23 May 2012

The Devil's Whisper

Judul Buku: The Devil’s Whisper
Judul Asli: Majutsu Wa Sasayaku (1989)
Pengarang: Miyuki Miyabe
Penerjemah: Nadya Andwiani
Penyunting: Adi Toha
Tebal:416 hlm, 13 x 20 cm
Cetakan: 1, April 2012
Penerbit: Serambi


Gadis itu menggegas langkah dan mendengar orang di belakangnya ikut bergegas. Anehnya, ketika ia menoleh ke belakang, jalanan tampak kosong, tidak ada siapa-siapa. Tapi ia tahu sesuatu yang mengerikan akan terjadi, maka ia pun berlari menuju persimpangan lampu merah. Ia terus berlari tanpa mengindahkan lampu merah hingga sebuah taksi menabraknya.

Yoko Sugano, gadis itu, tewas tertabrak dan Toshio Asano, supir  taksi yang  lagi apes, ditetapkan sebagai tersangka. Seolah-olah memang sudah menemukan pihak bersalah, polisi mengabaikan penyelidikan. Didorong kondisi yang berpotensi merugikan pamannya, Mamoru Kusaka, remaja 16 tahun, memutuskan mengadakan penyelidikan. Apa yang ia temukan mengindikasikan bahwa kematian Yoko Sugano berkaitan dengan kematian dua gadis sebelumnya. Fumie Kato terjun dari atap apartemen sedangkan Atsuko Mita melompat ke atas rel  kereta api tepat di depan kereta yang tengah melaju kencang. Ketiga gadis yang mati ini pernah terlibat bisnis penipuan. Lebih jauh lagi, Mamoru menemukan jika ada satu gadis lagi yang hidupnya sedang  diancam kematian. Gadis itu adalah Kazuko Takagi yang masih berkutat dalam bisnis penipuan.

Seorang pebisnis kondang tergugah pada kemalangan yang menimpa keluarga Asano. Koichi Yoshitake, lelaki yang juga berasal dari Hirakawa seperti halnya Mamoru, mendatangi kantor polisi dan memperkenalkan diri sebagai saksi kasus penabrakan Yoko Sugano. Tindakan Yoshitake memang mengembalikan Toshio Asano ke rumah, hanya saja tidak menenteramkan hati Mamoru. Apalagi seorang yang pernah bekerja sama dengan keempat gadis penipu itu mendadak tewas dalam kebakaran rumah. Kemudian secara terang-terangan si pembunuh mengontak Mamoru. Maka Mamoru pun bersikukuh menyelamatkan keluarga pamannya sekaligus Kazuko Takagi yang keberadaannya tidak ia ketahui.

Selagi melibatkan diri dalam pembongkaran kasus pamannya, Mamoru masih harus menghadapi situasi buruk sebagai bagian dari keluarga dengan riwayat tercela. Dua belas tahun sebelumnya ayah Mamoru menghilang. Toshio Kusaka meninggalkan keluarga setelah menggelapkan dana masyarakat senilai lima juta yen. Kejadian itu membuat Mamoru terkucil dari lingkaran pergaulan teman sebaya di Hirakawa. Begitu berita kasus kecelakaan Yoko Sugano merebak, kondisi yang sama nyaris menggilasnya. 

The Devil’s Whisper adalah salah satu novel karya pengarang Jepang yang dikenal sebagai pengarang prolifik, Miyuki Miyabe. Selain novel ini, Miyabe yang menulis novel sejak umur 23 tahun telah menerbitkan lebih dari 40 novel. Beberapa novelnya telah mengalami ekranisasi, baik sebagai film layar lebar maupun film televisi. Pada 2011, The Devil’s Whisper yang berjudul asli Majutsu Wa Sasayaku, diekranisasi menjadi film televisi (Fuji TV) dengan Aoi Nakamura sebagai Mamoru Kusaka dan Kimura Yoshino sebagai Kazuko Takagi. 

Poster film:
Melalui novel ini Miyabe menunjukkan kepiawaian selaku penulis novel misteri kriminal  yang mampu menyita konsentrasi pembaca. Seiring perguliran plot, Miyabe terus mendorong pembaca untuk segera menamatkan novelnya. Kisah yang ia sajikan pun memiliki percabangan yang tampak tidak bertalian  tapi semakin ke belakang semakin menunjukkan keterhubungannya. Ketika keterhubungannya diungkap secara tidak terduga, yang diperoleh pembaca adalah kejutan menggetarkan.

Awalnya saya mengira kilas balik kehidupan Mamoru terkait dengan menghilangnya sang ayah akan menjadi digresi yang semata-mata ditambahkan demi menebalkan novel. Tapi saya keliru. Sebab, bila Mamoru misalnya, diposisikan sebagai anak kandung keluarga Asano dan tidak pernah ditinggalkan ayahnya, kemunculan si pebisnis kondang sebagai salah satu karakter penting tidak akan memberikan dampak semenggetarkan yang dihasilkan. Selain itu, jika Mamoru tidak diberikan masa lalu, si karakter antagonis tidak akan menyumbang secercah kebaikan untuk membantu Mamoru memahami masa lalunya. Dengan sendirinya, kejadian mengejutkan di depan kantor polisi di bagian pamungkas tidak akan pernah terjadi. Padahal kejadian ini merupakan salah satu bagian yang paling mencuri perhatian dalam novel ini.

Setiap Sabtu siang dan Minggu Mamoru bekerja di bagian buku sebuah pusat perbelanjaan. Hal ini dirancang Miyabe untuk mendekatkan Mamoru pada suasana yang menyebabkan empat kematian dalam novel. Untuk itu, Miyabe menyiapkan alasan yang memadai agar tujuannya tercapai. Sedangkan persahabatan Mamoru dengan seorang lelaki tua semasa masih di Hirakawa sengaja dikilasbalik guna memberikan kewajaran pada satu hal yang dilakukan Mamoru dalam penyelidikannya.

Semua kematian dalam novel ini dipicu oleh sesuatu yang tidak asing lagi dalam karya fiksi. Pembalasan dendam, itulah motif tindakan kriminal si penjahat. Sampai sejauh ini, saya belum pernah menemukan modus operandi seperti yang digunakan si karakter antagonis dalam novel-novel segenre. Miyabe sukses mengaransemen modus operandi ini menjadi bagian paling mentereng dalam novel.  

Kisah mengusik dengan judul menggoda yang diterjemahkan dengan baik dan disunting lumayan resik, menambah keasyikan menikmati novel ini. Hanya saja, saya kurang sepakat dengan penggunaan kata bocah –yang sebenarnya berarti anak kecil atau kanak-kanak- bagi seorang remaja berusia 16 tahun. Kecuali kata itu digunakan dalam konteks mengejek atau merendahkan, misalnya yang terdapat dalam perkataan si karakter antagonis.

0 comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan