ekstrem, nyaris seperti celah diagonal yang disayat seseorang pada wajahnya, dan mata kiri yang jelas terlihat lebih rendah dari mata kanannya. Mata August menonjol keluar karena lubang matanya terlalu dangkal untuk menampungnya. Puncak kelopaknya selalu setengah tertutup, seakan-akan dia nyaris tertidur. Kelopak bawahnya sangat melorot hingga kelihatan seperti ada benang tak terlihat yang menariknya ke bawah, kau bisa melihat bagian merah di dalam matanya, nyaris seperti terbalik. August tidak punya alis atau bulu mata. Hidungnya terlalu besar untuk wajahnya, dan agak lembek. Kepala August tertekuk masuk ke bagian telinga seharusnya berada, seakan-akan ada yang menggunakan tang raksasa dan menghantam bagian tengah wajahnya. Wajahnya terlihat meleleh, seperti tetesan yang terdapat pada sebatang lilin. Beberapa operasi yang dilakukan untuk memperbaiki langit-langit mulutnya menyisakan beberapa bekas luka di sekitar mulutnya, yang paling mencolok adalah luka bergerigi yang memanjang dari pertengahan bibir atas hingga ke hidungnya. Gigi atasnya kecil dan melebar, benar-benar menutupi gigi bawahnya. Dagunya sangat kecil, dan lidahnya menggantung begitu saja dari dalam mulutnya, karena di bawahnya tidak ada apa pun yang menahannya."  (hlm. 124-125).

Dengan tampang seperti ini, tidak heran Auggie ketakutan manakala hendak dimasukkan ke kelas lima di sekolah umum. Sampai umur sepuluh tahun, ibunya yang mengajarnya. Namun karena keterbatasan sang ibu dan sudah saatnya Auggie menghadapi realita, diputuskan ia bersekolah di Breacher Prep.  

Tidak mudah bagi Auggie untuk berbaur, karena tidak semua murid di sekolah itu menerima kehadirannya. Namun, kendati hanya memiliki sedikit teman, Auggie bisa mengatasi tantangan yang dihadapinya. Bahkan, akhirnya, ia menyukai sekolah dan pertemanan, dan menurut ibunya: menjadi sebuah keajaiban. 

August Pullman adalah karakter sentral Wonder, novel debut R.J. Palacio -bernama asli Raquel Jaramillo- yang sebelumnya bekerja sebagai perancang sampul buku. Auggie lahir ketika Palacio melihat seorang gadis kecil penderita Mandibulofacial Dystosis di depan sebuah toko es krim. Gagasannya semakin menebal saat ia mendengar lagu berjudul Wonder yang dinyanyikan Natalie Merchant.

Doctors have come from distant cities
Just to see me
Stand over my bed
Disbelieving what they're seeing

They say I must be one of the wonders
Of god's own creation
And as far as they can see they can offer
No explanation
 

Melalui Auggie, Palacio mencoba mendorong para penderita seperti Auggie untuk menerima diri sendiri, meyakini diri sebagai keajaiban Tuhan sekalipun dipandang jijik oleh orang lain. Bahkan, Palacio berharap, para penderita bisa melihat diri mereka seperti dalam lagu Beautiful yang dinyanyikan Christina Aguilera:

I am beautiful
No matter what they say
Words can't bring me down
I am beautiful
In every single way
Yes words can't bring me down

Selain itu, Palacio juga menghimbau para pembaca yang lebih beruntung dari Auggie untuk bisa berempati, untuk bisa bersikap wajar tatkala berhadapan dengan orang-orang semacam Auggie. Menjadi seperti Jack Will, Summer, Justin, Miranda, dan guru-guru di Breacher Prep, terutama kepala sekolahnya, Mr. Lawrence Tushman, yang ucapannya selalu membesarkan hati.

Kisah dalam novel ini disampaikan menggunakan narator orang pertama. Selain Auggie, Palacio juga menggunakan beberapa narator lain. Olivia atau Via, kakak perempuan Auggie yang walaupun menyayangi Auggie tidak bisa menahan cemburu saat Auggie menjadi pusat perhatian keluarga. Miranda, sahabat Via yang juga sangat menyayangi Auggie, memiliki masalah yang tidak diungkapkannya, bahkan kepada sahabatnya. Jack Will, teman sekolah yang sempat dilanda kebimbangan apakah akan menjadi sahabat Auggie atau justru menjauhinya. Summer, gadis cantik yang menerima Auggie dengan terbuka dan menawarkan persahabatan. Justin, yang mencintai Via dan tidak meninggalkan gadis itu sekalipun memiliki adik dengan tampang yang menakutkan. Mereka akan melengkapi kisah Auggie dengan penerimaan mereka atas kondisi anak itu. Mereka akan memberikan kehangatan dalam hati pembaca.

Bagian pamungkas mungkin merupakan bagian novel yang paling menyentuh hati. Di sini Auggie berkata kepada ibunya: "Terima kasih sudah menyuruhku sekolah." Ibunya membungkuk dan berbisik di telinganya: "Kau memang sebuah keajaiban, Auggie. Kau adalah sebuah keajaiban."(hlm. 422).

Nah, pernahkah, Anda yang tampan atau cantik, mendengar orang mengatakan kepada Anda: "Kau adalah sebuah keajaiban"?

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan