23 February 2012

Balada Ching-Ching (dan Balada Lainnya)


Judul Buku: Balada Ching-Ching (dan balada lainnya)
Pengarang: Maggie Tiojakin
Tebal: 180 hlm
Cetakan: 1, Juni 2010
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama




Tidak ada yang abadi di dunia, hanya sekelumat vignet kehidupan yang menjanjikan keabadian, meski tidak seorang pun pernah menikmatinya (hlm. 161)








Sepilihan fiksi -12 cerpen dan 1 novelet- dalam Balada Ching-Ching (dan Balada Lainnya) koleksi Maggie Tiojakin ini merupakan serangkaian vignet atau sketsa kehidupan yang menampilkan berbagai wajah manusia.

Anatomi Mukjizat. Sebagai seorang pekerja medis, Malik sudah pernah menyaksikan terjadinya mukjizat dalam diri pasien yang sedang sekarat. Namun, ia tidak tahu cara kerja mukjizat, sebab jika ia tahu, setiap waktu ia akan memanggil mukjizat. Misalnya, untuk Suci, gadis belia yang sedang menderita kerusakan jantung kronis. Ketika mukjizat tidak juga datang dan Suci terjerumus dalam koma, Malik panik. Lalu, ketika dengan persetujuan ibu Suci, eutanasia menjadi pilihan terbaik bagi Suci, Malik tersentak dengan satu kenyataan: bagaimana jika seperti Suci, mukjizat itu tidak datang ke dalam kehidupannya?

Liana, Liana. Seorang gadis remaja bernama Liana tidak pernah berperilaku praktis seperti kedua orangtuanya. Yang paling tidak praktis adalah pikirannya, sehingga dengan mudah ia bisa menjadi tawanan pikirannya sendiri. Saat ibunya pergi berbelanja ke supermarket dan belum pulang-pulang hingga berjam-jam, Liana segera merangkai berbagai skenario buruk dalam pikirannya tentang keterlambatan ibunya. Apalagi ketika ia membaca berita headline di surat kabar mengenai kematian seorang wanita karena tabrakan di jalan tol. Seiring berjalannya waktu, skenario di benaknya kian memburuk. Lalu, apakah memang terjadi sesuatu yang buruk pada ibunya?

Apa Yang kamu Lihat di Kartuku, Sayang? Seorang lelaki dicekal kegelisahan akibat ramalan yang dibaca kekasihnya dari setumpuk kartu permainan. Bahwa, pada ulangtahunnya yang ke-25, ia akan mati secara mengenaskan oleh sebab yang tidak bisa dipastikan. Maka, menjelang ulangtahun ke-25, ia berupaya melindungi dirinya sebaik-baiknya. Bahkan, ia memutuskan merayakan ulangtahunnya ini cukup di dalam apartemen yang dihuninya bersama sang kekasih, gadis pembaca kartu. Menghindari intimidasi, pada malam menjelang ulangtahunnya ia memutuskan membuang semua kartu permainan yang dibaca kekasihnya. Kartu-kartu itu dibuangnya ke dalam tong sampah, lalu ia menuangkan minyak sayur dan menyalakan korek, kemudian ia menunggu kekasihnya pulang dari kantor. Benarkah ramalan kekasihnya akan terjadi?

Kawin Lari. Sepasang anak muda menumpang bis Greyhound menuju Las Vegas untuk menikah. Dalam perjalanan, keraguan merambati hati si gadis sehubungan dengan keputusan si pemuda mengajaknya menikah. Ia memang tidak pernah tahu bagaimana caranya berhenti melakukan apa pun. Termasuk membiarkan dirinya hamil dan mencintai kekasihnya.

Balada Ching-Ching. Di sekolahnya, Ching-Ching, seorang gadis keturunan, selalu dijadikan bulan-bulanan ulah keterlaluan teman sekolahnya. Ia tidak bisa menceritakan apa yang ia alami kepada ayahnya, pemilik kedai kwetiau, karena ayahnya bukanlah ayah yang menyenangkan. Ching-Ching tidak mampu memahami perubahan sikap ayahnya semenjak kematian ibunya karena kanker. Di rumah, ia bukanlah ayah yang hangat, sementara di kedainya, ia adalah manusia yang dengan mudah bisa tertawa bersama stafnya.

Dua Sisi. Novelet satu-satunya dalam koleksi ini mengambil latar New York City sekitar runtuhnya menara kembar WTC yang mengguncangkan dunia. Apa yang terjadi, seperti layaknya sebuah peristiwa, paling tidak menimbulkan dua sisi penafsiran. Bagi Aysha, seorang gadis asal Beirut, para korban memang layak mendapat hukuman akibat ulah Amerika menciptakan kebinasaan di tempat asalnya. Bagi Andari Maimar, untuk alasan apapun, kekekerasan tidak bisa mendapatkan dukungan. Keduanya bertemu di antara reruntuhan menara kembar, saling melontar pendapat mengenai peristiwa mengenaskan yang baru terjadi. Diam-diam Aysha mengakui, dengan sikapnya, lelaki Indonesia itu telah membebaskan dirinya dari belenggu yang selama ini melilit dirinya terkait dengan impiannya mengenai dunia yang lebih baik. Tetapi, ketika Aysha menghilang setelah melewatkan malam percintaan membara dengan Andari, Andari berhadapan dengan kejutan yang sulit diterima nalar.

Ruang Tunggu. Kendati dilahirkan dalam keluarga Katolik dan pada masa kecil biasa pergi ke gereja, Nina Handoko pada umur 57 tahun, tidak percaya Tuhan lagi. Baginya hanya anak kecil yang percaya Tuhan, sehingga bahkan, di saat putus asa, ia tidak pernah ingat untuk mencari Tuhan. Tetapi, tentu saja, sebelum ia mendengar vonis yang disampaikan dokter bahwa sebenarnya, jantungnya berlubang. 

Luka. Dikisahkan menggunakan perspektif orang kedua, cerpen ini dituturkan oleh seorang terapis pijat refleksi yang menyilih pekerjaan yang biasa dilakoni terapis lain bernama Su. Sementara memijat kliennya, seorang perempuan, si terapis menemukan kaki kiri dengan sebuah jari yang hilang. Anehnya, si terapis menganggap cacat itu sesuatu yang indah, dan menyukainya.

Suami-Istri. Pada hari ulang tahunnya yang ke-56, seorang istri mendapatkan kejutan yang amat romantis dari suaminya, seuntai kalung emas yang diletakkan di dasar gelas sampanye. Mereka tampak bahagia, padahal selama 32 tahun menikah tidak memiliki keturunan untuk sebab yang tidak jelas. Padahal, si suami kerap terlibat dalam hubungan seks ekstramarital dengan perempuan lain. Di atas ranjang, menjelang pagi, setelah sempat bercinta, si suami diguncang penasaran: apakah istrinya pernah juga terlibat dengan pria lain?

Di Balik Sebuah Tatapan. “Nyaris semua kejadian penting dalam hidupku dimulai, dan diakhiri, dengan sebuah tatapan,” begitu kata Tri, perempuan hamil di luar nikah. Saat Krisna, mantan tunangannya mencampakkannya sebulan sebelum mereka menikah, Krisna menatapnya lekat. Demikian juga saat dua bulan kemudian, Tri memberi tahu Krisna kalau ia sedang hamil anaknya. Kali ini Tri yang menatap Krisna, hingga Krisna menangis seperti anak kecil. Maklum, Krisna seorang homoseksual.

Tawa Elisa. Johan adalah suami dan ayah satu orang anak, tetapi melibatkan diri dalam perselingkuhan dengan seorang pelacur, Elisa. Johan susah untuk melepaskan Elisa, karena seperti pengakuannya, tawa Elisa seperti kanabis dan afrodisiak baginya.

Sekali Seumur Hidup. Dalam hidupnya sebagai anak seorang perempuan keraton yang meninggalkan Yogyakarta gara-gara mengandung anak haram, Edi menyaksikan perjalanan nasib gadis tetangganya, Vitta. Gadis remaja yang lebih muda lima tahun darinya berayahkan pejabat dan beribukan perempuan yang mati gantung diri karena kepergok berselingkuh dengan anak buah ayahnya. Ditinggal mati ibunya, Vitta terseret arus mesum yang sama dan hamil di luar nikah.

Obsesi. Obsesi adalah permainan yang tak ada habisnya. Demikian juga obsesi seorang (mantan?) dokter yang didiagnosis mengidap manik depresif ringan. Ia mencintai Kemarau, wanita tercantik yang pernah hadir dalam hidupnya, tetapi cintanya membuat Kemarau melaporkannya ke polisi atas dasar gangguan jiwa.

Maggie, dengan cara berkisahnya yang cerdas dan tidak pernah terseret menghambur-hamburkan kata secara percuma karena memang tidak perlu, benar-benar mampu menjadi perancang vignet, yang dalam keheterogenannya selalu menggugah untuk disimak. Mungkin, melalui serangkaian vignet ini, kita akan terpaksa menemukan wajah kita berada di antaranya. Wajah yang sengaja digurat Maggie untuk lebih memahami siapa diri kita sebenarnya, sebagai manusia.

Balada Ching-Ching (dan Balada Lainnya) adalah koleksi kedua Maggie Tiojakin setelah koleksi berbahasa Inggris, Homecoming (And Other Stories). Dan memang, beberapa cerpen dalam koleksi ini sebelumnya ditulis dalam bahasa Inggris dan dimuat dalam media internasional. Apa Yang kamu Lihat di Kartuku, Sayang?, salah satu cerpen di sini, akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Burning the Cards.

Saya percaya pada tahun-tahun mendatang, Maggie akan tampil lebih banyak lagi, mengumpulkan sejumlah wajah, yang ia pungut dari belantara kehidupan, untuk dipindahkan ke dalam vignet kehidupan, di mana kita bisa menyaksikan kehidupan kita berkelebat di dalamnya.
 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan