28 May 2012

Partikel



Judul Buku: Partikel
Pengarang: Dewi Lestari
Tebal: viii + 500 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, April 2012
Penerbit: Bentang







Problemku terbesar adalah memercayai spesies Homo sapiens. Termasuk diriku sendiri. Padahal, manusia terlahir ke dunia dibungkus rasa percaya. Tak ada yang lebih tahu kita ketimbang plasenta. Tak ada rumah yang lebih aman daripada rahim ibu. Namun, di detik pertama kita meluncur keluar, perjudian hidup dimulai, taruhanmu adalah rasa percaya yang kau kaulego satu per satu demi sesuatu bernama cinta. Aku penjudi yang buruk. Aku tak tahu kapan harus berhenti dan menahan diri. Ketika cinta bersinar gemilang menyilaukan mata, kalang kabut aku serahkan semua yang kumiliki. Kepingan  rasa percaya bertaburan di atas meja taruhanku. Dan aku tak pernah membawa pulang apa-apa.” (hlm. 8-9). Demikian yang dikatakan Zarah Amala,  karakter utama novel Partikel, buku keempat serial Supernova karya Dewi Lestari, mengenai kehidupannya.

Di dalam Keping 40* yang menggunakan narator orang pertama, kita akan mengikuti kisah hidup Zarah Amala, dimulai dari sebuah kampung di pinggiran Bogor hingga London ketika bekerja sebagai fotografer wildlife. Selama rentang perjalanan itu, tiga kali ia melego rasa percaya yang menghilang di tangan orang-orang yang ia kasihi. Ayah, sahabat, dan kekasih.

Dari  ayahnya, Firas, seorang ahli mikologi, Zarah memperoleh pengetahuan mengenai fungi atau jamur, enteogen -tanaman dengan zat psikoaktif yang bisa mengubah level kesadaran seseorang- yang diketahui sebagai organisme terbesar di dunia. Firas percaya fungi adalah makhluk cerdas dengan inteligensi super melampaui manusia.Tidak heran ia terobsesi untuk mendirikan laboratorium penelitian fungi. Kendati dianggap sebagai tempat angker dan terlarang, Firas tergila-gila pada Bukit Jambul. Bagi Firas, Bukit Jambul adalah rumah bagi ratusan spesies, termasuk fungi langka yang memiliki potensi besar menyelamatkan Bumi. Namun lebih daripada itu, Firas mengetahui Bukit Jambul sesungguhnya semacam portal atau gerbang dunia lain.  

Rasa percaya Zarah menghilang dengan perginya Firas dari kehidupan keluarganya saat ia berumur dua belas tahun. Firas hanya meninggalkan lima jurnal yang kemudian dibakar istrinya sehingga Zarah kehilangan petunjuk guna melacak keberadaan ayahnya.

Begitu ayahnya pergi, Zarah memutuskan mengenyam sekolah formal, dan langsung duduk di kelas 1 SMA. Semasa SMA inilah ia bertemu Koso, gadis Nigeria yang menjadi sahabatnya. Demi Koso yang mengalami kendala dalam belajar, Zarah rela ketinggalan kelas. Tapi seperti Firas, Koso pun pergi karena harus pindah ke London.

Suatu hari Zarah menerima kamera Nikon FM-2/T limited edition yang dikirimkan secara anonim. Dengan kamera itu Zarah belajar memotret hingga secara misterius pula (hingga novel tamat tidak diungkapkan) fotonya diikutkan dalam lomba tanpa sepengetahuannya. Foto itu menang dan Zarah mendapat hadiah ekowisata ke Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, untuk melihat langsung konservasi orangutan. Di Tanjung Puting Zarah berjumpa Paul Daly, fotografer profesional asal Inggris, yang mengajaknya bergabung dengan The A-Team di London.

Di London, Zarah menemukan cinta dalam diri Storm Bradley, seorang fotografer fashion dan iklan. Hanya saja seperti kata Zarah, “Pengkhianatan ada dalam batin setiap manusia, hanya menunggu momen yang tepat untuk menyeruak, dirayakan, dan diamini sebagai titik lemah dari kemanusiaan.” (hlm. 370). Maka sudah bisa ditebak, Zarah akan menyaksikan lagi kepercayaannya dihancurkan.

Selepas kepergian ayahnya, salah satu obsesi Zarah adalah mencari laki-laki penuh kontroversi itu. Diam-diam, sewaktu menerima tawaran Paul Daly pergi ke London, Zarah berharap akan menemukan Firas. Setelah melewati salah satu episode pahit dalam hidupnya, akhirnya Zarah memperoleh petunjuk yang mengarahkan pencarian dan kepastian nasib ayahnya.

Ke mana sebenarnya ayahnya pergi dan menghilang? Apakah Firas telah meninggal dunia tanpa sepengetahuan keluarganya? Apa yang disodorkan Dewi sampai novel berakhir belum sepenuhnya memuaskan. Meskipun begitu, kita bisa menduga-duga. Kemungkinan besar Firas telah menggunakan Bukit Jambul untuk pergi ke dimensi lain. Dugaan ini muncul terkait pengungkapan mengenai Bukit Jambul sebagai semacam portal dunia lain. Selain itu, Dewi menunjukkan adanya komunikasi Firas dengan para alien. Itulah sebabnya Firas bisa menggambarkan berbagai wajah Alien dalam jurnalnya (hlm. 89-92).

Surat yang ditemukan Zarah dalam Keping 41 juga mengindikasikan kalau Firas mengetahui jati diri pengirimnya. Sehingga, dikaitkan dengan surat yang diterima Bodhi (Akar, Truedee Books, 2002), bisa disimpulkan sebenarnya Firas mengetahui hubungan antara Zarah (Partikel), Bodhi (Akar), Elektra (Petir), dan Diva Anastasia (Bintang Jatuh dalam Supernova 1: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Truedee Books, 2000). Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: siapa sebenarnya semua karakter utama Supernova ini? Apakah mereka berasal dari dimensi lain alias alien?  

Novel dengan sampul bergambar simbol planet bumi ini diluncurkan 8 tahun setelah Supernova 3: Petir diterbitkan untuk pertama kalinya (Akur, 2004). Sebagai dalih untuk proses kreatifnya yang molor, Dewi mengatakan: ”Jika saja Partikel dipaksakan untuk lahir sebelum ini, maka kemungkinan besar ia akan lahir prematur.” (hlm. 490). Alasan ini dihubungkan dengan ketersediaan literatur dan fasilitas teknologi yang memperlancar risetnya. Apapun alasannya, Partikel tetap hadir semenantang ketiga pendahulunya. Memang gaya bercerita Dewi lebih renyah ketimbang sebelumnya, namun kemahirannya merangkai kisah dengan kalimat-kalimat elegan tetap bersinar di sini. Kecakapan yang jarang dimiliki penulis lain ini membuat Partikel yang mewujud dalam tiga keping gampang dituntaskan dalam waktu singkat.
                                    
Mikologi, ekologi, fotografi, alien, dan shamamisme adalah elemen-elemen yang dipadukan Dewi untuk membangun Partikel. Pada beberapa bagian kita akan dibuat kagum oleh informasi yang disodorkan, sementara di bagian lain kita mesti berhati-hati menyerapnya. Romansa menjadi materi tambahan yang ikut membangun dunia Zarah, tapi tidak menjadi salah satu bagian menarik dalam novel.
                                                       
Di bagian “Tentang Penulis” disebutkan jika serial ini akan dilanjutkan dengan episode Gelombang dan Inteligensi Embun Pagi. Kemungkinan besar karakter utama Gelombang adalah Alfa, nama keempat yang dikatakan Dewi di bagian “Cuap-cuap Penulis” dalam novel Akar (Truedee, 2002). Judul Inteligensi Embun Pagi mengingatkan pada informasi di sampul belakang novel Akar (Truedee, 2002) yang menyatakan bahwa Akar merupakan bagian pertama dari episode kedua Supernova: Inteligensi Embun Pagi. Ketika Petir diterbitkan menyusul Akar, hal ini  tidak disinggung-singgung lagi.  


* Pembagian bab dalam novel-novel Supernova menggunakan istilah Keping. Supernova 1:  Keping 1-33, Supernova 2: Keping 34-36, Supernova 3: Keping 37-39, dan Supernova 4: Keping 40-42.

4 comments:

Dhyn Hanarun said... Reply Comment

Kayaknya menarik ya. Tapi aku tetep aja nggak minat baca seri Supernova ini :o

Jody said... Reply Comment

hehehehe... memang tergantung selera. Kalau saya memang tidak fanatik dengan supernova, tapi saya suka dengan pengarang yang pintar seperti Dee.

jefi efrianti said... Reply Comment

AKU bersyukur bisa baca smuanya...aku menemukan ke akuan ku di dalamnya, dan selalu kagum dgn dee yg punya diksi2 lux dan pgetahuannya yang langka

Jody said... Reply Comment

Setuju, Dee memang pintar dan menulis dengan cerdas. Pernah ketemu langsung di Yogya dulu dan kagum dengan kepribadiannya.

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger
 

Blog Template by Blogger.com

Author: Jody Setiawan