22 April 2012

City of the Beasts


Judul Buku: City of the Beasts
Judul Asli: La ciudad de las bestias (2002)
Pengarang: Isabel Allende
Penerjemah: Fanny Yuanita
Tebal: 352 hlm; 13,5 x 20 cm
Cetakan: 1, Desember 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


 



Krisis yang menimpa keluarganya membuat Alexander Cold terpaksa meninggalkan rumahnya di pesisir pantai California dan pergi ke rumah nenek dari pihak ayahnya di New York. Kate Cold bukanlah nenek idaman para cucu, sehingga bisa dimengerti jika awalnya Alex keberatan. Untunglah, ia tidak akan menghabiskan seluruh waktunya berduaan saja dengan Kate. Karena Kate mengajaknya ikut dalam ekspedisi menuju jantung hutan Amazon yang dibiayai International Geographic, majalah tempat Kate bekerja sebagai penulis.

Ekspedisi yang dipimpin Profesor Ludovic Leblanc ini bertujuan menemukan Makhluk Buas, makhluk raksasa serupa Yeti di Himalaya (bukan Yeti seperti ditulis di sampul belakang). Leblanc dikenal pernah meneliti Yeti si Manusia Salju Buruk Rupa dan bekerja di antara suku Indian di Amazon.

Selain Kate, Alex, dan Leblanc, dalam ekspedisi tersebut terdapat Timothy Bruce, fotografer Inggris dan asistennya, Joel Gonzáles; Omayra Torres, dokter Venezuela dari Dinas Kesehatan Nasional yang akan memvaksinasi orang-orang Indian. Sebagai pemandu menuju jantung hutan Amazon adalah César Santos yang diekori anak gadisnya, Nadia, yang membawa monyet bernama Borobá. Ikut juga bersama mereka: Karakawe, pria Indian yang ditugaskan untuk menjadi asisten Leblanc; Matuwe, pemandu berkebangsaan Indian yang dipekerjakan César Santos; lima tentara yang disediakan Kapten Ariosto, pemimpin tentara di Santa Maria de la Lluvia

Dalam perjalanan menyusuri Sungai Amazon, tak terelakkan lagi, tim ekspedisi dibayang-bayangi para Manusia Kabut, suku Indian yang bisa membuat diri mereka tidak kasatmata. Lalu kecelakaan dan kematian terjadi sebagaimana diperingatkan Walimai, cenayang Indian yang sudah uzur. Namun perjalanan harus dilanjutkan, karena Makhluk Buas belum menampakkan diri.


Menurut Nadia, semua manusia memiliki roh binatang. Hanya saja, tidak semua manusia bisa menemukan lambang totem binatangnya. Selain cenayang, hanya pejuang hebat yang bisa menemukannya. Sesudah Alex menemukan lambang totem binatangnya, yaitu jaguar, Nadia menyusul menemukan lambang totemnya, elang. Kedua roh binatang ini yang akan menolong Alex dan Nadia ketika diculik para Manusia Kabut dan dibawa ke Tapirawa-Teri, kampung Indian di Mata Dunia.

Pada upacara pemakaman kepala suku Tapirawa-Teri, Walimai, si cenayang, menggunakan ramuan ayahuasca untuk membuka pintu-pintu kerajaan dewa totem. Manakala pintu-pintu terbuka, Alexander dan Nadia masuk dalam wujud binatang yang menjadi lambang totem mereka. Dalam wujudnya sebagai elang, Nadia melihat tiga butir telur kristal di sebuah sarang di puncak tepui (=rumah para dewa) yang paling tinggi. Begitu kembali dari dunia totem, Nadia bertekad menemukan ketiga telur itu. Karena ia tahu, telur-telur itu bisa menyelamatkan para Manusia Kabut. Maka, bersama Walimai, Alex dan Nadia pergi ke gunung keramat mencari ketiga telur kristal itu. 


Untuk mendapatkan tiga butir telur itu, mereka harus mencapai El Dorado, kota para Makhluk Buas -yang pernah menjadi kota emas impian para penakluk. Di sana, hukum pertukaran berlaku tegas: setiap permintaan harus diimbangi dengan sebuah penawaran. Saat akhirnya mereka meninggalkan El Dorado, Rahakanariwa, roh burung kanibal yang ditakuti suku Indian, telah siap menyerang Mata Dunia. Dan sebagaimana keduanya telah dipanggil masuk ke dalam dunia Manusia Kabut karena kemurnian jiwa mereka, mereka pun harus menyelamatkan suku Indian tersebut. 

City of the Beasts yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Negeri Yang Buas -sungguh bukan judul yang tepat, karena tidak ada Negeri Yang Buas di sini, melainkan Kota Para Makhluk Buas- adalah novel young adult (YA) pertama yang ditulis Isabel Allende. Setelah City of the Beasts, Allende telah menggiring Alex dan Nadia ke dalam petualangan selanjutnya dalam Kingdom of the Golden Dragon (El Reino del Dragón de Oro, 2004) dan Forest of the Pygmies (El Bosque de los Pigmeos, 2004). 
 
Menulis novel YA ternyata tidak membuat kemumpunian menulis Allende menurun. City of the Beasts tetap ditulis dengan keseriusan yang sama dengan novel-novel dewasanya. 

Ada beberapa kelebihan novel YA satu ini.

Pertama, bagi Allende keluhuran budi sangat penting tumbuh dalam diri remaja, dan hal ini ditampakkannya dalam diri Alex dan Nadia. Mendekati puncak petualangan mereka, Alex teringat pada ibunya yang sakit kanker, sedangkan Nadia pada nasib Manusia Kabut di Mata Dunia. Hanya cinta kasih dan kepedulian yang membuat Nadia mampu memanjat ke bagian tepui yang paling tinggi dan Alex sanggup menuruni kedalaman bumi. Di sana mereka akan mempersembahkan pengorbanan masing-masing, bagi kemanusiaan.

Kedua, setiap karakter dirancang solid dan digerakkan dengan cermat. Karakter Alex dan Nadia memang akan jadi favorit, tapi Kate Cold dan Ludovic Leblanc sungguh tidak bisa diabaikan. Dari semua karakterisasi yang dibangun Allende, keduanya yang paling solid. Kate Cold ditampilkan sebagai wanita tua nyentrik, sinis, ketus, tapi diam-diam menyayangi cucunya. Sedangkan Ludovic Leblanc diindikasikan sebagai pria pengecut dan banyak tingkah. Sepanjang perjalanan mereka akan memicu perang mulut dengan gampang, dan tentu saja, Kate yang selalu menang setelah menghempaskan harga diri Leblanc. Dalam ketegangan meretas Amazon, keduanya memberikan sentuhan humor.

Ketiga, cerita dituturkan dengan berbagai kejutan tersimpan di uliran plot. Memang awalnya cerita terkesan lamban, tapi cara bercerita yang prima akan menarik pembaca hingga menemukan ritme yang pas dan mampu menyantap habis novel ini. Di tengah-tengah narasi yang ciamik, Amazon bak mengambang di pelupuk mata dengan kegarangan hutan dan kekayarayaan koleksi flora dan fauna yang luar biasa.

Keempat, novel fantasi petualangan ini juga berkembang menjadi novel ekologi. Di sini, Allende menggelitik kesadaran ekologis pembaca melalui kedua karakter remaja –terutama Nadia- yang melahirkan gagasan mencagaralamkan Mata Dunia sehingga bisa dicegah dari pengrusakan akibat keserakahan manusia. Memang, selain menyimpan pepohonan yang bisa dijadikan kayu, Amazon juga menyembunyikan emas dan permata yang memprovokasi ketamakan. Tanpa disadari hampir semua anggota ekspedisi, perjalanan mereka sedang diboncengi sebuah rencana berbahaya yang dilandasi oleh ketamakan.

Kesimpulannya, City of the Beasts adalah sebuah novel yang sangat layak baca dan memberi nuansa segar dalam dunia fiksi fantasi yang disesaki para vampir, manusia siluman, manusia berkemampuan adikodrati, dan para penyihir yang saling cekcok.

Ada satu yang ingin saya koreksi. Di halaman 192, Nadia mengatakan bahwa ada wanita lain yang sangat hebat –maksudnya Omayra Torres- yang punya serum yang bisa mencegah wabah penyakit. Di banyak halaman lain disebutkan bahwa yang dibawa Omayra adalah vaksin. Terlepas dari apa sesungguhnya yang dibawa Omayra, dari tujuan yang ia sebutkan, yang benar adalah vaksin dan bukan serum. Vaksin dan serum tidak sama dan tujuan penggunaannya juga berbeda.

 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan