07 April 2012

Mockingjay


Judul Buku: Mockingjay
Penulis: Suzanne Collins (2010)
Penerjemah: Hetih Rusli
Tebal: 432 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Januari 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


 




Pada bagian penutup Catching Fire, Plutarch Heavensbee, ketua juri Hunger Games 75, yang sebenarnya adalah bagian dari pemberontak yang hendak menggulingkan Capitol, mengatakan bahwa Katniss Everdeen diselamatkan dari arena pertarungan, karena ia adalah mockingjay. “Selama kau hidup, revolusi pun hidup,” katanya (hlm. 415). Saat penyelamatan terjadi, Katniss baru saja meledakkan medan gaya dan ia akan ditangkap Capitol.

Sejarah Katniss sebagai mockingjay bermula ketika Madge Undersee, putri walikota Distrik 12, memberikannya pin emas burung mockingjay (The Hunger Games). Pin emas itu disematkan di bajunya oleh Cinna, penata gayanya, sebelum Katniss bertarung dalam Hunger Games ke-74. Sebenarnya, pin mockingjay itu milik Maysilee Donner, bibi Madge. Maysilee adalah peserta perempuan dari Distrik 12 pada Quarter Quell kedua, pasangan dari Haymitch (Catching Fire). Pada malam wawancara Hunger Games ke-75 (Quarter Quell kedua), di hadapan seluruh penonton televisi senegara Panem, Cinna mengubah Katniss menjadi Mockingjay dengan gaun rancangannya yang terbakar. Dalam narasinya pada pamungkas novel kedua, Katniss berkata: “Akulah mockingjay. Orang yang selamat dari rencana-rencana jahat Capitol. Lambang pemberontakan.” (hlm. 415).

Seperti dua novel sebelumnya, Mockingjay karya Suzanne Collins, dipecah menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama yang berjudul Abu, dikisahkan bahwa Katniss telah diselamatkan dari Hunger Games ke-75 dan tinggal di Distrik 13. Setelah 75 tahun dinyatakan musnah, distrik ini muncul dari lokasinya yang tersembunyi di bawah tanah. Distrik yang adalah pencetus pemberontakan pada Masa Kegelapan ini sedang mengumpulkan kekuatan untuk menggulingkan Capitol. Bahkan, distrik ini punya presiden sendiri, seorang perempuan bernama Alma Coin. Di sana, para pemimpin pemberontakan menyodorkan peran yang mereka rancang untuk Katniss: sang mockingjay, simbol revolusi. 


Sementara Katniss mempertimbangkan dirinya sebagai simbol revolusi, di Capitol Peeta mengalami penyiksaan. Peeta memang tidak bisa diselamatkan di arena Hunger Games ke-75 dan menjadi tawanan Capitol. Dalam sebuah wawancara, Peeta mengatakan: “Aku mau semua yang menonton –baik itu yang di pihak Capitol atau pihak pemberontak- agar berhenti sejenak dan memikirkan apa arti perang ini. Untuk umat manusia. Kita hampir punah karena saling membunuh. Kini jumlah kita bahkan lebih sedikit. Kondisi kita makin payah. Apakah ini yang sungguh-sungguh kita inginkan? Memusnahkan satu sama lain? Demi apa? Agar ada makhluk hidup yang dianggap pantas yang akan mewariskan sisa-sisa bumi yang hangus binasa?” (hlm. 33). Selanjutnya ia mengatakan juga: “Kita tidak bisa terus berperang. Takkan ada cukup manusia yang tersisa untuk terus berperang. Kalau semua orang tak meletakkan senjata -dan maksudku, sesegera mungkin- segalanya akan berakhir.” (hlm. 33).
 
Katniss memutuskan menjadi sang mockingjay dengan syarat bila perang berakhir dan mereka menang, Peeta akan mendapatkan kekebalan hukum. Selain itu, Katniss mengajukan satu keinginannya: membunuh Coriolanus Snow!


Langkah awal yang Katniss lakukan adalah muncul dalam seri yang disebut propo (siaran propaganda) yang akan disiarkan ke seluruh Panem. Setelah itu, para pemberontak akan mengambil alih satu demi satu distrik untuk memotong jalur persediaan Capitol. Selama puluhan tahun, semua distrik telah menyediakan kebutuhan Capitol: makanan, energi, dan penjaga perdamaian; dan sekaranglah saatnya menghantam Capitol. Jika mereka gagal, para pemberontak siap bunuh diri dengan menelan nightlock, pil ungu tua yang namanya diambil dari nama buah berry beracun yang hampir membunuh Katniss dan Peeta.
 
Capitol tidak tinggal diam. Mereka berusaha menggagalkan upaya pemberontak. Katniss yang terkena pecahan bom tidak gentar. Dalam sebuah propo ia mengancam Presiden Snow: “Api sudah tersulut! Dan jika kami terbakar, kau terbakar bersama kami!” (hlm. 113). Ketika siaran televisi Panem berhasil diretas, sang mockingjay pun mengobarkan pemberontakan nasional. 
 
Pada bagian kedua yang berjudul Serangan, Presiden Snow memperlihatkan keinginan menghancurkan Katniss melalui Peeta. Karena Katniss hanya bisa tampil sebagai mockingjay jika yakin Snow tak melampiaskan kemarahan pada Peeta, tim penyelamat Peeta segera dikirim ke Capitol. Misi itu diselesaikan dengan mudah karena Snow ingin menghadiahi Katniss: Peeta yang telah luluh lantak. 
 
Peeta telah mengalami siksaan, menjadi kelinci percobaan untuk teknik penyiksaan yang disebut pembajakan. Menggunakan tawon penjejak, Capitol menciptakan teror dan halusinasi di otak Peeta. Pengkondisian ketakutan ini berhasil. Ingatan Peeta tentang Katniss dirusak. Bagi Peeta, Katniss adalah mutt buatan Capitol untuk mencelakakannya. Melihat kondisi Peeta, Katniss semakin ingin berangkat ke Capitol dan menuntaskan obsesinya. 
 
Pada bagian ketiga, Sang Pembunuh, secara mengejutkan, Peeta yang belum sepenuhnya pulih, diikutkan ke Capitol. Jelaslah bagi Katniss kalau Presiden Coin sebenarnya punya agenda pribadi. Diam-diam, Katniss pun menyusun rencana, sebuah rencana yang digerakkan oleh kemurnian hati Peeta. 
 
Mockingjay masih ditulis dengan cara yang sama dengan dua novel sebelumnya dalam trilogi The Hunger Games. Plotnya tetap dirancang berpilin, bahkan paling berpilin dibanding pendahulunya. Memang Hunger Games sudah tidak ada lagi karena pemberontakan distrik-distrik mulai tersulut. Tapi kebrutalan tetap merebak di dalam cerita. Pengeboman, penembakan, peledakan menjadi bagian tak terpisahkan dalam usaha menggulingkan Capitol. 
 
Jika pada dua novel sebelumnya porsi cerita untuk Gale Hawthorne tidak banyak, dalam novel ketiga ini karakternya lebih dikembangkan. Pengembangan karakter Gale tidak semata-mata untuk menampilkan peranannya dalam usaha penggulingan Capitol, melainkan juga untuk memberi solusi bagi Katniss untuk menetapkan siapa laki-laki yang akan menjadi suaminya. 
 
Lewat kisah cabul Finnick Odair, masa lalu hitam pekat dari Presiden Corolianus Snow diungkapkan. Bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, ia tidak segan melenyapkan lawan-lawan politiknya dan sekutu-sekutunya yang berpotensi menjadi ancaman. “Salahkan kerang yang tak segar lagi, virus tak dikenal, atau kerusakan aorta yang tak diketahui. Snow juga minum dari cangkir beracun untuk menghindari kecurigaan. Tapi obat penawar racunnya tidak selalu bekerja. Mereka bilang itu sebabnya ia memakai bunga mawar berbau busuk. Mereka bilang bunga itu untuk menutupi bau darah dari luka di mulutnya, yang tak pernah bisa sembuh.” (hlm. 190). 
 
Buku ini juga menyingkapkan kepada kita dari mana nama negara Panem berasal. Menurut Plutarch Heavensbee, “… di Capitol, yang mereka tahu hanyalah Panem et Circences. Itu pepatah dari ribuan tahun lalu, ditulis dalam bahasa yang disebut sebagai bahasa Latin tentang kota bernama Roma. Terjemahan Panem et Circences adalah ‘Roti dan Sirkus’. Penulis pepatah itu bermaksud menyatakan bahwa sebagai ganti perut kenyang dan hiburan, rakyatnya menyerahkan tanggung jawab politik mereka, dan dengan sendirinya juga menyerahkan kekuasaan mereka.” (hlm. 244).
 
Lalu, apakah Mockingjay berhasil menjadi penutup trilogi The Hunger Games yang memuaskan?  Tentu saja. Setidaknya, bagi saya. 


0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan