31 December 2012

The Time Keeper

Judul Buku: The Time Keeper
Pengarang: Mitch Albom (2012)
Penerjemah: Tanti Lesmana
Tebal: 312 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Oktober 2012

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
 


Hanya manusia yang mengukur waktu.
Hanya manusia yang menghitung jam.
Itu sebabnya hanya manusia yang mengalami ketakutan hebat yang tidak dirasakan makhluk-makhluk lainnya.
 

Takut kehabisan waktu 
(hlm. 17).

 
 
Dor, karakter sentral dalam novel The Time Keeper (Sang Penjaga Waktu) karya Mitch Albom adalah Father Time. Disebut Father Time karena Dor yang melakukan pengukuran waktu pertama kali sejak dunia diciptakan. Ia yang menemukan jam matahari, menciptakan jam mula-mula dan kalender pertama. Sebelum membangkitkan murka Tuhan, Dor adalah manusia biasa yang ditakdirkan mati sebagaimana manusia lainnya. Tapi ketika Alli, istrinya, meninggal dunia, Dor bertekad menghentikan perputaran waktu. Sebuah kehendak yang melampaui batas yang membuatnya terperangkap ke dalam sebuah gua selama ribuan tahun dan tidak pernah bertambah usia. Telah ditetapkan, Dor akan hidup di dalam gua hingga misinya dijalankan. Dan sementara berada di dalam gua, ia akan mendengar suara-suara yang melayang dari sebuah kolam di pojokan gua. Suara-suara manusia di Bumi terkait dengan Waktu.
 
Ia juga mendengar dua suara, yaitu suara Sarah Lemon, gadis tujuh belas tahun, siswa tahun terakhir SMA yang lagi jatuh cinta, dan suara Victor Delamonte, orang terkaya keempat belas di dunia yang mengidap kanker dan mengalami kerusakan ginjal. 
 
"Ingat ini selalu: Ada alasannya mengapa Tuhan membatasi hari-hari manusia. Tuntaskan perjalananmu, dan kau akan mengerti," kata lelaki tua yang menjumpai Dor setelah enam ribu tahun berlalu (hlm. 117).
 
Maka, Dor pun dikembalikan ke bumi sambil membawa jam pasirnya untuk menjalankan misi yang telah ditetapkan baginya. Ia bekerja di sebuah toko jam di Lower Manhattan, New York City, tepatnya di Satu-Empat Puluh-Tiga Orchard. Di sinilah ia akan bertemu dengan Sarah yang hendak membeli jam tangan untuk pemuda yang dicintainya dan Victor yang akan membeli jam saku untuk menyertai keabadiannya. Kedua manusia inilah yang menjadi target misi Dor. Sarah yang menginginkan terlalu sedikit waktu akan berniat mengakhiri hidupnya, sedangkan Victor yang menginginkan terlalu banyak waktu bermaksud memanfaatkan teknologi krionika untuk membuatnya imortal. 
 
Apa yang akan dilakukan Dor kepada Sarah dan Victor? Berlomba dengan waktu yang sulit sepenuhnya dihentikan, Dor mesti mengajari keduanya untuk memahami pentingnya waktu. Ia harus berhasil, karena keberhasilannya akan membukakan jalan pada penebusan kesalahannya di masa lalu. Sejalan dengan itu, Dor sendiri akan belajar mengenai alasan Tuhan untuk membatasi hari-hari manusia. 
 
Ada sebabnya Tuhan membatasi hari-hari kita.

Supaya setiap hari itu berharga. (hlm. 288).

Seperti yang disebutkan Mitch Albom di bagian epilog, The Time Keeper adalah kisah tentang makna waktu. Kita sangat mengenal kata "waktu" dan kerap melahirkan berbagai ungkapan terkait waktu. Mitch Albom menyebutkan contoh-contohnya. Merintang-rintang waktu, menghabiskan waktu, membuang-buang waktu, membunuh waktu, kehilangan waktu, sudah waktunya, diburu waktu, menghemat waktu, tepat waktu, mengatur waktu, mengulur-ulur waktu. Ungkapan-ungkapan ini, menurut kisah Mitch Albom, tidak pernah ada sebelum Sang Penjaga Waktu mulai menghitung waktu. Padahal, "Begitu kita mulai menghitung waktu, kita kehilangan kemampuan untuk merasa puas," kata Dor (hlm. 290). "Selalu ada pencarian untuk mendapatkan lebih banyak menit, lebih banyak jam, kemajuan lebih cepat untuk menghasilkan lebih banyak setiap harinya. Kebahagiaan sederhana dalam menjalani hidup antara dua matahari terbit tidak lagi dirasakan... Segala sesuatu yang dilakukan manusia masa kini supaya efisien, untuk mengisi waktu. Itu tak bisa memberikan kepuasan. Justru membuatnya lapar untuk berbuat lebih banyak. Manusia ingin memiliki eksistensinya. Padahal tak seorang pun bisa memiliki waktu."

Kesimpulan dari pembacaan The Time Keeper adalah kita harus menghargai waktu yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Seberapa panjang hari-hari yang diberikan dalam kehidupan kita, tetap harus dijalani dengan penuh rasa syukur, dan tidak perlu dipertanyakan. 
  
Ditulis indah serupa dongeng, bermuatan tema yang unik dan mencerahkan, The Time Keeper yang kisahnya berpuncak di malam Tahun Baru, adalah bacaan yang cocok untuk menyongsong Tahun Baru. Maka marilah kita bersyukur untuk waktu yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. 


***



Catatan:
Menurut tradisi, pembangunan menara Babel digagas oleh Nimrod. Alkitab mencatat nama Nimrod sebagai salah satu keturunan Nuh dari putranya, Ham. Alkitab sendiri tidak menyatakan kalau Nimrod yang menggagas pembangunan Menara Babel. Tradisi yang menyatakan Nimrod sebagai pembangun Menara Babel agaknya muncul karena menara Babel dibangun di tanah Sinear yang disebut Alkitab sebagai wilayah kekuasaan Nimrod.

Saya yakin yang dimaksud oleh Mitch Albom sebagai Nim dalam The Time Keeper adalah Nimrod. Nama Dor sendiri adalah Rod yang dibaca dari belakang. 




Father Time



* Novel ini dibaca dalam rangka posting bareng BBI khusus buku-buku Mitch Albom 31 Desember 2012


4 comments:

daneeollie said... Reply Comment

hadewh, saya slalu mnunda2 sesuatu smpe akhirnya mrasa dkjar2 waktu *worried*

Jody said... Reply Comment

Tahun 2013 tak lama lagi, masih ada kesempatan untuk berubah.... hehehehe

Selamat Tahun Baru, semoga 2013 lebih baik lagi :)

Anonymous said... Reply Comment

salam kenal
yang ini sepertinya lebih berbau dongeng ya.
kalau yang For One More Day lebih spiritual haha

Jody said... Reply Comment

salam kenal. betul The Time Keeper memang lebih berbau dongeng :)

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan