12 February 2012

Chicken With Plums



Judul Buku : Chicken With Plums 
Pengarang : Marjane Satrapi (2004)
Penerjemah : Tanti Lesmana
Tebal: 88 hlm; 16 x 23,5 cm
Cetakan: 1, Oktober 2008
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama






Nasser Ali Khan Memutuskan Mati







Ayam dengan buah plum (chicken with plums) adalah masakan ayam dengan buah plum, bawang saus karamel, tomat, kunyit, dan saffron yang biasanya disajikan dengan nasi. Masakan ini merupakan menu favorit Nasser Ali Khan -karakter utama novel grafis karya Marjane Satrapi -yang dikenal sebagai salah satu musisi tar (alat musik Iran).

Sesungguhnya, novel grafis ini merupakan kenangan akan paman buyut Marjane Satrapi (Marji), yang berna ma Nasser Ali Khan Satrapi. Terutama kenangan delapan hari terakhir hidupnya di bulan November 1958. Marji memulai ceritanya sekitar bulan September 1958 saat Nasser Ali hendak membeli tar baru untuk  mengganti tar kesayangannya yang patah. Sebelum tiba di toko Mirza, ia bertemu seorang perempuan dengan anak kecil laki-laki -yang menyapa si perempuan dengan panggilan 'nenek'- di jalan. Nasser mengira mengenal perempuan itu dan bernama Irane. Tapi si perempuan mengatakan bahwa ia tidak ingat pernah mengenal Nasser Ali.

Tar yang dibeli dari Mirza ternyata tidak memberikan kepuasan baginya. Maka atas anjuran Manucherhr, Nasser Ali pergi ke Mashad untuk membeli tar Yahya -tar yang dinilai setara dengan biola Stradivarius). Setelah mengeluarkan uang sebanyak 2000 Touman untuk sebuah tar Yahya, Nasser Ali tetap tidak  merasa puas. Tidak ada tar lain yang bisa memberinya kebahagiaan seperti yang diberikan tar kesayangannya. Nasser pun memutuskan berbaring di tempat tidurnya untuk mati. Nasser Ali Khan, sang musisi tar terbaik Iran, meninggal pada tanggal 22 November 1958, persis sebelas tahun sebelum pengarang Chicken With Plums dilahirkan (Marji dilahirkan pada 22 November 1969). Nasser Ali dimakamkan di samping ibunya.

Tar

Setelah adegan pemakaman Nasser Ali, Marji melakukan kilas balik, menceritakan apa yang terjadi sejak tanggal 15 November sewaktu Nasser Ali mengurung diri di kamarnya menunggu mati. Selama masa mengurung diri, beberapa orang masuk ke dalam kamarnya dan membawa masa lalunya ke permukaan (oleh Marji, digambarkan menggunakan latar belakang hitam). Ia menyayangi Farzaneh dan membelikannya sandal kulit pink yang menjadi sumber kemarahan Nahid. Ia selalu kalah pamor dibanding Abdi, adiknya. Ia tidak mencintai Nahid yang telah mencintainya sejak berusia 8 tahun. Ia pernah mencintai putri pemilik toko jam, tapi lamarannya ditolak. Ia belajar tar kemudian menikahi perempuan yang tidak dicintainya. Akhirnya, ia menjadi dekat dengan ibunya yang meninggal mendahuluinya setelah menghabiskan 3 lusin rokok. 
 
Pada hari kedelapan, semua cerita berpadu membentuk alur hidup Nasser Ali yang ternyata berpotensi depresi. Sebuah kisah yang tidak membahagiakan tentang seorang laki-laki yang hidup kurang bahagia dalam kata-kata dan ilustrasi hitam-putih. Tapi keseluruhannya menarik dan diolah dengan  cara yang menyentuh hati dengan tidak menanggalkan sisi humornya. Simak misalnya pada hari kelima tatkala Nasser Ali terkenang ibunya yang telah meninggal dan menyadari ada yang berdoa agar ia tetap hidup. Ternyata Nasser Ali salah mengira. Anda tidak hanya akan didorong untuk merasa terenyuh, tapi juga akan dibuat tersenyum. Ada Nasser Ali, penggemar Sophia Loren, yang membayangkan menyantap Ayam dengan Buah Plum sembari  berasyik masyuk dengan sang aktris. Mozaffar yang kentut di hadapan ayahnya., hidup dengan keluarganya di Amerika Serikat dan menghadapi masalah kegemukan anak perempuannya, Katya. Ibu Nasser Ali yang memiliki prinsip "Rokok adalah makanan untuk jiwa" dan meninggal dalam keadaan terselubung awan asap tebal. Kisah malaikat maut tentang peristiwa pengambilan nyawa Mr. Ashoor. Mustahil kedua sudut mulut Anda tidak melebar!

Dalam mengisahkan kehidupan Nasser Ali, Marji tidak hanya menggunakan kilas balik. Dua kali ia bercerita tentang peristiwa yang terjadi lama setelah Nasser Ali meninggal. Pada hari pertama Nasser Ali mengurung diri, Marji mengisahkan kunjungannya ke Teheran dengan ibunya untuk bertemu Farzaneh. Pada hari keempat, Marji menceritakan kehidupan Mozaffar dan keluarganya di masa depan.

Ada pertanyaan yang tergelitik untuk diajukan: siapakah anak laki-laki yang bersama perempuan yang bertemu dengan Nasser Ali Khan di awal cerita? Apakah ia cucu si perempuan mengingat ia memanggil 'nenek' kepada si perempuan? Setelah usai membaca buku ini, ternyata bisa diketahui jika usia si perempuan kurang lebih sama dengan Nasser Ali. Maka, heranlah saya jika anak laki-laki itu adalah cucu si perempuan. Sebab, dikisahkan kalau Nasser Ali belum menjadi 'kakek'. 



Novel grafis hitam putih yang berjudul asli Poulet aux prunes ini pertama kali terbit dalam edisi Prancis tahun 2004 dan diiikuti edisi Inggrisnya pada tahun 2006. Karya penulis yang menetap di Prancis dan telah menulis beberapa buku anak-anak ini memenangkan Best Album Award (Prix du Meilleur Album) pada Angoulême International Comics Festival pada tahun 2005.

Selain Chicken With Plums, Marji yang adalah kontributor rutin berbagai majalah dan surat kabar di berbagai negara telah membukukan memoarnya sebagai novel grafis, Persepolis: The Story of a Childhood dan Persepolis 2: The Story of a Return. Novel grafisnya yang berjudul Embroideries (Broderies, 2003) telah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan judul Bordir (2006).

 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan