Judul Buku: The Child Thief
Penulis: Brom (2009)
Penerjemah: Tanti Lesmana
Tebal: 936 hlm; 20 cm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penulis: Brom (2009)
Penerjemah: Tanti Lesmana
Tebal: 936 hlm; 20 cm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
James Matthew Barrie (J.M. Barrie), penulis Skotlandia, memunculkan Peter Pan, karakter fantasi ciptaannya, pertama kali dalam sandiwara yang ditulisnya pada tahun 1904. Novelisasi kisah Peter Pan baru dilakukannya pada tahun 1911 dengan judul Peter and Wendy. Peter Pan adalah bocah laki-laki yang tidak menyukai orang dewasa dan tidak ingin menjadi dewasa. Dari namanya, berkembang istilah psikiatri Sindrom Peter Pan yang menggambarkan perilaku orang dewasa yang takut berkomitmen dan tidak mau bertindak sesuai usianya. Kisah Peter Pan telah berkali-kali diceritakan kembali, bahkan dengan revisi, dalam bentuk sandiwara, film, atau kisah sekuel maupun prekuel.
Dave Barry dan Ridley Pearson adalah dua nama yang dikenal sebagai penulis novel-novel prekuel tidak resmi dari Peter Pan. Mereka antara lain telah menerbitkan Peter and the Starcatchers (2004), Peter and the Shadow Thieves (2006), Peter and the Secret of Rundoon (2007), dan Peter and the Sword of Mercy (2009). Geraldine McCaughrean memenangkan kompetisi menulis sekuel Peter Pan pada 2004 dan telah menerbitkan sekuel resmi Peter and Wendy yang diberi judul Peter Pan in Scarlet (2006). Selain mereka masih ada nama lain seperti Peter David yang menceritakan kembali kisah Peter Pan dalam novel berjudul Tigerheart (2008).
Gerald Brom yang secara profesional dikenal dengan nama Brom, seorang pencipta role-playing games, novel, dan komik terpesona dengan kisah Peter Pan. Awalnya, Peter Pan yang ada dalam benaknya adalah Peter Pan seperti yang ditampilkan dalam film Disney. Seorang bocah nakal, usil, dan menggemaskan. Tapi setelah memeriksa versi asli yang ditulis J.M. Barrie, ia melihat sisi gelap karakter Peter Pan. Ternyata, Peter Pan dari versi asli adalah seorang yang amat haus darah, berbahaya, dan terkadang bersikap kejam. Penemuan inilah yang mendorongnya menulis The Child Thief (Si Pencuri Anak) untuk menampilkan Peter Pan dalam realita yang suram dan apa adanya.
The Child Thief tidak hanya sekadar menceritakan ulang kisah Peter Pan versi Barrie karena Brom melakukan revisi kisah aslinya. Ia menciptakan seting yang baru dan menambahkan karakter yang belum pernah ditampilkan sebelumnya oleh penulis pendahulunya. Dan terutama, ia berhasil membesut sebuah kisah baru yang rumit dan brilian. Meskipun berdurasi panjang, kepiawaian Brom tidak akan sempat membuat kita bosan untuk menuntaskan kisah si Pencuri Anak ini. Khusus untuk edisi Indonesia, penerjemahan yang gemilang membuat novel ini semakin menantang untuk dibaca dan ditamatkan.
Peter dalam The Child Thief adalah anak laki-laki yang dilahirkan dari hubungan seorang perempuan manusia dengan roh penghuni hutan. Keganjilan pertumbuhannya membuat ia dibuang ke hutan dengan harapan akan menjadi santapan binatang buas. Tapi ia tidak mati dan bisa hidup aman bersama Goll, sampai si manusia-lumut itu dibunuh oleh manusia. Setelah nyaris menjadi korban Ginny Greenteeth, penyihir dengan kulit dan rambut berwarna hijau zamrud, Peter diselamatkan Lady Modron.
Saat Lady Modron berhasil memulihkan kondisi Peter, tanpa setahu Peter, ia telah menyerahkan jiwanya kepada Penguasa Danau dan Ratu seluruh wilayah Avalon. Sejak saat itu, apa pun akan dilakukannya demi Lady Modron, sekalipun Ulfger, putra Yang Bertanduk, berusaha memisahkan mereka. Kepada Peter, Lady Modron memberikan seuntai kalung emas berbandul bintang, kepunyaan almarhum anak laki-lakinya, Mabon.
Saat kisah dalam The Child Thief dimulai, Avalon sedang berada dalam kondisi sekarat. Penyebabnya adalah Para Pemakan Daging (Flesh Eaters), musuh besar penghuni Avalon, telah melakukan pembakaran hutan untuk menyingkirkan para penghuninya. Para Pemakan Daging sebenarnya adalah manusia-manusia yang tidak sengaja bermukim di pantai Avalon. Terdampar di Teluk Putri Duyung, mereka memutuskan menetap, bercocok tanam, beternak, dan mendirikan gereja. Pendeta mereka menancapkan sebuah salib besi di pantai dan menajiskan Avalon. Keberadaan para manusia mengguncang kedamaian Avalon. Mereka menangkap dan membantai makhluk-makhluk Avalon seperti elf, centaur, gnome, troll, dan faerie karena menganggap sebagai jelmaan setan yang mesti dibasmi. Maka, Lady Modron melepaskan kabut tebal guna melindungi Avalon dan para penghuninya. Tapi dengan munculnya kabut itu, para manusia itu tidak bisa meninggalkan Avalon. Sama dengan para penghuni Avalon, mereka terkena efek pulau sihir itu dan tidak mengalami pertambahan usia lagi.
Setelah Avallach meninggalkan Avalon, posisinya digantikan anak laki-lakinya, Yang Bertanduk. Dialah yang memimpin pertempuran melawan Para Pemakan Daging di Teluk Putri Duyung. Malangnya, dia tewas tertembak, dan nasib Avalon beralih ke dalam tangan saudarinya, Lady Modron yang hanya bisa melepaskan kabut untuk melindungi warganya. Ulfger, putra Yang bertanduk, yang seharusnya menggantikan ayahnya mengkonsolidasi dan memimpin semua klan di Avalon memerangi Para Pemakan Daging, menolak. Ia tidak mau menggunakan Helm Bertanduk dan maju ke medan tempur. Bahkan, kemudian ia menjadikan Lady Modron sebagai tawanan, yang seiring berjalannya waktu, melemah dan sekarat seperti kondisi Avalon.
Setelah melarikan diri dari kediaman Lady Modron karena menggigit salah satu telinga Ulfger sampai robek, Peter membentuk klannya sendiri, klan Iblis. Ia pun memiliki wilayah sendiri yang dinamakan Hutan Iblis, tempat ia membangun benteng perlindungan dan melatih anak-anak yang dibawanya dari dunia manusia.
Peter disebut Pencuri Anak karena ia kerap meninggalkan Avalon dan berpindah ke dunia manusia untuk mencari anak-anak yang akan memperkuat klannya. Targetnya bukanlah anak-anak yang hidup bahagia, melainkan anak-anak yang terbuang, teraniaya, atau ditinggalkan orangtuanya. Ia akan memberikan bantuan kepada mereka anak-anak bermasalah itu, kemudian menawarkan Avalon sebagai tempat tinggal terbaik. Tidak pernah ia memaksa mereka mengikutinya karena kabut tidak pernah mengizinkannya. Ia hanya harus mengarahkan anak-anak itu untuk percaya kepadanya, mengikutinya masuk ke dalam kabut, dan bersedia mengatakan: Aku pergi dengan sukarela (hlm. 81). Di Pohon Iblis (Deviltree) yang dikuasainya, anak-anak yang disebut Darah Baru (New Blood) itu akan dilatih bertarung oleh anak perempuan bernama Sekeu. Begitu bisa membuktikan keberanian dan kemampuan bertarung, mereka akan diresmikan menjadi anggota klan dan digelari Iblis.
Menyaksikan kondisi Avalon yang kian sekarat, Peter memutuskan menggerakkan klannya untuk berperang melawan Para Pemakan Daging. Usaha pertamanya berakibat fatal, Sekeu yang menjadi salah satu andalannya pun terluka. Satu-satu cara untuk menyembuhkan Sekeu adalah membawanya kepada Lady Modron untuk disembuhkan di kolam bundarnya. Selah berhasil melewati Ulfger yang berusaha mencegahnya menemui sang Lady, Peter menemukan kenyataan yang menyedihkan. Ternyata, Lady Modron sedang berada di ambang kematiannya.
Kisahnya masih jauh dari berakhir. Kemunculan Peter, anggota klannya, dan klan lain yang mendukung perjuangannya membangkitkan kembali semangat Lady Modron. Tapi perang melawan Para Pemakan Daging belum berakhir, dan Ulfger yang diharapkan akan memimpin perang bukannya sadar, malah sibuk dengan dendam kesumatnya sendiri.
Nasib Avalon berada di ujung tanduk. Peter menyadari bukan hal yang gampang mengalahkan Para Pemakan Daging. Bahkan, ia akhirnya tertangkap dan harus berhadapan dengan Simon Carver, kapten kapal yang putus asa, dan dua pendeta yang bertekad melakukan pengusiran setan dengan cara-cara sadis.
Menggantikan Neverland dalam kisah aslinya, Brom menciptakan Avalon. Pulau itu tidak dimunculkannya begitu saja tapi dengan sejarahnya yang menarik. Brom menyatakan bahwa di dalam Avalon, terdapat sebuah tempat sakral yang disebut Firdaus di mana di pusatnya, tumbuh Pohon Avallach. Akar-akar pohon itu menyatukan seluruh wilayah Avalon. Setelah pengkhianatan Raja Arthur dan kesatria meja bundarnya, Avalon pelan-pelan menjauh dari peradaban manusia. Avalon melepaskan diri dari Kepulauan Britania, terapung-apung di sepanjang pantai-pantai beku Atlantik, hingga akhirnya menemukan perlabuhan di tempat yang sekarang dikenal sebagai Amerika.
Di dalam Avalon Brom menciptakan sistim kekuasaan. Penguasa awal dari Avalon adalah Avallach. Ia mempuntai tiga orang anak yang diciptakannya dengan cara berbeda-beda. Lady Modron diciptakan dari sungai-sungai, danau-danau, dan mata air-mata air. Yang Bertanduk diciptakan dari darah dan dagingnya, sedangkan Ginny Greenteeth, dimunculkan langsung dari dalam bumi. Setelah Avallach meningggalkan Avalon, posisinya digantikan Yang Bertanduk yang kemudian digantikan Lady Modron. Avalon terbagi ke dalam beberapa klan yang ditandai dengan hutan yang dikuasai mereka.
Seting yang unik dilengkapi dengan karakter-karakter yang dirancang dengan piawai. Selain karakter-karakter yang telah disebutkan sebelumnya, Brom juga memunculkan banyak karakter pendukukung. Ada troll bernama Tanngnost, para elf dan pixie, serta para Iblis dan Darah Baru. Untuk para iblis karakter menonjol lainnya adalah Redbone yang bertubuh jangkung dan Abraham, anak kulit hitam dengan tangan kiri buntung, Sedangkan untuk Darah Baru ada Nick yang diselamatkan Peter dari pengedar Narkoba di Brooklyn, Cricket, anak perempuan berkepala pitak, Danny, anak laki-laki gemuk, pendek dan mudah merajuk, Leroy, yang tidak memiliki kemampuan bertarung dan cuma bisa memanfaatkan kelicikan untuk bertahan. Selain itu, Brom juga memasukkan makhluk-makhluk seperti bhargest, hissi, dan sluagh yang turut menciptakan ketegangan dalam kisah si Pencuri Anak ini.
Memanfaatkan seting dan karakter-karakter yang menarik, Brom mengalirkan kisah tentang penyelamatan Avalon ini dalam plot berpilin dan sarat konflik. Kita akan menikmati taburan intrik, pembalasan dendam, kepahlawanan, kegilaan, pengorbanan, dan cinta tanpa pamrih. Lalu, setelah mengulir dan mengular dalam durasi yang panjang, mencapai klimaksnya di sebuah tempat yang tidak terduga melalui serangkaian adegan yang mencengangkan, bermuatan humor, dan tentu saja, penuh kejutan.
Bagian pamungkas tidak lepas dari keharuan. Brom membuat Peter mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan. Setelah terlibat pertempuran yang menelan banyak korban, Peter tidak sama lagi. Apakah ia akan terus memperjuangkan eksistensi Avalon yang telah sekarat? Ataukah ia harus mengambil jalan berlawanan? Saya sangat suka dengan pilihan yang ditetapkan Brom untuk Peter sebelum menutup novelnya yang luar biasa ini.
The Child Thief adalah novel fantasi tapi tidak ditujukan untuk pembaca anak-anak. Di dalamnya, kita tidak hanya akan menemukan kata-kata kasar yang tetap terasa kasar setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia melainkan juga adegan yang hanya pantas dikonsumsi oleh orang dewasa. Adegannya tidak sangat vulgar, tapi tetap saja, tidak cocok dibaca untuk anak-anak.
2 comments:
ak ada rencana baca ini bulan ini, ada baca barengnya juga di http://my-fantasy-readings.blogspot.com/2013/04/book-club-event-baca-bersama-child-thief.html bisa tuh mas review ini diikut sertakan :)
byw mau tanya dong caranya bikin recomended for you di bawah sendiri itu gmn ya mas? makasih :D
Nanti dipertimbangkan, terima kasih ya :)
Aku dah lupa caranya, ntar kuperiksa script-nya dulu.
Post a Comment