Judul Buku: Carrie
Pengarang: Stephen King (1974)
Penerjemah: Gita Yuliani K
Tebal: 256 hlm; 20 cm
Cetakan: 1, Oktober 2013
Desain dan ilustrasi sampul: Staven
Andersen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Carrie White adalah seorang gadis yang
tidak menarik, bertubuh gemuk dan pendek dengan jerawat bertebaran di tubuhnya. Ia -sudah pasti- tidak populer dan kerap menjadi
sasaran olok-olok serta penggencetan anak-anak SMA Ewen -tempat Carrie
bersekolah. Saat menstruasi untuk pertama kalinya di ruang mandi sekolah pada
umur 17 tahun dan tidak memahami apa yang sedang terjadi, Carrie menjadi
histeris. Akibatnya, anak-anak perempuan yang berada di ruang mandi melemparinya
dengan tampon dan pembalut.
Sue Snell -salah satu dari anak perempuan
yang menghina Carrie di ruang mandi- merasa bersalah atas apa yang dilakukannya
pada Carrie. Untuk menebus kesalahannya, Sue meminta Tommy Ross, pacarnya,
mengajak Carrie menghadiri malam prom. Melihat keseriusan Tommy, Carrie
menyambut ajakannya dan mempersiapkan diri untuk hadir pada Pesta Dansa Musim
Semi itu. Bahkan, ia menjahit sendiri gaun yang akan dikenakannya dan mengabaikan
ketidaksetujuan Margaret White, ibunya.
Baik Carrie maupun Tommy serta Sue
tidak menyadari kalau Chris Hargensen -salah satu siswi yang kerap menggencet
Carrie- telah menyiapkan sebuah rencana busuk untuk menghancurkan Carrie. Malam
Prom yang berpeluang membuat Carrie tampil sebagai gadis normal melahirkan
petaka berskala besar yang tidak saja memorakporandakan sekolah melainkan juga
kota tempat tinggal mereka, Chamberlain (Maine). Para penggencet yang bertindak
kelewat batas tidak tahu Carrie memiliki kemampuan yang bersifat destruktif,
dan mereka sukses memunculkannya dengan mempermainkan sisi psikologis Carrie yang rapuh.
Carrie terlahir dengan kemampuan
telekinesis. Ia bisa menggerakkan benda-benda dan menyebabkan perubahan di
dalam benda-benda tersebut. Kemampuan telekinesis Carrie muncul karena momen
negatif yang dialaminya. Insiden di ruang mandi sekolah yang memalukan menjadi
pemicu yang kemudian meledak pada malam prom saat kemarahannya yang ia pendam
tidak bisa dikendalikan lagi. Hasrat membalas dendam yang muncul mendadak kian
memperkuat kemampuan destruksinya.
Sejatinya, Carrie ingin menjadi seorang
gadis normal. Malangnya, ia dilahirkan seorang perempuan yang mengungkung diri
dengan fanatisme keagamaan yang keliru. Sejak dilahirkan, Carrie sudah dianggap
ibunya sebagai hukuman yang ditimpakan Tuhan padanya. Ketika melahirkan Carrie,
Margaret White bahkan tidak tahu kalau mendiang suaminya telah menghamilinya -Margaret
menganggap ia sedang menderita kanker di bagian kewanitaannya. Margaret tidak
pernah mengajarkan anaknya mengenai menstruasi dan tidak melakukan tindakan apa-apa
sehubungan dengan keterlambatan menstruasi putrinya. Malah, ketika Carrie
menstruasi untuk pertama kalinya, kemarahan Margaret meledak. Baginya, Carrie
telah menjadi Hawa, perempuan lemah, jahat, dan berdosa. Ia memaksa Carrie
berdoa di dalam lemari untuk memohon pengampunan Tuhan.
Carrie
adalah novel Stephen King yang pertama diterbitkan meskipun merupakan novel
keempatnya. Diterbitkan pada tahun 1974, sesungguhnya Carrie mengisahkan kisah
yang terjadi di masa depan pada saat itu (tahun 1979). King membagi Carrie ke
dalam tiga bagian yang terdiri atas Olahraga
Berdarah (Blood Sport), Malam Prom
(Prom Night) dan Reruntuhan
(Wreckage). Bagian pertama mengantar kejadian pada bagian kedua dan
menghasilkan kejadian pada bagian ketiga. Itulah sebabnya, Carrie sebenarnya masih tetap bisa dinikmati seandainya King
memilih menggunakan plot lempeng. Hanya saja, kemungkinan besar, dengan plot
lempeng, Carrie yang awalnya
direncanakan menjadi cerpen tidak akan cukup tebal untuk diterbitkan sebagai
novel. Untuk mempertebal Carrie, King
menggunakan teknik epistolari yaitu dengan menggabungkan elemen seperti surat,
berita koran dan majalah, kutipan buku, jurnal ilmiah, artikel, hasil
penyelidikan dan buku catatan sekolah. Alhasil, Carrie bisa hadir sebagai novel dan tetap tidak membosankan dibaca.
Teknik epistolari tidak menghalangi plot utama Carrie untuk bergerak cepat dalam suasana yang mencekam dan
menegangkan. King sukses menumbuhkan rasa penasaran untuk tetap setia membaca
hingga kisahnya ditamatkan. Setelah meletakkan Carrie, ada dua kesan dominan yang terasa: tragis dan mengerikan.
Carrie
telah dua kali diadaptasi menjadi film layar lebar. Yang pertama
digarap oleh Brian de Palma (1976) dengan Sissy Spacek sebagai Carrie dan Piper
Laurie sebagai Margaret. Yang kedua diarahkan oleh Kimberly Peirce (2013),
menampilkan Chloē Moretz sebagai Carrie dan Julianne Moore sebagai Margaret.
Film layar lebar kedua ini beredar pada bulan Oktober 2013 dan Gramedia Pustaka Utama memanfaatkan momen ini dengan menerbitkan Carrie pertama kalinya dalam bahasa Indonesia.
4 comments:
Tragis dan kasihan kalau saya Mas, seharusnya Carrie bisa menjadi gadis biasa dengan kemampuan luar biasa tapi perlakuan lingkungan membuatnya jadi seperti itu, saya pas bagian prom night itu ga tega bacanya *pukpukCarrie*
@mia:
Sama, Mbak, bagian prom night memang keterlaluan. Tapi bagian itu yang paling penting dan menentukan dalam novel ini.
aku suka film ini. Sayang belum baca novelnya. Si Cloe mainnya bagus, ekspresinya dapat jadi bintangnya bersinar karena film ini
sayangnya ga ada link buat ngunduh novelnya yah.... :-)
Post a Comment