14 July 2013

Liesl & Po





Judul Buku: Liesl & Po
Pengarang: Lauren Oliver (2011)
Ilustrasi: Kei Acedera
Penerjemah: Prisca Primasari
Tebal: 320 hlm
Cetakan: 1, April 2013
Penerbit: Mizan





Liesl Morbower ingin mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya, tapi sangat sulit baginya untuk mendapatkan kesempatan itu. Berbulan-bulan lamanya, Augusta Hortense Varice-Morbower -ibu tirinya, mengurungnya dalam kamar di loteng rumah 31 Highland Avenue. Liesl tidak bisa mendampingi ayahnya saat ayahnya mesti dirawat di rumah sakit, dan tidak bisa menyaksikan saat ayahnya mengembuskan napas terakhir. Bahkan, tanpa perlu mengonfirmasikan pada Liesl, Augusta memutuskan untuk mengkremasi jenazah Henry Morbower. 

Augusta mengurung Liesl karena ingin menguasai harta yang diwariskan ayah Liesl. Setelah kematian Henry Morbower, Vera Varice, putri kandungnya, berpura-pura menjadi Liesl, sehingga perempuan dengan wajah berkutil itu bisa merampok warisan Liesl. Augusta memang telah merancang kejahatannya sejak menikahi Henry Morbower. Awalnya dengan memaksa Henry untuk meninggalkan Pondok Merah, rumah tempat tinggal keluarga Morbower yang dibangun di dekat kolam dengan sebatang pohon dedalu di Gainsville. Setelah tinggal di Dirge, sedikit demi sedikit ia mulai meracuni ayah Liesl sampai akhirnya laki-laki itu menemui ajalnya. 
Di antara kilaunya yang mungil serta lembut, kepala Liesl tiba-tiba muncul.

Pada malam ketiga setelah kematian ayahnya, Liesl melihat hantu. Po -nama hantu itu, yang tidak jelas dulunya anak laki-laki atau perempuan, muncul bersama Bundle, hantu binatang, yang juga tidak jelas kucing ataukah anjing. Dengan kemampuan bisa mondar-mandir dari Dunia Nyata ke Dunia Lain, Po meninggalkani Dunia Lain untuk mencari tahu penyebab Liesl berhenti menggambar. 

Karena tahu ayahnya sudah berada di Dunia Lain, Liesl minta pertolongan Po untuk menyampaikan pesannya kepada sang ayah kalau sebenarnya Liesl merindukannya. Secara kebetulan, Po memang bertemu Henry Morbower di Dunia Lain. Selain merindukan Liesl, Henry juga merindukan sebuah kolam dengan sebatang pohon dedalu yang tumbuh di tepiannya. Di sanalah istri pertamanya dan ibu Liesl dimakamkan. Henry ingin kembali ke sana untuk berbaring di sisi istrinya. Mendengar pesan ayahnya dari Po, Liesl segera tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus membawa kotak abu ayahnya dan memakamkan di bawah pohon dedalu. Dan untuk itu, ia membutuhkan bantuan Po untuk minggat dari loteng.

Pada malam ketiga setelah ayahnya meninggal, Liesl melihat hantu.

Sementara Liesl berkenalan dengan Po, Will, murid sang Alkemis, sedang melaksanakan tugas yang disuruh gurunya. Seperti biasa, ia melewati 31 Highland Avenue, sekadar untuk melihat wajah Liesl di jendela loteng. Setelah pertama kali melihat wajah Liesl, Will memang tidak mampu menepis kekagumannya pada Liesl -yang tentu saja tidak mengetahuinya. Kebahagiaan selalu dirasakannya karena ia yakin Liesl akan memanggil nama aslinya, tidak seperti sang Alkemis yang memanggilnya dengan nama-nama seperti Tak Berguna, Tak Punya Harapan, Muka Lendir atau Ingusan. Malam itu, malam ketiga setelah Henry Morbower meninggal, Will melakukan kesalahan. Kotak berisi sihir yang mampu membangkitkan orang mati dan mengembalikan yang tua menjadi muda pesanan Lady Premiere tertukar dengan kotak berisi abu ayah Liesl. 

Kebetulan, keruwetan; kesalahan polos dan keteledoran. Dari semua ini lahirlah sebuah cerita.  (hlm. 42).

Will meletakkan kotak sihir itu di meja...

Setelah lima tahun meninggalkan panti asuhan dan hidup dalam kebencian, kekecewaan, terhina, dan tanpa harapan, Will pun memutuskan meninggalkan Dirge. Dalam pelariannya, Will bertemu Liesl, Po, dan Bundle. Berempat mereka melakukan perjalanan menuju Pondok Merah dengan mengandalkan kenangan-kenangan Liesl.

Sebagaimana sudah bisa ditebak, perjalanan mereka tidak akan mudah. Sang Alkemis yang merasa kecolongan, Lady Premiere yang tidak bisa meredakan ambisi menguasai dunia, Augusta yang ketakutan belangnya akan terungkap, tidak akan membiarkan Liesl dan teman-temannya merealisasikan kerinduan ayah Liesl.

Tanpa mengetahui permasalahan sebenarnya, Mo -penjaga town house milik Lady Premiere- dengan Lefty, kucingnya, ikut-ikutan terseret ke dalam perjalanan menuju Pondok Merah. Demikian pula perempuan tua yang membawa tongkat yang dijumpai Liesl di kereta api dan polisi bertubuh besar yang dipaksa perempuan tua itu untuk mengikutinya. Juga seorang pencuri yang mengira saat perubahan hidupnya sudah tiba dengan kemunculan Liesl. Kecuali tiga orang yang disebut terakhir, para tokoh penting dalam novel Liesl & Po karya Lauren Oliver dimunculkan dalam ilustrasi sampul. 

Saat ini, kisah fantasi dengan tokoh utama anak-anak bukan lagi sesuatu yang menarik bagi saya. Sama sekali tidak ada ekspektasi yang tinggi untuk mendapatkan kisah yang mencuri perhatian ketika memutuskan membaca Liesl & Po. Tapi lama kelamaan, saya ternyata menyukai novel ini, dan agak sulit melepaskan sebelum tamat. Oliver berhasil meracik sebuah kisah fantasi dengan elemen petualangan untuk segala usia dalam nuansa klasik yang imajinatif. Petualangan mendebarkan dalam novel ini berjalan bersama dengan kisah persahabatan, cinta seorang anak kepada orangtuanya, kebaikan hati, ketamakan, ambisi sesat, kenangan, kebebasan, dan kematian. Mendekati bagian pamungkas, berbagai kejutan diungkapkan untuk melengkapi apa yang sedikit demi sedikit dimunculkan pada bagian-bagian sebelumnya. Kejutan paling keren tentu saja adalah efek yang ditimbulkan oleh sihir yang diramu sang Alkemis. Tidak ketinggalan adegan-adegan yang sengaja dirancang untuk melahirkan senyum dan tawa. Meskipun sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi di bagian pamungkas, cara Oliver menuntaskan kisahnya sangat memikat dengan tetap meninggalkan pertanyaan yang jawabannya mesti diimajinasikan sendiri oleh pembaca. Bagaimanapun, akhir bahagia tetap tidak akan menjadi milik para tokoh antagonis.  

Seting tempat dan waktu novel ini tidak dijelaskan dengan gamblang. Agaknya dimaksudkan berlokasi di negara Eropa seperti Inggris. Sedangkan waktu kejadiannya adalah akhir 1880 sampai awal 1900, kalau berpedoman pada Studio Gray yang dimulai sejak 1885 (hlm. 34). Yang jelas digambarkan Oliver adalah kondisi alam saat kejadian dalam novel berlangsung. Saat itu matahari sudah tidak muncul hampir lima tahun, dunia berwarna kelabu monoton diliputi awan-awan abadi, dan musim dingin berkepanjangan. Kondisi alam yang menyedihkan ini bisa dihubungkan dengan apa yang dialami Liesl semenjak meninggalkan Pondok Merah dengan kolam dan pohon dedalunya. Itulah sebabnya, perubahan signifikan dalam hidup Liesl setelah meninggalkan loteng akan terjadi bersamaan dengan perubahan kondisi alam (yang tidak akan saya jabarkan di sini). 

Semua karakter (manusia) utama dirancang dengan baik, hitam-putih, sesuai dengan tuntutan kisah fantasi yang mengandalkan karakter anak-anak. Yang jahat seperti Augusta dan sang Alkemis akan membuat gemas (dan tentu saja akan mendapatkan ganjarannya) dan yang baik seperti Liesl dan Will membuat kita berpihak (dan akhirnya mengalami kebahagiaan). Karakter Po yang suka menggerutu dan mudah tersinggung paling mengundang perhatian karena ia adalah sesosok hantu. Meskipun akhirnya mengungkapkan nama asli dan gendernya di bagian pamungkas, kehidupan Po sebelum memasuki Dunia Lain tidak banyak diungkap Oliver. Masa lalu Po hanya dimunculkan sekelebatan lewat memori yang tiba-tiba mengambang dalam permukaan ingatannya (hlm. 88 dan 99). Selain Po, karakter menarik lainnya adalah Mo yang dikisahkan memiliki hati yang besar dan luas tapi berotak kecil dan lembek. Agak bodoh tapi sangat baik hati. Ia mudah tergerak untuk membantu orang lain sekalipun baru saja dijumpainya. Terseretnya Mo dalam petualangan Liesl, Po, dan Will disebabkan ia ingin mencari Will untuk memberikan topi dengan penutup telinga kepada anak itu. Kebesaran dan keluasan hati inilah yang menjadi salah satu pesan indah dalam novel ini sehingga Oliver harus menyatakan:

(Dan sungguh, inilah inti dari segalanya, karena jika kau tak percaya bahwa hati bisa mengembang secara tiba-tiba, dan cinta bisa merekah layaknya bunga bahkan di tempat yang paling keras, aku takut kau akan mendapati jalan yang panjang, gersang, dan tandus, dan kau akan kesulitan menemukan cahaya.
Tapi jika kau percaya, berarti kau telah memahami segalanya tentang sihir.) (hlm. 315). 





Tentang Pengarang

Lauren Oliver dalam Catatan Penulis (hlm. 318) menyatakan kalau Liesl & Po adalah buku paling personal yang telah ditulisnya. Liesl & Po telah mendapatkan penghargaan seperti ABC Best Book for Children (2011), Kirkus Best Books of the Year (2011), Washington DC's Capitol Choices 2012 Noteworthy Book for Children and Teens, dan Amazon Best Book of the Month pada Oktober 2011. Selain Liesl & Po (2011), Lauren Oliver yang terlahir dengan nama Lauren Schechter telah menerbitkan Before I Fall (2010), trilogi Delirium -yang terdiri dari Delirium (2011), Pandemonium (2012), dan Requiem (2013)- dan The Spindlers (2012). Ia juga menulis novela untuk melengkapi trilogi Delirium-nya yaitu Hana (2012), Annabel (2012), dan Raven (2013). 

 

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan