13 February 2012

Emmy and the Incredible Shrinking Rat


Judul: Emmy and the Incredible Shrinking Rat
Pengarang: Lynne Jonnel (2007)
Penerjemah: Maria M. Lubis
Tebal: 341 halaman
Cetakan 1, Juni 2010
Penerbit: Atria
 

Emmaline Augusta Addison meyakini bahwa: "Tindakan paling  jahat di dunia adalah mengabaikan seseorang," karena, "Itu membuat seseorang merasa bahwa dia tidak benar-benar ada" (hlm. 17). Di usia hampir 11 tahun, Emmy –begitu ia dipanggil, kecuali oleh pengasuhnya—telah menjadi korban kejahatan itu, di rumah dan sekolah.

Sebelum tinggal di rumah tua besar di tepi Danau Grayson, Jim dan Kathy Addison adalah orangtua yang baik dan sangat memedulikan putri mereka. Namun, setelah secara mengejutkan menerima warisan dari William Addison, mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan bepergian dan menghadiri berbagai pesta. Mereka sering tidak berada di rumah, dan jika pulang, Emmy tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan mereka.

Jane Barmy, pengasuh Emmy—kepada siapa kehidupan Emmy dipercayakan orangtuanya—sangat ketat soal waktu. Tidak hanya waktu bersama orangtuanya, juga waktu keseharian Emmy. Sehabis jam sekolah, Emmy mesti mengikuti seabrek les—balet, bahasa Prancis, senam lantai, keramik, dansa tap, teater kecil, tenis, dan menenun keranjang. Meskipun kewalahan, Emmy menuruti jadwal yang disusun Barmy. Demi untuk menjadi yang terbaik, karena di mata Barmy, Emmy tahu, dia belum yang terbaik. Sayangnya, sudah bertekun menjadi yang terbaik, Emmy tetap diabaikan. Di sekolah, tidak ada yang menyadari kehadirannya, guru ataupun teman sekelas. Tidak mengherankan jika akhirnya ia merasa kesepian. Sampai akhirnya, seekor  tikus yang dikurung dalam kandang di kelas, menggigitnya.

Gigitan  pertama membuat Emmy bisa mendengar si Tikus bicara. Sadarlah Emmy kalau  tikus bernama Ratson itu adalah tikus bawel yang arogan dan temperamental. "Tidak ada yang menyukaimu, tidak ada yang membencimu, tidak ada juga yang memedulikanmu. Kau adalah nol besar, jika kau bertanya kepadaku, " kata Ratson (hlm. 5). Dan penyebab kemalangan Emmy, menurut Ratson, karena Emmy 'terlalu baik' —tidak sama dengan citra diri yang Emmy bangun. "Sedikit kejahatan bagus bagi jiwa seseorang. Aku sangat merekomendasikannya."  (hlm. 6).

Bagaimanapun hanya Ratson yang menyadari keberadaan Emmy dan mau bicara dengannya, jadi Emmy tidak sakit hati. Bahkan, ia  terdorong membebaskan Ratson yang merasa tidak adil dikurung. Begitu bebas, tikus tidak tahu berterima kasih itu segera minggat, tidak mau berlama-lama dengan Emmy.  Anehnya, Emmy menemukan Ratson berada di toko Tikus Antik, yang menjual dan menyewakan binatang pengerat berbakat langka. Emmy baru menyadari kekeliruannya saat Cheswick Vole, pemilik toko itu, memperlihatkan ketertarikan yang besar. Apalagi kemudian, dalam kondisi memelas, Ratson muncul di rumahnya mencari suaka. Tidak lama setelah kemunculan Ratson kembali, Emmy mendapatkan gigitan kedua.

Kali ini, tubuh Emmy menciut sebesar Ratson. Sebelumnya, Joe Benson, teman sekelas yang pertama menyadari kehadiran Emmy, telah mendapatkan dua kali gigitan. Bersekutu, Emmy, Joe, dan Ratson memutuskan mencari jawaban penyebab kemalangan Emmy.

Di dalam pencarian, mereka bertemu Sissy yang adalah antidot Ratson; Tikus Sayang, si cantik berhati mulia;  Brian, penjaga Tikus Antik yang baik hati;  Mrs. Bunjee, tupai tanah penuh kasih beranak dua, Buckram dan Chipster; Maxwell Capybara, profesor binatang pengerat pengidap ratolepsy yang tubuhnya juga menciut.

Mereka semua berpadu dalam novel yang diwarnai kisah Kota Binatang Pengerat, cetakan kaki chinchilla, pemainan bola cakar (pawball), karaskop, aroma celurut yang menyebabkan lupa; ekstrak gerbil yang melipattigakan usia, dan  minyak berang-berang yang bisa mengendus kebohongan.

Memasuki situasi genting, Emmy mendapatkan gigitan ketiga. Mujurnya, setelah gigitan kedua yang membuat tubuhnya menciut, Emmy sempat dinormalkan. Celaka baginya kalau mendapatkan gigitan ketiga dan belum dinormalkan. Emmy akan mengetahui efek gigitan ketiga ini, kala secara paripurna, ia menyadari penyebab pengabaian dirinya, dan berjuang untuk mematahkannya.

Emmy and the Incredible Shrinking Rat (2007) adalah novel pertama Lynne Jonell, pengarang cewek Amerika asal Minnesota—sebelumnya telah menerbitkan buku bergambar. Novel yang memenangkan Minnesota Book Award ini merupakan buku pertama serial Emmy Addison. Menyusul Emmy and the Incredible Shrinking Rat, Jonell telah menerbitkan Emmy and the Home for Troubled Girls (2008) dan sedang mempersiapkan penerbitan buku ketiga, Emmy and the Rats in the Belfry (2011).

Seperti mayoritas fiksi anak-anak, novel ini memakai resep yang seolah sudah kemestian, yaitu kebaikan yang akan selalu memperoleh sokongan demi menaklukkan kejahatan. Meskipun demikian, Emmy and the Incredible Shrinking Rat tidak terperangkap menjadi kisah stereotipikal yang gampang ditebak. Jonell menampilkan dirinya sebagai pengarang dengan kecerdikan yang mampu menyihir pembaca untuk tidak berhenti hingga novel ditamatkan. Ia menggerakkan ceritanya dalam alur yang dikemas apik, dilengkapi kejadian sarat humor dan kejutan yang dipersiapkan  penuh perhitungan. Selera humor pengarang tidak hanya tampak dalam cerita, tetapi juga dalam dialog-dialognya.  Percayalah, sebelum pembaca sempat bosan, novel kocak ini telah disudahi dengan pamungkas yang akan membuat pembaca bersorak.

Tidak terbantahkan lagi kalau di antara berbagai karakter hewan yang ada, Raston yang paling menarik. Tikus ini banyak memuntahkan kalimat yang membuat Emmy tergelitik untuk berdebat. Salah satu bagian yang menarik—tak disangsikan lagi merupakan kritik Jonell—adalah saat mereka berdebat tentang 'yang biasa-biasa saja' setelah Ratson tidak mampu memahami 'kebodohan' tupai dan bajing (hlm. 69-70).

Raston: Mungkin aku tidak dididik dengan benar. Mungkin Teacher's Tattle benar—sekolah-sekolah di Amerika seharusnya memberikan lebih banyak lagi pelajaran bahasa. Bagaimana aku bisa menjadi bintang, seekor tikus dengan pencapaian tinggi, jika aku tak pernah mempelajari bahasa Tikus?"
Emmy: Tidak ada yang berharap kau lebih dari sekadar tikus biasa, sejauh yang kuketahui.
Raston: Dan apakah kau bertekad untuk hanya menjadi seorang anak perempuan yang biasa-biasa saja?
Emmy:  Aku tak keberatan menjadi biasa-biasa saja.
Raston: Dan itu, adalah suatu kekurangan lain dalam sistem sekolah di Amerika. Ekspektasi yang rendah. Menghasilkan—dirimu sebagai contoh yang baik—anak-anak yang membosankan, yang biasa-biasa saja. Oh, memalukan ….

Memang Emmy and the Incredible Shrinking Rat lebih ditargetkan untuk pembaca anak-anak, namun amat penting dibaca orangtua. Terkadang, orangtua menaruh ekspektasi menjulang pada anak-anak untuk menjadi manusia unggulan dengan melibatkan mereka dalam berbagai aktivitas. Para orangtua lupa jika anak-anak juga memiliki keinginan menikmati masa anak-anak, yang hanya sekali terjadi. Kendati motivasinya culas, Jane Barmy memaksa Emmy mengikuti segala macam les sepulang sekolah. Sahabat Emmy, Joe Benson, dipaksa ayahnya untuk terus berlatih sepakbola. Jeritan hati Joe dituangkannya dalam puisi berjudul 'Untuk Ayah"  (hlm. 91).

Aku selalu berlatih keras
Bahkan saat hujan deras
Juga setiap hari pada musim dingin
Bisakah Ayah membolehkan aku—hanya
bermain?

Tidak perlu diragukan lagi Emmy and the Incredible Shrinking Rat (Emmy dan Tikus Penciut yang Menakjubkan) sungguh novel yang layak disantap. Setiap gigitan, akan membuat Anda termehek-mehek. Sedaaap.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan