13 May 2012

The Last Secret


Judul Buku: The Last Secret
Pengarang: Lynn Sholes & Joe Moore
Penerjemah: Istiani Prajoko
Tebal: 307 halaman; 13 x 20,5 cm
Cetakan: 1, April 2012
Penerbit: Serambi





The Last Secret karya sejoli pengarang asal Florida, Amerika Serikat, Lynn Sholes dan Joe Moore, adalah buku kedua dari Cotton Stone thriller series. Sebelum buku ini  mereka telah meluncurkan The Grail Conspiracy (edisi Indonesia diterbitkan penerbit Alvabet, 2010). Kesuksesan Cotton Stone dalam petualangan pada buku pertama mengukuhkan namanya sebagai jurnalis televisi papan atas spesial  berita keagamaan. Cotton berharap akan kembali mencetak prestasi dengan artefak yang disebut fosil-penciptaan. Ada dukungan yang menyatakan kalau fosil ini akan memberikan Cotton kesempatan membongkar ketidakbenaran teori evolusi dan mengemukakan kebenaran penciptaan dalam Alkitab. Sayangnya, fosil-penciptaan itu ternyata hoax, dan kenyataan ini menghancurkan karier Cotton lengkap dengan citra dan kredibilitasnya. Kelak jika Cotton punya berita,  kemungkinan tidak akan dipercayai lagi.

Setahun setelah dipermalukan, Cotton terbang ke Peru sebagai jurnalis lepas yang disewa jaringan televisi Peru guna membuat rekaman film dokumenter situs arkeologi  baru di dekat Machu Picchu. Tanpa ia duga sebelumnya, Cotton menjadi saksi penemuan sebuah artefak berupa tablet kristal. Menurut Dr. Carl Edelman, pemimpin ekspedisi, artefak berusia ribuan tahun ini memuat dua pesan. Pertama, pesan terkait pembersihan bumi dengan Banjir Besar zaman Nabi Nuh, dan yang kedua terkait dengan pembersihan bumi yang akan datang yang dipimpin seorang putri malaikat. Pesan kedua ini mengandung usaha untuk menghentikan Armageddon atau Kiamat. Dari Edelman, Cotton mengetahui pula jika sepanjang sejarah beberapa kali sebuah kebudayaan atau peradaban lenyap dalam waktu semalam.

Sebelum meninggalkan situs arkeologi itu, sekonyong-konyong terjadi malapetaka. Kecuali Cotton, semua orang yang berada di situs menggila dan bunuh diri. Peristiwa itu terjadi bersamaan dengan munculnya kabut dan rombongan kunang-kunang yang membawa pergi tablet kristal.

Penemuan tablet kristal di Peru diikuti dengan penemuan tablet kristal di lokasi puing-puing sebuah peradaban Indian kuno di New Mexico. Dengan cara yang sama, tablet kristal itu pun dibawa pergi rombongan kunang-kunang.

Menurut salah satu gulungan perkamen yang ditemukan di Laut Mati, ada 12 tablet kristal yang diberikan Tuhan kepada para pemimpin spriritual peradaban di seluruh dunia sebelum Banjir Besar. Salah satu diberikan Tuhan kepada Nabi Nuh. Musnahnya tablet kristal yang ditemukan di New Mexico menyisakan satu tablet yang tidak diketahui keberadaannya.

Seiring dengan itu, gelombang bunuh diri kian meluas di seluruh dunia, bahkan menyusup ke dalam istana Kerajaan Inggris. Pihak Vatikan meneguhkan bahwa fenomena yang sedang berkembang disebabkan oleh kekuatan iblis yang mengendalikan pikiran manusia. Maka, Takhta Suci pun mengumandangkan perang terhadap para nefilim dengan tetap berpegang pada harapan: Cotton Stone akan menemukan tablet terakhir sebelum lebih banyak jiwa melayang. Sebagai putri Malaikat Jatuh, diyakini Cotton mampu menerjemahkan inkripsi pada tablet yang diukir dalam bahasa Enochian, bahasa para malaikat.

Pertanyaannya: di mana tablet terakhir itu berada?  Ada satu petunjuk yang yang harus diikuti Cotton dengan bantuan seorang petinggi Vatikan. “Untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, kalian harus memasuki lubang jarum.” (hlm. 284). Kondisi ini membuat  Cotton harus bersigegas dengan waktu untuk menemukan tablet itu dan menguraikan rahasia terakhir sebelum bala tentara nefilim menghancurleburkan kehidupan manusia. Hampir di puncak upayanya, Cotton akan menyadari bahwa Armageddon  memang mesti terjadi dan dirinya akan menghindarkan umat manusia dari penderitaan.

Sebagaimana The Grail Conspiracy, The Last Secret  adalah petualangan Cotton Stone melawan kuasa kegelapan. Di novel sebelumnya, ia menghentikan usaha Lucifer, sang putra fajar, untuk mengkloning Kristus menggunakan DNA yang ditemukan dalam sisa darah dalam Cawan Suci. Lucifer berniat menciptakan Antikristus dari DNA tersebut dan mempercepat Kedatangan Kedua yang tidak kudus. Di novel ini, ia ditantang untuk menghentikan usaha Lucifer terkait dengan Armageddon. Seolah-olah sudah digariskan, kuasa kegelapan tidak akan pernah mampu mengelak dari intervensi putri Malaikat Jam Kesebelas.

Novel thriller-fantasi ini merupakan racikan kompleks dari berbagai elemen yang menggelitik keingintahuan pembaca. Ada mitologi, arkeologi, sejarah, keagamaan, romansa, seksualitas, dan fisika kuantum. Semua elemen itu bersenyawa menghasilkan sajian kaya raya penuh kejutan dan ketegangan dalam plot yang mengalir dinamis. Begitu novel dibuka, duo pengarang langsung mengumbar ketegangan dengan menghadirkan adegan jatuhnya pesawat Virgin Atlantic berpenumpang 280 orang. Sebuah teaser yang mengguncang, karena ketegangan ini langsung menggedorkan satu pertanyaan dalam benak pembaca: apa sebenarnya yang sedang terjadi? 

Apa yang dilakukan bala tentara nefilim tidak menjadi rahasia penting dalam novel ini. Sejoli pengarang segera membentangkan usaha para nefilim untuk menghancurkan ciptaan yang paling dikasihi Tuhan. Sehingga jualan utama novel ini terletak pada persaingan Cotton dan para nefilim untuk menemukan tablet terakhir. Sebagai protagonis novel serial, tentu saja Cotton tidak mungkin dikalahkan. Sejak ia dimunculkan, para pembaca sudah bisa memastikan bahwa sekali lagi, ia akan menggagalkan  usaha kuasa kegelapan merampas kehidupan manusia.

Meskipun keturunan malaikat, Cotton tidak digambarkan sebagai manusia super seperti pada kisah-kisah fantasi  dengan jenis karakter yang sama. Oleh karena itu, ia memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Bukan hanya Ted Casselman dan John Tyler, sejoli pengarang juga menghadirkan Thomas Wyatt dan Lester Ripple. Tokoh yang disebutkan terakhir adalah fisikawan yang akan paling membantu Cotton menguak rahasia terakhir yang termaktub pada tablet keduabelas.

Ending yang disajikan kedua pengarang memang sudah bisa ditebak dengan kemunculan Ripple dan teori benangnya. Namun, setelah adegan voltase tinggi di sekitar Sungai Thames, ending itu tetap terasa menghentak. Jangan ketinggalan informasi mengenai hukum mekanika kuantum jika tidak ingin kebingungan pada bagian ini.

Setelah The Last Secret, kedua pengarang yang tergabung dalam International Thriller Writers dan Mystery Writers of America ini telah menambah koleksi Cotton Stone thriller series. Mengikuti The Last Secret, Lynn Sholes dan Joe Moore telah menerbitkan The Hades Project, The 731 Legacy, dan The Phoenix Apostles


Alfabet Enochian 


2 comments:

HobbyBuku said... Reply Comment

baru akan membaca buku ini :D masuk dalam daftar timbunan. Thanks for the review, sdh lama tdk melihat review bang Jody

Jody said... Reply Comment

aku lihat timbunannya di facebook... selamat membaca..

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan