01 April 2013

White Lies





Judul Buku: White Lies
Penulis: Riz Amelia
Penyunting: Evi Mulyani
Tebal: 316 hlm; 19 cm
Cetakan:1, Desember 2012
Penerbit: Elf Books

 

Clara Fawne datang ke Manhattan, New York City, dari Jepang untuk berjumpa laki-laki yang dijodohkan dengannya. Ia tinggal di apartemen Elaine, saudari kembarnya. Elaine Fawne yang memang tinggal di Manhattan tidak tahu kalau calon suami Clara adalah Keane Ackley, penyanyi solo kondang yang digilainya. Maka alangkah terkejut dan sakit hatinya Elaine saat mengetahui Clara akan memiliki Keane. Karena meskipun belum pernah bertemu langsung, kekaguman pada Keane telah berubah menjadi cinta. Merasa tersisih, Elaine pun membenci Clara. Padahal Clara tidak pernah menginginkan perjodohan itu.

Eriko Inoue -ibu Clara dan Elaine- adalah perempuan Jepang yang menikahi Nicolas Fawne, seorang duta besar. Mereka bercerai sepuluh tahun silam ketika si kembar berusia sebelas tahun. Elaine ikut Nicolas, sedangkan Clara diboyong Eriko ke Jepang. Eriko amat membenci Elaine karena telah menyebabkan kecelakaan anak angkanya, Ray Inoue. Ray memang sempat sembuh setelah kecelakaan, tapi ternyata efek kecelakaan itu mempengaruhi Ray hingga dewasa dan menyebabkan ia terbaring koma di rumah sakit. Selain hendak berjumpa Keane, Clara datang ke Manhattan untuk menengok Ray.

Begitu mengetahui Elaine tergila-gila pada Keane, Eriko bertekad menyakiti anak perempuannya itu. Ia menjodohkan Clara dengan Keane. Bagaimana bisa? Selain kaya kaya dan memiliki perusahaan ternama di Jepang yang membuatnya mampu merealisasikan apa yang ia kehendaki, Eriko berteman dengan orangtua Keane. Maka tak sulit baginya menjodohkan Clara dengan Keane. Keane yang pernah mencintai Aleyna, salah satu penyanyi dari grup vokal Lady Grace, menerima perjodohan itu.
 
Setelah bertemu Keane, Clara tetap memegang prinsipnya. Ia menolak perjodohan itu. Tapi ia tidak otomatis menutup pintu kemungkinan. Sebagai langkah awal, ia menawarkan pertemanan kepada Keane. Perjodohan mereka akan dilanjutkan bila pertemanan itu melahirkan rasa cinta pada kedua belah pihak. Ketika Clara memutuskan ingin bekerja dan tanpa susah-susah mendapatkan pekerjaan sebagai asisten Keane, semestinya berdekatan setiap hari akan menjadi katalisator. Sayangnya, cinta tidak juga muncul dalam hati Clara. Apalagi setelah ia mengetahui kalau Elaine mencintai Keane dan sangat marah dengan posisinya sebagai asisten Keane.

Lalu, mendadak Eriko muncul dan memutuskan mempercepat pernikahan Clara dan Keane. Tanpa perlawanan, Clara menyambut keputusan itu. Tapi ia punya rencana sendiri. Sewaktu masih anak-anak, ia dan Elaine sering bertukar tempat dan tidak ada yang menyadarinya. Sekarang, Clara menawari Elaine untuk bertukar tempat. Elaine akan menjadi asisten Keane sekaligus calon istrinya. Karena bagi Clara, yang terpenting adalah kebahagiaan Elaine, saudari kembar yang disayanginya. 


White Lies, novel perdana Riz Amelia, menambah koleksi fiksi populer Indonesia dengan novel yang memanfaatkan seting dan karakter mancanegara. Sebagaimana Kiss the Sky, novel kolaborasi Liz Lavender dan Raziel Raddian, yang diterbitkan penerbit yang sama, tidak secuil pun novel ini menyinggung sesuatu mengenai Indonesia. Sudah jelas novel ini adalah epigon karya fiksi sejenis yang terbit lebih dahulu. Targetnya pun jelas, para pembaca remaja yang tergila-gila pada semua yang berbau impor. Yang mungkin lebih mencintai negeri asing ketimbang tanah airnya sendiri. 
 
Cinta masih menjadi jualan utama novel ini. Clara dijodohkan dengan Keane, yang mencoba menerimanya kendati belum sepenuhnya melupakan Aleyna. Elaine bersahabat dengan Kris Russel yang tertarik pada Samantha, tapi Samantha terikat dengan cinta masa lalunya, Ray Inoue. Kris mulai tertarik pada Clara yang dalam pandangan matanya merupakan cewek hebat. Elaine, tanpa pernah bertemu sebelumnya, cuma melihat di TV dan poster di kamarnya, cinta mati pada Keane. Eriko Inoue mencintai Nicolas Fawne tapi memutuskan bercerai karena meragukan kebaikan hati suami yang masih mencintainya itu. Pokoknya, novel ini sarat dengan cinta yang bisa membuat pembaca mabuk. Bukan mabuk cinta, melainkan mabuk karena bosan.

Selain mengandalkan tema cinta, novel ini pun bergantung pada kebetulan. Clara dijodohkan dengan Keane, laki-laki yang dicintai Elaine. Keane Ackley adalah saudara sepupu Kris Russel, teman kuliah Elaine di Universitas Columbia. Di kantor Alex Fleming tempat Clara menjadi asisten Keane, ada Samantha -teman masa kecil Ray Inoue semasa di panti asuhan- yang bergabung dengan sebuah grup vokal. Teman Samantha, Aleyna, adalah mantan kekasih Keane. Orangtua Keane ternyata berteman baik dengan Eriko Inoue. Maka, di tangan Riz Amelia dunia pun menyusut menjadi seukuran globe.

Karakterisasi yang dibangun Riz Amelia belum semua meyakinkan. Clara dan Elaine, karena menjadi konsentrasi sang penulis, boleh dibilang karakterisasinya cukup baik. Clara tenang dan anggun, sedangkan Elaine cerewet, mudah meledak, dan impulsif. Keane, penyanyi solo idola para gadis, penuh pertimbangan tapi lebih terasa sebagai laki-laki biasa ketimbang figur publik. Menutup wajahnya dengan masker bila berada di wilayah ramai tidak memperkuat karakternya sebagai artis. Eriko Inoue, yang sudah tua, bersikap seperti anak remaja. Ia membenci Elaine sedemikian rupa sehingga menyimpan dendam kesumat dan bertekad menghancurkan gadis itu. Riz Amelia memang akan menyingkapkan tabir rahasia yang menutupi hubungan Eriko dan Elaine. Meskipun begitu, kebencian yang maha dahsyat dalam diri Eriko terasa tidak cukup beralasan. Apalagi, secara demonstratif, dalam kediktatorannya, Eriko mengindikasikan sikap berbeda kepada Clara.

Semakin menuju bagian pamungkas, kisah dalam novel ini semakin terasa seperti sinetron Indonesia. Masih akan ada penyingkapan rahasia Clara dan Elaine selama bertahun-tahun yang terasa berlebihan. Kemudian ditutup dengan penuntasan problematika cinta yang sangat instan. 

Setelah kisah klise dan karakterisasi yang belum sepenuhnya kuat, keraguan muncul terkait seting New York City yang dimanfaatkan Riz Amelia. Sepertinya, ia belum pernah mengunjungi New York City dan hanya menulis berdasarkan riset yang terbatas. Karena banyak hal di kota itu yang masih bisa digali dan dipaparkan detail-detailnya dalam novel ini. Panorama kota, gedung-gedungnya yang mencakar langit, transportasi, jalan-jalan, tempat makan, kehidupan sosial masyarakatnya, dan banyak lagi.

Yang terakhir adalah masalah penyuntingan. Masih cukup banyak ditemukan penggunaan kata "di" yang keliru. Seorang penulis atau penyunting seharusnya tahu kapan kata "di" melekat dengan kata yang mengikutinya, dan kapan ditulis terpisah. 



Manhattan, New York City

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan