Judul Buku: Peter and the Starcatchers
Penulis : Dave Barry & Ridley Pearson
Penerjemah : Maria Masniari Lubis
Tebal : 492 hlm.; 19,5 cm
Cetakan: 1, April 2007
Penerbit : Qanita
Penerjemah : Maria Masniari Lubis
Tebal : 492 hlm.; 19,5 cm
Cetakan: 1, April 2007
Penerbit : Qanita
Peter Pan adalah salah satu karakter dari berbagai karakter fantasi terkenal yang pernah diciptakan. Kisahnya pertama kali dihadirkan dalam bentuk sandiwara oleh James Matthew Barrie (J. M. Barrie), seorang penulis Skotlandia, pada tahun 1904. Novelisasi kisah Peter Pan dilakukan Barrie tahun 1911 dengan judul Peter Pan and Wendy. Peter Pan dikenal sebagai seorang bocah lelaki yang tidak menyukai orang dewasa dan tidak ingin menjadi dewasa. Dari namanya berkembang istilah psikiatri 'Sindrom Peter Pan' yang melukiskan sikap orang dewasa yang takut berkomitmen dan menolak bertindak sesuai usianya. Kisah Peter Pan telah melalui perubahan zaman dan berkali-kali dituangkan ke dalam bentuk naskah sandiwara dan film (film biasa atau animasi) dan bahkan oleh beberapa penulis telah dibuatkan sekuel atau pun prekuel.
Peter and the Starcatchers (Peter dan Penangkap Bintang) adalah salah satu prekuel tidak resmi yang ditulis menggunakan karakter Peter Pan seizin Great Ormond Street Hospital, kepada siapa Barrie memberikan hak cipta. Buku yang diterbitkan pertama kali tahun 2004 ini merupakan kolaborasi dua sahabat lama, Ridley Pearson dan Dave Barry. Ridley Pearson adalah novelis suspens dan thriller yang telah menghasilkan karya-karya seperti Undercurrents, The Angel Maker, No Witnesses, Chain of Evidence, dan The Diary of Ellen Rimbauer: My Life at Rose Red (diadaptasi menjadi film berjudul The Diary of Ellen Rimbauer). Ia adalah orang Amerika pertama yang menerima Raymond Chandler-Fulbright Fellowship dalam bidang fiksi detektif dari Universitas Oxford (1991). Sedangkan Dave Barry sendiri adalah penulis buku-buku bestseller dan kolumnis humor pemenang Pulitzer Prize tahun 1988. Karya fiksinya antara lain Big Trouble yang telah difilmkan, Tricky Business, dan The Shepherd, the Angel, and Walter the Christmas Miracle Dog. Peter dan Penangkap Bintang merupakan kolaborasi pertama mereka dalam dunia literatur anak. Kisah ini ditulis sebagai jawaban atas pertanyaan Paige Pearson, putri Ridley Pearson, yang mempertanyakan bagaimana tepatnya pertemuan Peter Pan dan bajak laut.
Peter and the Starcatchers (Peter dan Penangkap Bintang) adalah salah satu prekuel tidak resmi yang ditulis menggunakan karakter Peter Pan seizin Great Ormond Street Hospital, kepada siapa Barrie memberikan hak cipta. Buku yang diterbitkan pertama kali tahun 2004 ini merupakan kolaborasi dua sahabat lama, Ridley Pearson dan Dave Barry. Ridley Pearson adalah novelis suspens dan thriller yang telah menghasilkan karya-karya seperti Undercurrents, The Angel Maker, No Witnesses, Chain of Evidence, dan The Diary of Ellen Rimbauer: My Life at Rose Red (diadaptasi menjadi film berjudul The Diary of Ellen Rimbauer). Ia adalah orang Amerika pertama yang menerima Raymond Chandler-Fulbright Fellowship dalam bidang fiksi detektif dari Universitas Oxford (1991). Sedangkan Dave Barry sendiri adalah penulis buku-buku bestseller dan kolumnis humor pemenang Pulitzer Prize tahun 1988. Karya fiksinya antara lain Big Trouble yang telah difilmkan, Tricky Business, dan The Shepherd, the Angel, and Walter the Christmas Miracle Dog. Peter dan Penangkap Bintang merupakan kolaborasi pertama mereka dalam dunia literatur anak. Kisah ini ditulis sebagai jawaban atas pertanyaan Paige Pearson, putri Ridley Pearson, yang mempertanyakan bagaimana tepatnya pertemuan Peter Pan dan bajak laut.
Cerita dimulai saat Peter dan 4 anak lelaki dari Panti Asuhan Anak Lelaki Telantar St. Norbert (James, Prentiss, Thomas, dan Tubby Ted) menumpang kapal Never Land. Mereka tidak tahu jika mereka akan dibawa ke Rundoon untuk menjadi budak Raja Zarboff Ketiga. Peter telah mencoba untuk kabur dari kapal tapi gagal. Gerak-gerik Peter tidak lepas dari pengamatan seorang gadis kecil bermata hijau yang kemudian dikenal Peter sebagai Molly Aster. Molly mengaku sebagai putri Leonard Aster, seorang duta besar yang menumpang kapal lain, Wasp, yang juga berangkat dari pelabuhan yang sama pada waktu yang hampir bersamaan. Di Never Land, Peter menemukan hal-hal yang aneh seperti tikus yang bisa terbang dan Molly yang bercakap-cakap dengan lumba-lumba bernama Ammm.
Sementara itu di suatu tempat kapal bajak laut bernama Sea Devil dengan Black Stache sebagai kapten telah menunggu untuk menaklukkan Wasp dan merampas harta karun yang ada di kapal tersebut. Black Stache dan anak buahnya berhasil menaklukkan Wasp tapi hanya mendapatkan sebuah peti yang berisi pasir. Diketahui jika apa yang ia cari sebenarnya berada di Never Land. Maka, jadilah Never Land sebagai target penaklukan berikutnya. Pengejaran segera dilakukan setelah Black Stache mengganti nama Wasp dengan Jolly Roger.
Ternyata keberadaan harta karun yang diincar Black Stache telah diketahui oleh Molly. Terungkap bahwa peti harta karun sesungguhnya berisi serbuk bintang (starstuff). Serbuk bintang ini memiliki kekuatan yang menakjubkan yang antara lain bisa dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk berkuasa dan melakukan tindak kejahatan. Bagi sebagian kalangan, hal ini mesti dicegah. Masalahnya, jatuhnya serbuk bintang tidak bisa dicegah. Untuk itu orang-orang yang peduli dan berniat menyelamatkan dunia dari efek serbuk bintang membentuk kelompok dan menamakan diri sebagai Penangkap Bintang. Mereka bertugas mengawasi, mendapatkan, dan mengembalikan serbuk bintang sebelum jatuh ke tangan kelompok Yang Lain (Others) yang memanfaatkan serbuk bintang untuk tindak kejahatan. Sekitar 2 bulan sebelumnya serbuk bintang dalam jumlah yang sangat banyak telah jatuh di Skotlandia. Diketahui serbuk bintang tersebut telah dikemas dalam sebuah peti dan dimuat di Wasp untuk dibawa kepada Raja Zarboff Ketiga di Rundoon.
Dari kapal Neverland yang kemudian hancur berkeping-keping, aksi petualangan memperebutkan peti serbuk bintang berlanjut ke Pulau Mollusk. Di sini peti serbuk bintang diperebutkan dan melibatkan kubu Peter dan Molly; William Slank, wakil komandan kapal Never Land; Black Stache, sang bajak laut; Fighting Prawn, pemimpin orang-orang Mollusk; dan kelompok putri duyung yang dipimpin putri duyung bernama Teacher. Selanjutnya, akhir kisah ini, siapa yang akan mendapatkan peti serbuk bintang, sudah bisa ditebak. Sebagaimana yang selalu menjadi benang merah kisah dongeng: kebaikan, bagaimanapun caranya, akan mengalahkan kejahatan. Meski demikian, perjalanan menuju akhir seperti ini sama sekali tidak membuat kisahnya menjadi lemah atau berkurang keindahannya.
Setelah membaca Peter dan Penangkap Bintang, sulit rasanya untuk tidak menyukai novel fantasi ini. Kedua penulisnya berhasil membentangkan sebuah kisah petualangan yang cantik dan menegangkan yang disalut dengan bumbu humor yang memadai. Alhasil, buku yang terdiri atas 79 bab ini menjadi bacaan yang sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman baca yang mengasyikkan. Ia tidak hadir sebagai kisah yang sederhana seperti karya klasik Barrie, tapi sebagai sebuah kisah dengan plot yang terkesan realitis kendati bertaburan adegan fantastis. Inilah sebuah buku fantasi yang mengikuti perkembangan zaman, senada dan seirama dengan penulisan serial tersohor Harry Potter. Tidak melulu menyampaikan hal-hal ajaib, tapi juga memberi penjelasan yang bisa diterima mengenai penyebab timbulnya hal-hal ajaib tersebut.
Novel fantasi ini sesungguhnya kurang pas jika disebut sebagai prekuel kisah klasik Peter Pan. Peter dan Penangkap Bintang bisa dikatakan mengusung hikayat Peter Pan dengan warna dan cita rasa yang baru. Karakter dongeng yang telah terkenal dipinjam untuk dirombak spesifikasinya, khususnya untuk 2 tokoh penting, yaitu Peter (dalam buku ini tidak ditemukan nama Pan) dan Kapten Hook. Untuk meramaikan plotnya, kedua penulis bahkan memunculkan karakter baru seperti Molly Aster, Slank, Little Richard, Fighting Prawn, Alf, anak-anak The Lost Boys versi mutakhir (James, Thomas, Prentiss, dan Tubby Ted) atau Ammm, si lumba-lumba. Uniknya, karakter-karakter baru ini menciptakan pesona baru dalam petualangan Peter Pan.
Pembaca yang kadung akrab dengan kisah klasik Peter Pan tentu akan segera menyadari 'anomali' yang dilakukan terhadap versi J. M. Barrie.
Dalam kisah klasik, Peter digambarkan sebagai bocah cakep dengan senyum manis dan gigi bayi yang berpakaian daun-daun. Diceritakan ia kabur dari rumah karena tidak ingin menjadi dewasa dan pergi ke Taman Kensington untuk tinggal bersama peri-peri, kemudian menghuni Neverland bersama kelompok anak-anak hilang. Peter Pan digambarkan sebagai anak dengan kemampuan terbang yang tak bertanggung jawab yang lebih suka menghabiskan waktu bermain dan bertualang. Ia memandang perempuan di sekitarnya sebagai figur ibu sehingga tak menyadari kekaguman mereka.
Pembaca yang kadung akrab dengan kisah klasik Peter Pan tentu akan segera menyadari 'anomali' yang dilakukan terhadap versi J. M. Barrie.
Dalam kisah klasik, Peter digambarkan sebagai bocah cakep dengan senyum manis dan gigi bayi yang berpakaian daun-daun. Diceritakan ia kabur dari rumah karena tidak ingin menjadi dewasa dan pergi ke Taman Kensington untuk tinggal bersama peri-peri, kemudian menghuni Neverland bersama kelompok anak-anak hilang. Peter Pan digambarkan sebagai anak dengan kemampuan terbang yang tak bertanggung jawab yang lebih suka menghabiskan waktu bermain dan bertualang. Ia memandang perempuan di sekitarnya sebagai figur ibu sehingga tak menyadari kekaguman mereka.
Dalam Peter dan Penangkap Bintang, Peter disebut sebagai salah satu anak Panti Asuhan Anak Lelaki Telantar St. Norbert dengan rambut jingga cerah dan mata biru cemerlang. Segera ia juga diperkenalkan sebagai seorang anak yang ingin tampil lebih menonjol dari anak-anak lain, selalu berupaya menjadi yang terbaik, bertanggung jawab kepada teman-temannya, dan memiliki perasaan tertentu pada Molly. Dalam hal kemampuan terbang, ia bisa terbang akibat paparan berlebih serbuk bintang (starstuff) dan tidak memiliki kemampuan ini sebelumnya. Kontaminasi serbuk bintang juga menyebabkan Peter tetap menjadi anak lelaki selama-lamanya.
Black Stache yang adalah Kapten Hook di masa depan juga digambarkan secara berbeda dengan versi Barrie. Jika versi Barrie menampilkan Kapten Hook sebagai lelaki rapi, pesolek, dan artistik; versi Barry dan Pearson justru mengemukakan Kapten Hook (Black Stache) sebagai lelaki jorok. Versi Barry dan Pearson menjelaskan jika tangan Black Stache (kiri) terpenggal oleh Peter dalam aksi bela dirinya dan dimakan buaya (jantan), sedangkan versi Barrie menyatakan jika Peter sengaja mengerat tangan Hook (kanan) dan melemparkannya untuk dimakan buaya (betina).
Selain perbedaan-perbedaan mendasar itu, pembaca juga masih bisa menemukan perbedaan-perbedaan lain yang pasti akan langsung disadari oleh pembaca kisah klasiknya. Tapi bagusnya, perbedaan dengan kisah klasik yang sudah baku itu justru menyebabkan kisah Peter Pan menjadi lebih hidup dan mengesankan. Jika ada yang mengatakan kisah dalam buku yang dihiasi gambar-gambar dari Greg Call ini lebih menakjubkan dibanding kisah aslinya sendiri hal ini bisa sangat dipahami.
Setelah Peter dan Penangkap Bintang, Barry dan Pearson telah menerbitkan buku kedua berjudul Peter and the Shadow Thieves yang dirilis Juli 2006. Tentu saja akan lebih seru jika buku ini bisa dinikmati dalam edisi Indonesia sebagaimana buku pertamanya. Duo penulis ini juga telah menerbitkan Escape from the Carnivale dan Cave of the Dark Wind, 2 dari 5 serial The Never Land Adventures yang direncanakan.
Edisi Indonesia Peter and the Starcatchers ini hadir gemilang dan sama sekali tidak mengecewakan. Hasil terjemahan yang baik, penyuntingan yang gurih, dan penggunaan huruf dengan ukuran yang cukup baik membuat buku ini memberikan tingkat keterbacaan yang tinggi bagi pembaca Indonesia yang menggemari kisah-kisah fantasi penuh keajaiban.
* Bacaan Pembanding:
Peter Pan, J. M. Barrie. Penerbit Liliput , Juni 2005, diterjemahkan oleh Rh. Widada, 183 hlm.
Black Stache yang adalah Kapten Hook di masa depan juga digambarkan secara berbeda dengan versi Barrie. Jika versi Barrie menampilkan Kapten Hook sebagai lelaki rapi, pesolek, dan artistik; versi Barry dan Pearson justru mengemukakan Kapten Hook (Black Stache) sebagai lelaki jorok. Versi Barry dan Pearson menjelaskan jika tangan Black Stache (kiri) terpenggal oleh Peter dalam aksi bela dirinya dan dimakan buaya (jantan), sedangkan versi Barrie menyatakan jika Peter sengaja mengerat tangan Hook (kanan) dan melemparkannya untuk dimakan buaya (betina).
Selain perbedaan-perbedaan mendasar itu, pembaca juga masih bisa menemukan perbedaan-perbedaan lain yang pasti akan langsung disadari oleh pembaca kisah klasiknya. Tapi bagusnya, perbedaan dengan kisah klasik yang sudah baku itu justru menyebabkan kisah Peter Pan menjadi lebih hidup dan mengesankan. Jika ada yang mengatakan kisah dalam buku yang dihiasi gambar-gambar dari Greg Call ini lebih menakjubkan dibanding kisah aslinya sendiri hal ini bisa sangat dipahami.
Setelah Peter dan Penangkap Bintang, Barry dan Pearson telah menerbitkan buku kedua berjudul Peter and the Shadow Thieves yang dirilis Juli 2006. Tentu saja akan lebih seru jika buku ini bisa dinikmati dalam edisi Indonesia sebagaimana buku pertamanya. Duo penulis ini juga telah menerbitkan Escape from the Carnivale dan Cave of the Dark Wind, 2 dari 5 serial The Never Land Adventures yang direncanakan.
Edisi Indonesia Peter and the Starcatchers ini hadir gemilang dan sama sekali tidak mengecewakan. Hasil terjemahan yang baik, penyuntingan yang gurih, dan penggunaan huruf dengan ukuran yang cukup baik membuat buku ini memberikan tingkat keterbacaan yang tinggi bagi pembaca Indonesia yang menggemari kisah-kisah fantasi penuh keajaiban.
* Bacaan Pembanding:
Peter Pan, J. M. Barrie. Penerbit Liliput , Juni 2005, diterjemahkan oleh Rh. Widada, 183 hlm.
0 comments:
Post a Comment