01 June 2012

Premortem


Judul Buku: Premortem
Pengarang: J. Angin
Tebal: 135 halaman
Cetakan: 1, April 2012
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama






Jika Anda hanya menginginkan bacaan yang ringan dan mudah dibaca dengan kisah serta alur yang gampang dipahami, kemungkinan besar Anda tidak akan bisa menikmati Premortem karya J. Angin. Novel yang oleh pengarangnya disebut sebagai 'novel generasi baru' pertama di Indonesia memberikan wewenang kepada Anda untuk menentukan akhir cerita, setelah Anda melewati berbagai kisah yang berbelit-belit. Seolah-olah untuk kian menegaskan maksudnya, berbagai kisah dalam novel yang dituturkan oleh banyak narator, semuanya menggunakan perspektif orang pertama. 

Jujur saja, membaca Premortem perasaan saya sama seperti saat membaca buku montok Lisey’s Story karya Stephen King (Gramedia, Agustus 2011) yang membuat saya mabuk dan akhirnya mogok. Tentu saja saya bukan si jago mogok, karena saya juga pernah membaca novel-novel rumit semisal karya Orhan Pamuk dan mampu menamatkan sekaligus memahaminya. Untunglah, Premortem hanya 135 halaman -untuk cerita- sehingga tidak sempat menjadi buku mogok*.

Di dalam Premortem kita akan menemukan kisah dengan sejumlah kesamaan nama karakter tapi bukan sosok yang sama. Bagus, anak bertampang monyet yang dibawa ayahnya pergi ke pinggiran kota dan ditolong Ustad Adil. Bagus yang satu ini menjalin pertemanan dengan cucu si ustad, Nissa. Ustad mencemaskan pertemanan mereka karena seperti yang dikatakan bidan Nalik kelainan Bagus bersifat genetik. Belakangan, ada juga Bagus lain, anak seorang pemilik toko kelontong yang  mengganggap dirinya telah memicu tindakan anarkis setelah berbincang dengan lurah bernama Pak Adil. Masih ada satu Bagus lagi yang akan muncul di bagian akhir novel. Bagus terakhir yang  tinggal di luar negeri ini berasal dari keluarga yang dianggap pengkhianat negara, kemungkinan maksudnya anggota PKI.  

Tapi ada juga kisah dengan nama karakter yang jelas merupakan sosok yang sama. Nissa, adik perempuan seorang narator perempuan anonim, adalah Nissa yang menikahi Marc, seorang pria bule dan melahirkan anak perempuan bernama Jenny. Nissa yang ini bukanlah cucu si Ustad Adil.

Si narator perempuan anonim adalah salah satu narator utama. Ia dimunculkan dalam berbagai tahap kehidupannya. Mendapatkan menstruasi. Merayu dan mencaplok kekasih kakaknya. Melahirkan seorang anak laki-laki yang pada suatu saat dikatakan pergi ke Nederland dan tak pernah kembali sementara di saat lain disebutkan tewas lantaran kecelakaan. Ditinggalkan Abang, suaminya yang akan kembali bertahun-tahun kemudian. Menceraikan suaminya. Menyampaikan pengakuan dosa kepada Romo Adil, pastor yang tinggal di rumah pastoran yang diurus Mas Jono. Kemudian pada bagian akhir novel mengirim sebuah email yang diterima oleh Bagus yang tinggal di luar negeri. 

Perempuan tanpa nama ini adalah anak tengah dari lima bersaudara. Yang menjadi kakaknya adalah Darwin dan Norma, sedangkan adiknya adalah Nissa dan Dama. Belakangan disebutkan kalau Nissa adik satu-satunya (hlm. 105). Darwin menikahi Shinta, Norma menikahi Jono dan Nissa menikahi Marc, bule asal Amerika. Agaknya, Darwin inilah si pemasar yang disebut oleh lelaki yang hendak membeli toko Bu Nalik untuk dijadikan tempat usaha waralaba. Sedangkan Dama yang selalu tidak akur dengan orangtuanya, suatu hari pindah ke rumah kos, lalu menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi. Saya sempat mengait-ngaitkan Dama dengan lelaki muda dalam kisah pencurian di toko perhiasan, tapi tentu saja saya keliru.

Saya tertarik soal Nissa. Pada sebuah pesta di halaman 73 yang diselenggarakan di halaman rumah si perempuan tanpa nama, pengarang mengatakan bahwa Nissa dan Marc hadir bersama Jenny, putri mereka. Disebutkan pula bahwa si bule Marc makin fasih berbahasa Indonesia (hlm. 74). Di kemudian hari, perempuan tanpa nama mengunjungi Marc dan Jenny di Amerika setelah Nissa meninggal dunia dan Jenny terserang kanker. Kali ini pengarang menyatakan bahwa setelah pindah ke Amerika, Nissa tidak pernah pulang, dan di sanalah ia bertemu Marc yang menjadi suaminya dan ayah Jenny. Padahal, ada juga cerita tentang Nissa mengadakan arisan sekaligus merayakan ulang tahun Jenny di sebuah mal di Indonesia. 

Selain perempuan tanpa nama, seperti saya katakan sebelumnya, ada sejumlah narator lain. Lelaki yang adalah ayah Bagus si tampang monyet. Pemilik toko kelontong yang juga ayah seorang anak bernama Bagus. Lelaki yang menyebabkan pemecatan seorang rekan kerja. Pengkhianat dalam perang gerilya mempertahankan kedaulatan. Lelaki yang mendatangi sebuah kantor untuk wawancara kerja dan menemukan sebuah kejutan dari masa lalunya. Lelaki muda yang mencoba merampok toko perhiasan. Lelaki yang hendak membeli toko Bu Nalik. Jenny yang sedang sakit. Abang yang kembali ke rumah setelah bertahun-tahun menghilang.  Dan juga Bagus si tampang monyet lain yang tinggal di luar negeri.

Cerita bermuatan kematian dan kehilangan yang rumit sudah cukup memabukkan. Rasanya semakin mabuk dengan gaya penulisan yang mengingatkan pada gaya penulisan novel-novel Cormac McCarthy. Di sini Anda tidak akan menemukan dialog-dialog diapit tanda petik, ganda atau tunggal. Sehingga, bukan saja bertugas menjadi kunci utama rahasia novel ini, jika Anda bersedia membaca novel ini, Anda harus pintar membedakan mana dialog dan bukan dialog.

Kemarin tidak mungkin ditolong, namun kelak bisa diselamatkan, tulis pengarang. Dan siapa tahu, dengan menyelamatkan masa depan…sebenarnya kita justru sedang menolong masa lalu? (hlm. 128). Apakah pemikiran ini yang membuat si perempuan tanpa nama mengirim sebuah email di bagian akhir novel dan membuat Bagus yang tinggal di luar negeri akan mendatangi Indonesia?

Anda yang harus menentukan akhir cerita dan membongkar semua misteri di dalam novel ini. Tentu saja, kalau Anda mampu dan mau.




--------------------------------

*buku mogok = istilah ini dipakai untuk buku yang tidak selesai dibaca, disebabkan karena buku tersebut tidak mampu membuat pembaca setia hingga tamat (Kubugil). 



Pengunjung


3 comments:

alvina vanila said... Reply Comment

Padahal covernya simple elegan minimalis ya, tapi ceritanya kayaknya berat banget deh -___-"

Jody said... Reply Comment

Cerita2 di dalamnya juga ditulis bergaya minimalis, tapi jadi berat krn sulit ditebak mengapa dimunculkan :(

aL Lazuardi said... Reply Comment

Tertarik sejak awal melihat judul dan cover bukunya yang simple. Tapi siapa sangka ternyata gaya penulisan dan alur ceritanya berhasil mengaduk2 interpretasi pembaca.
Buku ini mampu mencuri dan mempertahankan kuriositas pembaca hingga ending cerita.

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan